Aku tak pernah malu memilikimu justru aku bangga karena dirimu aku jauh lebih bahagia, karena dirimu mengajarkan aku arti kehidupan itu -Candra-
Aku takut kau akan di hujat karenaku, aku takut kau akan pergi meninggalkanku karena aku seperti ini, aku takut kehilanganmu kehilangan cintamu -Daniara-
-Candra POV-
Entah kenapa malam ini aku sangat merindukannya, mungkin aku bisa menemuinya di apartemen. Aku tak perlu memberi tahunya dulu bahwa aku akan berkunjung karena ini akan sangat membuatnya senang, sudah lama aku tak melihat keadaan kekasih tercintaku itu.
Gadis yang berhasil merebut hatiku mematahkan segala hal yang membuatku sedikit anti dengan perempuan, itu dulu bukan sekarang. Bagiku sekarang hanya dirinya, aku berjanji akan menjaganya.
"Sayaaanng" sepertinya suaraku dapat merusak gendang telinga gadis itu, tapi aku benar-benar sudah sangat merindukannya. Tak perlu aku mengetuk atau memencet bel untuk masuk ke apartemennya ini karena aku mengetahui pasword apartemennya.
Tapi kenapa tidak ada sahutan sama sekali, apa iya dia sudah tidur. Ku langkahkan kakiku menuju dapur karena aku merasa haus sekali dan sebentar lagi akan dehidrasi *lebay*. Saat aku sedang berjalan menuju dapur aku menemukan sosoknya yang sedang duduk di meja makan dengan gelisah bersama seseorang.
Tunggu dulu sepertinya aku mengenal perempuan yang duduk dimeja makan bersama Rara bukankah dia teman sekantor Rara yang sering membantunya. Segera aku alihkan pandanganku ke arah Rara yang sedang menatapku seolah-olah mengatakan 'kau cari mati Candra'.
Matilah kau Candra, rutukku dalam hati. Aku tahu bagaimana jika Rara marah dan mengambek dia tak akan mengindahkanku, dia akan mendiamiku selama mungkin. Aku sendiri bingung harus bagaimana sekarang. Tapi sepertinya Nona Sura bisa di ajak untuk kompromi.
"Pak Candra? Bagaimana bisa Anda masuk kemari?" mati kau Candra akhirnya Nona Sura bertanya, aku masih memperhatikan Rara yang memasang muka memelas. Maaf sayang ini saatnya.
"Jangan terlalu resmi Nona Sura" aku meneruskan tujuanku yang tertunda mengambil minuman dingin dari dalam kulkas dan duduk dimeja makan disamping Rara, bergabung dengan mereka berdua "panggil saja aku Candra, kau teman Rara berarti kau juga temanku" aku berusaha untuk sesantai mungkin mengatakannya. Aku bisa mulai merasakan tatapan mematikan dari Rara yang sepertinya siap menjalankan aksi ngambeknya. Aku harus cari cara bagaimana agar Rara tidak mengambek.
Saat Nona Sura akan menjawab perkataanku barusan ponselnya berdering dan dia permisi mengangkat telponnya menjauh dari aku dan Rara. "Kau cari mati" dapat aku lihat matanya yang mulai berkaca-kaca, aku tahu Rara sangat terauma kalau ada karyawan kantor yang mengetahui hubungan kami, ini dikarenakan penghargaan Miss Dorky sialan itu.
"Maaf sayang, aku benar-benar tak tahu bahwa kau sedang ada tamu" kutatap lembut bola mata hazel Rara yang terlihat jelas karena dia melepaskan kaca matanya. "Aku takut" segera kurangkul tubuh mungilnya memberikannya ketenangan dan kepercayaan. Dapat aku rasakan tubuh Rara bergetar didalam pelukanku, tangisnya pun pecah di dalam pelukanku.
"Maaf. aku janji tak akan ada hal buruk yang akan menimpamu, Aku akan selalu menjagamu" ku tepuk-tepuk pelan punggung Rara sekedar menenangkannya. Sejujurnya aku tak tega melakukan ini kepadanya membuatnya menangis seperti ini. Mengingatkanku akan kejadian satu tahun lalu dimana Rara menangis seperti orang frustasi, menangis dalam diam karena penghargaan sialan itu.
Aku tahu Rara menangis bukan karena dirinya begitu dianggap sebagai Miss Dorky, tapi dia menangis karena aku. Dia pernah bilang bahwa dia tak mau melihatku malu mempunyai pacar seperti dirinya. Padahal aku tak pernah malu sedikitpun memilikinya, bahkan orang tuaku sangat menyetujui hubungan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Dorky and Mr Perfect (Selesai)
Teen FictionDaniara Putri Lambang seorang perempuan yang berfikiran dewasa dan bersifat tenang, memiliki banyak poblema didalam kehidupannya. Keluarganya yang kaya raya tak membuatnya dapat hidup dengan penuh pujian, namun sebaliknya penuh cacian karena penampi...