Cinta tidak memandang kasta
Cinta tidak memandang harta
Cinta tidak memandang waktu
Cinta tidak memandang zaman
Cinta hanya akan bereaksi jika bertemu dengan pasangannya yang menurut hati itu sendiri cocok.
-Daniara POV-
Hari ini langit sedikit mendung berbanding terbalik dengan perasaanku saat ini, aku sedang bersemangat menjalani aktivitasku sebagai pegawai kantoran biasa. Aku bekerja di Hyundai Departement Store dibagian pemasaran. Aku bekerja disini sekitar 1 tahun lebih dan semenjak itu kehidupanku berubah.
"Rara, kau sedang memikirkan apa?" pertanyaan Sura rekan kerjaku membuyarkan lamunanku. Aku sedang memikirkan apa jadinya kalau karyawan disini mengetahui siapa aku. Mungkinkah mereka akan tetap memandangku rendah atau justru bertambah memandangku sebelah mata. "Tidak, aku tidak memikirkan apa-apa" dustaku kepada Sura. Aku tak pernah menceritakan tentang kehidupan pribadiku kepada teman sekantorku.
"Hei kau Miss Dorky, dimalam pesta penghargaan besok kau datang tidak" ucapan pedas yang diarahkan kepadaku itu keluar dari bibir mungil Virni, "Aku sarankan kau tidak usah datang dari pada mempermalukan dirimu sendiri" aku sendiri tidak tahu apa masalah Virni denganku, aku akui diriku memanglah berbanding jauh dengannya. "Jaga bicaramu Virni", Sura selalu setia membelaku dari ucapan pedas yang diutarakan kepadaku tentunya bukan hanya Virni yang menghinaku seperti ini disini, tapi hampir seluruh karyawan memandang rendah diriku. Aku mendapat predikat 'Miss Dorky' yang sesuai dengan penampilanku yang norak, cupu, culun. Sehari-sehari ke kantor aku hanya mengenakan celana bahan panjang, baju kotak-kotak lengan panjang, rambut dikuncir kuda terkadang dicepol sembarangan, serta tak lupa kaca mata tebal yang selalu bertengger dihidungku.
"Jangan kau dengarkan kata-kata nenek-nenek bermulut tajam itu" Sura memang selalu menghiburku setiap kali ada yang mengataiku dengan kata-kata kasar, "Jadi, malam besok kau akan datangkan?" sebenarnya aku sendiri tak percaya diri datang ke pesta penghargaan seperti itu, setiap tahun perusahan tempat aku bekerja selalu mengadakan pesta penghargaan seperti ini, penghargaan diberikan kepada karyawan-karyawan yang memiliki talenta, baik itu dalam bidang kerja, perilaku, bahkan hingga cara berpakaian. Bukan tanpa alasan yang pasti, seluruh karyawan menjuluki aku Miss Dorky, karena julukan itu aku dapatkan saat pesta penghargaan satu tahun lalu.
"Aku tidak tahu Sura, mungkin aku tidak akan datang" aku menjawab pertanyaan Sura dengan lesu dan tak bersemangat, lagi pula aku tak akan mau mempermalukan diriku sendiri didepan semua orang seperti dulu. Mencoba tegar saat namaku dipanggil, mencoba tetap tersenyum, menahan malu bahkan tangis yang kapan pun siap pecah mendengar gelak tawa seluruh tamu undangan.
"Ayolah Ra, aku yakin pasti kau tak akan bernasib seperti tahun lalu" mendengar penuturan Sura membuatku bertambah tak bersemangat, berbanding terbalik dengan keadaanku beberapa waktu lalu sebelum Virni menghinaku. Sura yang melihat perubahan ekspresi diwajahku langsung berkata, "maaf, bukannya aku menyinggungmu tapi..." Sura sedikit kebingungan menjelaskan yang ia maksud, sebenarnya aku tak marah hanya aku merasa seperti pecundang. "Tak apa Sura" kali ini aku seperti kehabisan senyum, stok senyum yang selalu aku punya berkurang drastis setelah aku memikirkan kenapa aku harus senorak ini.
Kalian pasti menyangka aku ini anak orang tak mampu, kalian salah aku justru terlahir dari keluarga berada. Kedua orang tuaku tinggal di Italy dan aku tidak tinggal sendirian di Indonesia, ada abangku yang juga tinggal di Indonesia. Biarpun begitu aku memilih tinggal di apartemen sendirian sedangkan Abangku sudah menikah dan Abangku lah yang melanjutkan bisnis keluargaku.
"Rara ayo makan siang bersama, nanti sehabis makan siang kita ada rapat" kuhembuskan nafas berat berharap itu dapat sedikit menghilangkan beban pikiranku yang sepertinya bertambah berkali-kali lipat semenjak aku bekerja disini, "Hmm ayo, aku yang traktir bagaimana?" mungkin dengan mentraktir Sura sedikit banyak dapat membuat aku senang. Aneh memang salah satu hal yang membuatku senang adalah mentraktir orang tentunya selain memakan keju kunyah. Itulah kebiasaanku saat aku sedang sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Dorky and Mr Perfect (Selesai)
Teen FictionDaniara Putri Lambang seorang perempuan yang berfikiran dewasa dan bersifat tenang, memiliki banyak poblema didalam kehidupannya. Keluarganya yang kaya raya tak membuatnya dapat hidup dengan penuh pujian, namun sebaliknya penuh cacian karena penampi...