Chapter 11 Another Beautiful Princess

6.6K 212 11
                                    

Akhirnya aku kembali ke istana lagi . Saat memasuki gerbang perbatasan istana , Richi menggenggam tanganku erat. Ia mencoba menguatkanku , kedua bola mata kami bertemu pandang, entahlah ini semua sungguh merajam hatiku. Perasaan takut kehilangan kedua bola itu, membuatku ingin mengajak richi berbalik dan pergi ke tempat yang sangat jauh . Tanpa siapapun yang berhubungan dengan istana . Hanya ada aku dan richi . Tapi aku sadar , itu takkan menyelesaikan semuanya. Lagipula mereka sudah membawaku terlalu jauh , seharusnya mereka juga tau kalau tidak mudah untuk mereka menendangku keluar.

Akupun tau Richi memiliki tanggung jawab yang sangat besar pada istana ini. Sedangkan aku ? Apakah aku hanya seorang benalu untuk Richi bagi mereka ? Mengapa mereka semudah itu mengatakan bahwa akulah sang putri tapi sekarang mereka membalikkan keadaan lagi? . Rasanya seperti aku dibawa terbang dan dijatuhkan begitu saja membuatku sekarat dan dipenuhi luka.

" Apapun yang terjadi itu takkan merubah perasaanku untukmu " katanya , dengan wajah tampannya yang dipenuhi kegelisahan. Pasti Richi sama risaunya denganku, bahkan mungkin Richi jauh lebih takut kehilanganku yang sudah begitu lama dicintainya. Rasanya aku ingin langsung menjawab 'aku juga' tapi suaraku tak dapat kukeluarkan, seperti tercekat ditenggorokanku . Mataku memanas sebentar lagi air mata akan membanjiri wajahku . Tapi tidak ! Kutekankan pada diriku . Jika Aku Lemah, aku akan menambah bebannya . Aku mencoba untuk tersenyum, sangat susah rasanya, tapi tetap kucoba walaupun kurasa senyumku sekarang adalah senyum teranehku .

" Senyum Apa itu ?! Jelek sekali, jangan paksakan kalau memang sedang tak ingin , senyummu Aneh "

Ah, benar saja richi juga berfikiran sama denganku. Sekarang tangan kanannya merangkulku , sedangkan yang satunya diselipkan dikantong kiri celananya . Ini cukup membuatku agak sedikit tenang, kami melanjutkan masuk ke lingkungan istana. Biasanya lingkungan istana ini adalah tempat paling polos dari semua istana yang kuketahui , selain skema berwarna merah dan kelabu, dan lampu neon sederhana yang tak pernah menyala.

Aku tidak menyangka rasanya hanya sebentar aku meninggalkan istana, segalanya sudah berubah. Spanduk- spanduk bergantungan dilangit langit istana. Masing masing spanduk berwarna hitam dengan beruang putih diatasnya , semacam beruang yang bergaya diatas kaki belakangnya, dengan satu cakar yang terangkat siap untuk menyerang .

" Sebuah replika dari kerajaan , EMP biasanya tidak mengibar bendera tersebut jika tak ada yang penting terjadi ", Kata richi lagi untuk menjawab telunjukku yang terangkat. Mungkin ini adalah sebuh bentuk penyambutan kerajaan untuk Sang Putri yang baru. Tapi tidak begitu dulu saat akulah yang mereka kira sebagai sang putri , hanya penyambutan sederhana yang kudapatkan dari irfan . Senyuman dari pelayan pelayan istana yang sudah sempat kukenal , sedikit menghiburku. Tak ada perubahan dari mereka ketika memperlakukanku dulu.

Rangkulan tangan Richi mendadak terlepas, tangannya jatuh ketelapak tanganku,dan menggenggam tanganku erat. Dengan tergesa gesa dan kalut dia menarikku mengikutinya. Saat melintasi lorong lorong istana aku tersadar Richi membawaku keruangan Emp. Sesampainya disana tidak terlalu mengejutkan ruangannya dipenuhi oleh vampire . Aku mengenali beberapa penghisap darah yang ada disana. Tapi diantara semua yang ada disana ada seorang gadis yang menarik perhatianku. Saat aku semakin mendekat kearahnya , wajah gadis itu terlihat semakin jelas. Selaput mata gadis itu berwarna kelabu titanium, dan merupakan bagian wajahnya yang paling mencolok . Bibirnya tidak istimewa dan tulang tulang pipinya datar. Tetapi kedua matanya benar benar indah . Sebagai seorang gadis aku sadar kalau aku menginginkan memiliki mata sepertinya. Gadis itu sadar aku sedang memperhatikannya , dia melihat kearahku membuatku cepat-cepat memalingkan muka.

Sang Ratu yang sudah menyadari kedatangan kami berjalan menuju kearah kami, wajahnya tetap tersenyum menyambutku meskipun aku tau dia sedang menyembunyikan kegelisahannya .

" Joycelin , akhirnya kau kembali " dia langsung memelukku , " jangan kawatir sayang ini semua tidak akan merubah segala yang terjadi sebelumnya " dia membisikkan kata -kata itu tepat dikupingku, agak kuat sehingga mungkin Richi juga mendengar, dan membuatnya melihat kearah kami berdua.

" Ibunda " Setelah melepas pelukannya sang ratu berpaling ke Richi dan memandangnya dengan tatapan serius.

" Putraku, ini tugasmu, tanggung jawabmu menyelesaikan semuanya " dia menuntun kami mendekat kesinggasana yang dikerubuni barisan vampire vampire yang memandang ke arah kami sangat lekat, itu semua agak membuat kakiku berat untuk melangkah. Rasanya aku dan Richi bagai seorang terdakwa yang akan disidang oleh para hakim yang memelototi kami. Lagi lagi genggaman tangan hangatnya seakan memberiku kekuatan lagi, rasa takut dominan yang membuatku ciut tadi terhapuskan begitu saja.

Diujung ruangan tepatnya di singgasana diatas sebuah mimbar kecil. Emp sedang duduk diatasnya sambil juga melihat kearah kami, saat aku mendekati singgasana , singgasana itu terlihat lebih hidup dengan sebuah bantalan merah , dan mimbarnya tepat diletakkan ditengah tengah sebuah karpet merah berbentuk persegi. Semua meja diruangan ini dilapisi oleh taplak putih atau merah tua dan karangan bunga rumit yang diletakkan dimasing masing meja.

Begitu banyak meja dan kursi yang disediakan disini, mengapa para penghisap darah itu tidak mengambil tempat duduk malah lebih memilih berdiri dan memandangiku tajam. Aku sangat tidak nyaman dengan pelakuan mereka itu. Andai saja aku masih sang putri tentu aku dapat mengeluarkan suara , tapi sekarang keadaannya berbeda.

" Emp sebenarnya apa yang terjadi disini ? Kegilaan apa yang sudah mereka lakukan , sehingga menyebabkan masalah sebesar ini ?"

Richi langsung menumpahkan segalanya kepada Emp . Tetapi tampaknya penghisap darah lainnya yang ada disana juga tak senang, rahang mereka semua terangkat lebar bagaikan seekor ular,taring taring mereka sepenuhnya terulur, tidak mau kalah dengan mereka aku dan Richi juga mengeluarkan taring taring kami.

" Putraku , maafkan para tetua ini, mereka sudah salah mengambil kesimpulan karena saat itu terjadi disintegrasi yang entah mengapa tertutupi oleh sesuatu dan para tetua tidak dapat membaca hal itu, baru sekarang hal itu terbuka , ternyata terdapat dua calon Putri Mahkota yang kuat, tetapi salah satu dari mereka memiliki kemurnian yang sangat kuat, dan Putri itu adalah Putri Amelia, Joyce dan Amelia adalah Putri Mahkota , tapi Amelia memiliki sebuah keunggulan dibandingkan joyce , dan para tetua yang ada disini juga lebih banyak yang memilih Amelia , sehingga untuk keadilan Putri Mahkota kita adalah Amelia "

Telapak tangan Emp menunjuk kearah gadis bola mata titanium tadi, tepat dugaanku , dia pencuri itu . Bola mata yang tadinya menangtang kedatanganku tertunduk tak menampakkan diri, entah apakah sekarang dia senang atau malu terhadapku.

Richi juga melihat gadis itu . Tapi pandangannya sangat lekat . Aku takut.

Princess in Vampire castleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang