Hening. Sepi. Semua berwarna putih. Bau antiseptik menyebar di seluruh bangunan itu, menyeruak masuk ke dalam indera penciumanku.
Mataku tertuju pada seorang lelaki yang telah hadir dalam kehidupanku bertahun-tahun yang lalu. Tubuhnya terbaring lemah di atas tempat tidur yang terbalut sprei putih. Di tangan kirinya terdapat selang yang dialiri cairan infus.
Wajahnya yang putih kini menjadi pucat. Pipinya terlihat sedikit tirus dibanding dengan saat terakhir aku melihatnya di sekolah.
Kelopak matanya terpejam. Tapi tak lama kemudian, bulu matanya bergerak. Sepersekian detik kemudian, kelopak matanya terbuka. Memperlihatkan mata cokelatnya, lalu pandangannya tertuju padaku, meneliti setiap detil wajahku. Sebuah senyuman mengembang di wajahnya. Senyum yang telah menjadi favoritku selama bertahun-tahun.
"Kau datang,"
"Dasar bodoh."
Senyumnya masih terpahat di wajahnya yang pucat itu.
"Kau tahu? Aku sangat khawatir, bodoh." ucapku sambil tersenyum getir, setetes air mata meluncur.
"Maafkan aku." Kini senyumnya berangsur hilang dari wajahnya. "Aku tak ingin melihatmu seperti ini." Tangan kanannya terulur, menghapus air mata di kedua pipiku.
"Maaf, aku tak membawa apa-apa ke sini,"
"Melihatmu saja aku sudah senang."
Taehyung menyelipkan rambut yang turun ke wajahku ke belakang telingaku. Tangannya berhenti di sana. Kedua manik mata cokelatnya bertemu dengan manik mataku untuk beberapa saat.
Karena terasa semakin canggung, aku memutuskan kontak mata kami dan memalingkan wajahku, berpura-pura sedang mengamati ruangan itu.
Keheningan muncul kembali. Bahkan suara jarum jam dinding menjadi terdengar sangat nyaring. Akhirnya aku memutuskan untuk memulai pembicaraan, menghilangkan kecanggungan.
"Ayo kita pergi menonton pertunjukan kembang api bersama. Kumohon." Kini aku menggenggam tangan kanannya dengan kedua tanganku. Jantungku masih berdetak tak menentu, tetapi aku harus terlihat senatural mungkin di depannya.
Kuperhatikan Taehyung sedang berfikir, pura-pura berfikir seperti yang sering ia lakukan.
"Hmm... mau tidak yaaa," ucapnya sambil melirikku sekilas dengan menahan senyum.
"Ayolah, Tae." Aku memohon sambil memasang puppy face.
"Baiklah." ucapnya sambil tersenyum padaku.
"Yeay!" aku berteriak dengan bisikan karena kegirangan dan tersenyum lebar ke arahnya. "Cepatlah sembuh, Taehyung. Aku kesepian saat kau tak ada," ucapku.
"Tentu saja, Seoyeon. Sampai sebegitunya kah kau merindukanku," ucap Taehyung sambil tertawa. Tangannya mengacak rambutku lembut.
"Ibu bahkan merindukan kedatanganmu di rumah,"
"Sampaikan salamku untuk tante ya,"
"Tentu saja,"
Kami bercakap-cakap cukup lama. Aku bercerita tentang bagaimana sekolah, apa yang aku lakukan ketika dia tak ada di sekolah, dan tentang tim basket.
"Jungkook yang memberitahumu kalau aku di sini?"
Aku hanya menganggukkan kepalaku padanya sebagai jawaban.
"Dia berkata bahwa dua hari yang lalu, ketika sedang mengunjungi bibinya di rumah sakit ini, dia melihatmu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
dear him ; kth
Fanfictionyou came to light up my world with your smile, crashed my world when you left, yet I'm still thanking you for that.