BAB 10

155 5 0
                                    

Benar kata Slank, bahwa hidup sederhana tapi banyak cinta lebih indah daripada hidup mewah tapi sengsara.

***

Untung hari ini hari minggu. Jadi Alina bisa bersantai dirumah. Tidak perlu jalan-jalan karena kakinya yang masih nyeri. Walaupun tidak sesakit kemarin.

Saat Papa dan Mama nya tahu kondisi Alina tadi malam, Alina langsung di borong pertanyaan. Juga ceramahan. Bahkan Romi, hendak datang kesekolah dan meminta untuk di hukum bagi yang sudah menyelakai anaknya. Berlebihan.

Alina sampai kewalahan meyakinkan kedua orangtuanya kalau dia tidak apa-apa. Jika sudah begini, baru deh keduanya sibuk memperhatikan anaknya.

Saling menyalahkan karena tidak becus menjaga anak. Padahal bagi Alina, kedua orangtuanyalah yang salah. Bukan salah satu dari mereka. Tapi Alina tidak mengatakan itu, Ia lebih memilih tidur.

Pagi ini, Alina sedang menyantap sereal yang dicampur dengan susu di ruang makan. Hanya mengemil, bukan sarapan. Karena saat ini sudah pukul sepuluh. Jadi bukan sarapan lagi namanya.

Sedangkan Romi dan Rangga sedang bermain badminton di halaman depan. Mamanya? Ah, Agis sedang belajar memasak dengan asisten rumah tangganya.

"kok kamu makan itu sih? Kan tadi Mama udah bilang bakal bikinin kamu sup ayam" kata Agis sambil meletakkan semangkok sup ayam.

Wanginya sangat menggoda. Tapi rasanya? Belum tentu enak. Makanya Alina sangsi untuk menunggu makanan buatan Agis.

"nih cobain. Enak kok. Kata mbak Sari juga enak" senyuman lebar tercetak di bibir Agis. Begitu bangga akan hasilnya.

Alina jadi tidak tega untuk menolak makannya. "sini aku cicip"

Alina terdiam sebentar. Mangkuk serealnya Ia kesampingkan di ganti oleh mangkuk sup ayam buatan Agis.

Dengan perlahan, Alina memasukkan sesendok kuah sup ke dalam mulutnya.

Enak. Tapi agak pedas.

"gimana? Mantep dong?"

Alina menangguk, lalu kembali memakan sup itu. "ntap"

"syukur deh. Padahal, dulu itu Mama suka banget masak. Tapi ya, semenjak sibuk kerja jadi kaku lagi buat masak" terangnya yang Alina dengarkan tapi tidak Ia tanggapi.

"oh iya, kamu sukanya makan apa, sayang?"

Gerakan Alina yang mengaduk sup langsung terhenti dengan pertanyaan Agis. Sungguh? Mamanya baru saja menanyakan makanan kesukaannya?

Ingin sekali Alina mendengus kasar. Tapi Ia masih punya sopan santun. Orangtua mana yang tidak tahu makanan kesukaan anaknya?

Mungkin hanya orangtua Alina. Miris sekali.

"sayang?" panggil Agis lagi.

Alina menegak air putih di sebelah mangkuk sereal. "emangnya kenapa?"

"loh kok kenapa? Ya mau Mama masakin dong"

"aku nggak punya makanan favorit"

Tapi mungkin, sup ayam ini bakal jadi makanan favorit gue mulai saat ini. Batin Alina.

"kok gitu? Oh iya! Kamu kan paling suka nasi goreng. Itu kan makanan kesukaan kamu?"

Alina tersenyum tipis. Jika boleh jujur, nasi goreng adalah makanan sejuta umat. Sesederhana itukah makanan favorit Alina?

"nggak, Ma. Aku nggak punya makanan favorit"

Karena apapun yang di masak Mama, Alina bakal suka. Kan udah lama aku kepingin makan masakan Mama. Batin Alina lagi.

ALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang