Sejak perekenalan yang terkesan singkat itu, kami jadi sering bermain bersama. Taehyung sering menghampiriku yang sedang bermain dengan Mari. Dia berkata kalau dia ingin bermain masak-masakan dengan kami! Aku dan Mari dengan senang hati menyambutnya sebagai anggota tim memasak kami.
Tapi semua tak sesuai dengan apa yang aku bayangkan. Dia menghancurkan semuanya. Dia bahkan tak ahli memasak, ya walaupun kami hanya bermain. Tapi sungguh dia sangat payah, sampai-sampai Mari dibuat kesal karenanya. Akhirnya Taehyung memutuskan untuk tidak ikut acara masak-masakku dan Mari.
Tak berbeda dengan saat bermain masak-masak, di kelas mewarnai pun Taehyung sangat payah. Dia tak bisa mewarnai dengan benar. Hasil mewarnainya sangat absurd, contohnya daun pohon dia beri warna ungu. Sangat aneh bukan?
Tapi Taehyung dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi, dengan bangganya menunjukkan hasil mewarnainya kepada seluruh anak di kelas. Bahkan semua berkata bahwa seharusnya daun itu berwarna hijau, tetapi tentu saja Taehyung tidak menghiraukan kritikan mereka. Sampai-sampai ibu guru pun hanya geleng-geleng melihat tingkah Taehyung itu.
Pada suatu hari, saat aku bermain ayunan, seorang anak laki-laki yang bernama Jongin menghampiriku.
"Cepatlah turun dari ayunan ini!" bentak Jongin tiba-tiba.
Aku hanya memandanginya bingung. Tentu saja aku tidak akan menuruti perintahnya. Enak saja dia membentak dan memaksaku untuk turun dari ayunan ini. Aku 'kan yang memakainya lebih dulu.
"Tunggu saja sampai aku selesai," ucapku pada Jongin sambil melanjutkan berayun di atas ayunan itu.
Tetapi, hal tak terduga terjadi. Jongin memang keras kepala. Dia menghentikan ayunan itu dan menarikku secara paksa turun dari ayunan itu. Dia menarikku terlalu kasar sehingga aku terjatuh.
Awalnya aku hanya membulatkan mataku terkejut sambil memandangi Jongin yang hendak menaiki ayunan itu. Sampai akhirnya, pandangan mataku menjadi buram karena air mata yang menyeruak keluar dari kedua mataku. Bukannya aku cengeng atau apa, tetapi setelah melihat lututku yang terjatuh di tanah tadi berdarah, aku mulai menangis. Aku takut darah. Aneh? Iya.
Aku menangis sejadi-jadinya sambil terduduk. Beberapa anak yang berada di sekitarku hanya memerhatikan. Tentu saja, memangnya apa yang bisa dilakukan bocah-bocah ingusan?
Tapi hal itu tak berlangsung lama ketika aku melihat bayangan seseorang yang berdiri di depanku. Aku mendongakkan kepalaku dan menemukan dia berdiri di sana. Akhirnya dia berjongkok di sampingku dan memandangi wajahku dan lututku yang berdarah secara bergantian. Aku hanya bisa melihatnya sambil terus menangis.
Tiba-tiba saja dia kembali berdiri dan berlari meninggalkanku. Kupikir tadi dia akan membantuku atau apa, ternyata dia sama saja dengan yang lain. Aku masih terus menangis, sampai akhirnya aku mendengar derap kaki mendekatiku. Aku mendongakkan kepalaku untuk kedua kalinya dan menemukan ibu guru berdiri di sana, dan yang membuatku lebih terkejut adalah Taehyung berdiri di sampingnya.
Aku langsung digendong dan dibawa menuju ruang kesehatan oleh ibu guru itu. Sesampainya di sana, aku masih sesenggukan.
Ibu guru membersihkan dan mengobati luka di lututku dengan telaten. Setelah selesai memplester lukaku, beliau mengelus puncak kepalaku dan mengatakan semua baik-baik saja, jadi jangan menangis lagi sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki muncul dari balik pintu dan berjalan menghampiri kami berdua. Dia berdiri di samping kursi yang aku duduki sambil melihat wajah dan lututku secara bergantian seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
dear him ; kth
Fanfictionyou came to light up my world with your smile, crashed my world when you left, yet I'm still thanking you for that.