Six

373 39 0
                                    

Hermione POV

"Morning everyone!"

Prof. Sprout memasuki rumah kaca yang ramai oleh celoteh anak-anak. Prof. Sprout adalah guru herbologi kami, di tahun kedua ia menumbuhkan banyak mandrake untuk menyembuhkan beberapa orang (termasuk aku) yang dibekukan Basilisk waktu itu.

Kelihatannya hari ini aku akan belajar mandrake lagi.

"Morning Professor Sprout!"

"Nah seperti yang kalian lihat, kita akan memindahkan mandrake," katanya. "Siapa yang bisa menjelaskan apa itu mandrake?"

Refleks, aku mengacungkan tangan.

"Yes, Miss Granger?"

"Mandrake, atau mandragora, adalah tanaman yang bisa dibuat obat manjur, untuk orang yang dibekukan. Jeritan Mandrake bisa berakibat fatal bagi pendengarnya."

"Bagus, Miss Granger!" serunya. "Ten points for Gryffindor!"

"Akan tetapi," lanjut Prof. Sprout. "Karena yang kita pindahkan ini adalah mandrake yang masih bayi, jeritannya tidak terlalu berbahaya. Tetapi bisa membuat kalian pingsan."

"Baiklah, silakan pakai tutup telinga kalian! Pastikan kalian memakainya dengan benar! Aku tidak mau ada yang pingsan mendengar jeritan mandrake. Nah sekarang aku akan memberi contoh."

Prof. Sprout mengambil salah satu pot, lalu mencabut mandrake dari akarnya. Mandrake bayi itu berwarna cokelat muda, kotor dengan tanah di sekujur tubuhnya. Si mandrake meronta-ronta ketika dicabut dari potnya, dan mulutnya terbuka, kelihatan sekali dia sedang menjerit-jerit.

Lalu prof. Sprout menaruhnya di pot yang lain, ditutupi kompos hitam, katanya untuk menghangatkannya.

"Nah sekarang kalian coba!"

Masing-masing dari kami memegang pot mandrake dan mendapat satu pot kosong, serta kompos hitam untuk menimbunnya kembali.

Aku mencabut mandrake, yang ternyata lebih sulit dari kelihatannya. Mandrake-ku meronta lebih keras dari prof. Sprout, membuatku kesulitan menimbunnya kembali. Saat ditimbun dengan kompos, mandrake itu meronta dan melempar kompos yang sudah kumasukkan.

Astaga, mandrake kecil ini menyebalkan sekali!

Tiba-tiba tangan pucat menyentuh tanganku, lalu menuntun tanganku memasukkan kompos dua kali lebih cepat dari yang tadi kulakukan. Kemunculan tangan pucat itu disusul bau musk, dan aku merasa sedang dirangkul dari belakang.

Bukan oleh Ron.

Aku menoleh dan mendapati wajah Malfoy, sampai-sampai aku nyaris menamparnya karena berada dekat sekali denganku.

"Kalau meronta seperti ini, seharusnya kau menimbunnya lebih cepat. Agar dia tidak sempat melemparkan kompos yang kau taruh," katanya tanpa mengalihkan pandangan dari tangannya yang sedang menekan-nekan kompos itu. Mandrake nya sekarang sudah tertanam, rapi didalam pot.

"Untuk apa kau disini?" tanyaku.

"Membantumu," dia menatapku heran. "Kau kan tidak bodoh, kenapa kau bertanya hal yang sudah pasti itu?"

"Maksudku, kau kan biasanya mempersulit aku, tapi kenapa kau melakukan ini sekarang?"

"Entahlah. Karena...aku ingin?" jawabnya dengan nada tanya.

"Jawaban yang tidak begitu bagus."

"Terus aku harus jawab apa?"

"No idea," aku mengangkat bahu. "Maksudku kan, 'aku ingin' adalah jawaban yang aneh, menurutku."

"Itu karena tidak tahu aku harus jawab apa,"

"Dan juga, untung saja Ron tidak ada disini. Bagaimana kalau dia ada? Dan bagaimana kalau anak lain bercerita padanya?"

"Oh ya, aku lupa kalau dia itu bukan temanmu lagi,"

"Apa maksudmu?"

"Aku benar kan?" Malfoy mengangkat alisnya. "Dia kan pacarmu. Berarti bukan temanmu."

"Oh shut up."

"Nah sekarang mandrake nya sudah tertimbun kompos. Selesai," katanya.

Aku menatapnya. "Sekali lagi, biasanya kau menggangguku. Kenapa kau jadi seperti ini sih?"

Dia mengernyitkan alis, lalu tersenyum mengejek. "Bukan aku yang mengganggu, tapi kau yang marah-marah terus. Kalau kau perhatikan, aku tidak berbuat apa-apa kan?"

Dia berbalik dan tertawa menyebalkan. Aku menggertakkan gigi. Bisa-bisanya dia menuduhku yang marah-marah!

***

Aku membuka pintu kamar untuk menaruh tas dan buku-buku. Semua pelajaran hari ini akhirnya selesai. Mungkin aku akan mandi dan...

Eh? Itu apa?

Di meja samping tempat tidurku, ada perkamen baru dengan pesan diatasnya.

Pesannya berbunyi:

Hermione,

Demi apapun aku tidak mengambil perkamenmu. Tapi supaya kau tidak marah-marah lagi di asrama, aku akan mengganti perkamenmu itu. Dan yah, aku ada urusan sebentar. Tidak lama kok, aku akan kembali saat jam tidur.

Malfoy

Astaga! Dia memanggilku apa?

Hermione? Hermione?!

Biasanya dia memanggilku..Granger, Mudblood, Miss-Know-It-All. Dia memanggilku dengan nama pertamaku?

Dan tiba-tiba saja, sudut bibirku tertarik tanpa kusadari, dan pipiku terasa hangat.

Love And War (Dramione Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang