• his lies •

20 3 0
                                    

Aku berlari menuju gerbang sekolah setelah turun dari bus umum yang mengantarkanku sampai di perempatan dekat sekolah.

Kulihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku sekilas, dan seketika aku membulatkan mataku. Jam menunjukkan pukul 8 kurang 6 menit, padahal pelajaran akan dimulai pada pukul 8.

Kupercepat lariku dan akhirnya sampai juga aku di dalam halaman sekolah walaupun masih berjarak 5 meter dari gerbang sekolah.

Banyak siswa yang berlarian karena takut pintu gerbang akan segera ditutup oleh satpam sekolah. Petugas kedisiplinan pun terlihat sudah berdiri di samping pos satpam.

Kulangkahkan kedua kakiku cepat menuju ruangan kelasku. Saat sampai di depan kelas, kulihat jam tanganku lagi. Pukul 8 tepat. Untung saja guru belum hadir di dalam kelas.

Suasana kelas sangat gaduh ketika aku memasukinya. Bisa kulihat beberapa teman laki-laki sekelasku berkumpul di belakang kelas tertawa terbahak-bahak. Ada pula beberapa teman perempuanku yang berkumpul membicarakan entah itu apa.

Kuedarkan pandanganku dan bisa kulihat dia duduk di sana. Tempat di mana semestinya ia duduk dan mengikuti pelajaran di sekolah setiap harinya.

Tanpa keraguan sedikitpun, kulangkahkan kakiku menuju ke arahnya. Kuperhatikan dia sedang entah apa, tetapi terlihat seperti tertidur dengan pulas. Kepalanya ia letakkan di atas tumpukan kedua lengannya. Wajahnya menghadap ke arah dinding.

Setelah aku sampai di samping mejanya, kulihat wajahnya dengan membungkukkan badanku, dan seketika itu juga menegakkan badanku. Ternyata dia tidak tertidur.

"Selamat pagi," ucapnya yang sekarang duduk dengan badan tegap di tempat duduknya sambil mengulas senyum padaku.

"Selamat pagi," balasku sambil tersenyum canggung.

Aku berdiri di sana beberapa saat sebelum akhirnya Taehyung berdehem keras sambil tersenyum ke arahku. Aku baru sadar sedari tadi aku masih berdiri di samping mejanya sambil memerhatikannya.

Dengan langkah yang terburu-buru, aku berjalan menuju ke arah meja di mana tempat dudukku berada. Saking terburu-buru, lututku dengan tidak sengaja menabrak mejaku sendiri dan menghasilkan bunyi yang keras. Langsung saja aku mengaduh kesakitan sambil mengelus lututku yang terasa sakit.

"Kau tak apa?" kudengar suara cemas Taehyung masuk ke dalam indra pendengaranku.

Kuperhatikan dia sekarang berdiri tepat di samping mejaku sambil sesekali memerhatikan lututku yang berada di bawah meja dengan mata khawatir.

"Tenang saja, aku tak apa-apa. Mungkin nanti hanya lebam sedikit," balasku sambil tersenyum padanya.

"Aku rasa itu sangat sakit sekali. Bahkan suaranya sangat keras tadi,"

"Iya, rasanya sakit tapi tidak sampai mematahkan tulang lututku," ucapku sambil tertawa.

"Lain kali kalau jalan hati-hati dan melihat sekeliling,"

"Kau pikir aku anak-anak, hah?" candaku sambil memutar mataku lalu tersenyum padanya.

"Tentu saja. Kau bahkan tidak peduli dengan dirimu sendiri," ucap Taehyung yang masih berdiri di samping mejaku dengan kedua tangan dilipat di depan dada.

"Iya, iya, Ayah,"

"Apa kau bilang?"

dear him ; kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang