BAB 18

115 2 0
                                    

Entah setia atau bodoh, sudah dibuat jatuh berkali-kali, sakit hati berkali-kali, hancur berkali-kali. Tapi aku masih saja mencintaimu.

***

Hal terburuk dari patah hati adalah, kamu tidak bisa menerima kenyataan.

Ari terlihat sangat kacau. Mungkin ini adalah titik terendahnya, disaat satu-satunya perempuan yang bisa menerimanya secara utuh, meminta untuk dilepas tanpa kurungan perasaannya lagi.

Ari mengerti jika Alina tidak sengaja menyakitinya, tapi biar gimanapun, sengaja atau tidak, perempuan itu lagi-lagi telah menghancurkan harapannya. Juga hatinya.

Omong-omong soal hati, sedari awal Ia diputusin oleh Alina, hati Ari sudah tak terbentuk. Dan kini, mungkin hatinya sudah benar-benar hancur berkeping-keping tak bersisa.

"gue mau bikin mie instan. Lo mau, Ar?" tanya Gerald yang sedari tadi setia menemani lelaki yang sedang patah hati.

Ari tidak menggubris, Ia masih terus menikmati rokok untuk kesekian kalinya sejak Ia datang dengan pakaian kotor terkena tanah. Tapi sekarang Ia sudah mandi dan berganti pakaian.

Gerald menghembuskan nafas berat, lalu masuk ke dalam rumah miliknya. Meninggalkan Ari di balkon.

Kasian sekali Ari, sekalinya menemukan orang yang dicintainya dengan tulus, malah dibuat jatuh sejatuh-jatuhnya seperti ini.

Dulu saat masih bersama Alina, sahabatnya itu sudah tidak mau lagi mengenal rokok. Sama sekali tidak mau, katanya;

"Alina sih nggak ngelarang gue buat ngerokok, tapi gue sadar diri kalo dia nggak suka liat gue ngerokok. Lagian, rokok itu cuma bikin paru-paru gue rusak. Masa Alina dapet calon imam yang paru-parunya rusak?"

Gerald tersenyum kecut. Saat itu, betapa lurusnya hidup Ari. Boro-boro buat ngerokok, ikut balapan aja sudah tidak mau lagi.

Apalagi ikut nyari masalah di sekolah seperti berantem, tawuran atau bolos. Dia sudah tidak pernah mau lagi ngelakuin hal-hal yang dulu pernah dilakuin bareng-bareng.

Ari benar-benar berubah jadi lebih baik sejak mengenal Alina. Dan Gerald sebagai sahabatnya pun ikut senang akan hal itu. Walaupun dilain sisi, Gerald merasa rindu dengan kenakalan sahabatnya.

Tapi untungnya, saat itu Ari masih mau jika diajak ngumpul malem-malem. Atau ngumpul di rumahnya untuk mengisi weekend dengan bermain hal-hal konyol semasa kecil dulu.

Setidaknya Ia tidak lupa dengan teman karibnya, akibat sudah merasa memiliki teman hidup.

Dan sekarang?

Sepertinya Gerald bisa menebak jika Ari akan kembali rusak seperti saat sebelum mengenal Alina dulu.

Gerald memasukkan mie instan kedalam air mendidih. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Lelaki itu merogoh saku celananya.

Disana tertera nama Papanya Ari. Mungkin beliau khawatir? Begitu-begitu, om Rio sangat sayang dan peduli sama Ari. Tapi Ari nya cuek.

"asaalamualaikum" jawab Gerald.

"waalaikumsalam. Ge, Om Rio mau nanya, Ari lagi sama kamu nggak?"

Benar kan?

"iya, Om. Ari lagi di rumah Ge. Kayanya dia mau nginep disini deh"

Terdengar hembusan nafas lega dari Rio. "Ari nya lagi ngapain? Kok nomornya nggak aktif? Kalian lagi sibuk ya?"

Gerald menggaruk hidungnya sebentar. Lalu mematikan kompor karena mienya sudah matang. "ponsel Ari abis batre, Om. Emm, Om Rio mau ngomong sama Ari?"

ALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang