BAB 16

137 3 0
                                    

Malam hari diruang rawat inap yang bernuansa putih, ada secercah pelangi yang mampu membuat gadis yang saat ini berwajah pucat tersenyum.

Pelangi itu berasal dari keberadaan kedua orangtua Alina ditambah dengan adiknya. Keluarga lengkap.

Ia sangat senang jika kedua orangtuanya sudah berkumpul dan menyempatkan diri untuk bersantai sambil bersenda gurau seperti ini.

Hatinya menghangat. Rasanya, ini kali pertama Ia merasakan hangatnya sinar matahari pagi setelah sekian lama paginya di hiasi dengan langit gelap dan curah hujan.

Alina terkekeh kembali saat Romi menirukan tarian PPAP bersama dengan Rangga. Ini sangat menggelitik.

Apalagi ketika pada tarian bebasnya, Rangga malah semakin konyol sembari menjulingkan matanya. Membuat Alina juga Agis tertawa hampir menitikkan air mata karena sakit perut.

Sudah dua hari dengan hari ini Alina berdiam diri di rumah sakit. Dua hari itu pula Ia di suguhkan kehangatan seperti ini. Rasanya Alina ingin seperti ini terus setiap harinya. Minus dengan dirinya yang sakit.

"like father like daughter. Mama sakit perut ketawa terus, aduh mules" kata Agis susah payah sambil memegangi perutnya.

"aku juga, Ma. Bisa-bisa langsung sembuh nih" sambung Alina.

Romi dan Rangga pun kelelahan, mereka berdua duduk di sofa ruang inap VIP, mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karena terlalu banyak gerakan aneh diluar gerakan aslinya.

"kalian cocok jadi pelawak, kenapa nggak jadi kaya om sule aja?" tanya Alina bercanda.

"aku mana cocok jadi pelawak, cocoknya jadi pemain film. Iya kan, Pa? Muka kita terlalu ganteng buat sekedar bikin orang ketawa" kata Rangga penuh dengan kenarsisan.

"betul. Lagian, nanti kalo Papa jadi artis. Yang ada mantan-mantan Papa malah minta balikan"

"papa!" kata Agis sambil melotot.

Sedangkan Romi malah terkikik geli.

"oh jadi selama ini, Papa punya banyak mantan? Dulu ngakunya cuma punya dua" sungut Agis manja.

Alina tersenyum penuh arti, Ia tahu jika Agis itu memang sangat manja kepada Romi, tapi baru kali ini lagi mereka berdua menunjukkan kemesraannya dihadapan kedua anaknya. Setelah sekian lama.

"dua itu yang inget doang, Ma. Yang nggak ingetnya banyak" kata Rangga mengompori.

"kok kamu tau, Ga? Mama aja nggak tau loh. Papa ternyata gitu sama Mama! Mau tidur diluar ya?!"

Romi jadi gelagapan saat Agis mengucapkan kalimat yang sangat Romi hindari. Tapi sedetik kemudian, Romi berusaha kembali sesantai mungkin. Tidak termakan omongan istrinya.

"Papa kan bisa tidur di RS nemenin Alina, nggak perlu di luar"

"Papa tuh ya, bukannya bujuk Mama biar nggak marah malah bikin makin marah" sahut Alina saat melihat Agis yang sedang menggerutu sambil memainkan ponselnya. Pura-pura tersinggung dengan ucapan sang suami. Atau beneran tersinggung?

"tau tuh. Papa mu tuh, Lin, Ga. Ajarin biar jadi cowok yang romantis. Jadi suami kok cuek banget sama istri" kata Agis mengandung curhat colongan.

Bukannya balik tersinggung, Romi malah tertawa sambil mendekati istrinya. "Mama nggak pernah berubah ya, selalu gemesin. Cuek aja Mama cinta kan? Apalagi nggak, pasti makin cinta" kata Romi, lalu mengecup puncak kepala Agis, membuat Agis bersemu malu.

"Papa ih" kata Agis salah tingkah.

"ooowww" pekik Rangga dan Alina secara refleks.

Ini manis banget! Alina jadi ingin semakin rajin berdo'a kepada Tuhan agar diberikan lelaki yang seperti Romi. Pesen satu yang kaya gitu ya Tuhan, buat Alina. Buat authornya juga. (#eh)

ALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang