Akhirnya aku bisa juga buat extra part cerita ini hihihi, kalau votenya banyak aku bakal buatin extra part 2 wkwkwk :p
Daniara POV
Hari ini aku sedang merajuk dengan Mas Candra, catat nih ya sekarang aku manggil dia dengan sebutan MAS. Gimana aku gak merajuk, masa dia seenak jidatnya aja nurunin aku ditengah jalan gara-gara dia ada meeting mendadak KATANYA.
Terpaksa aku melanjutkan perjalanan ke butik dengan menggunakan bus, hari ini rencananya kami akan fiting baju pengantin kami untuk minggu depan. Setelah turun dihalte yang ternyata aku harus masih berjalan lagi sekitar 10 meter baru bisa ketemu sama butiknya.
"Siang Mbak ada yang bisa dibantu?" sapa seorang pramuniaga butik didepan pintu ketika aku masuk. Suasana butik yang serba cokelat itu membuatku nyaman, setidaknya melupakan SEDIKIT rasa kesalku, "saya udah buat janji sama Ibu Ratih mau fiting baju," ujarku kepada Mbak-Mbak pramuniaga tersebut.
"Mari saya antar kedalam, Ibu Ratih memang sudah menunggu," ajak Mbak pramuniaga tersebut. Saat sampai didepan pintu yang terbuat dari ukiran kayu jati yang sangat cantik dan kokoh Mbak pramuniaga tersebut mengetok pintu tersebut.
Tok Tok Tok
Setelah mendengar sapaan 'masuk' dari dalam Mbak pramuniaga itu mempersilahkan aku masuk dan dia meninggalkan aku begitu saja, "oalah Daniara ayo masuk, ini Ibu lagi pasang payet dibaju kamu," ajak Ibu Ratih begitu aku membuka pintu jati tadi. Ibu Ratih terlihat masih cantik, kata Mama umur Ibu jati sekitar 50an.
"Bu bagian dadanya jangan terlalu rendah ya," pintaku begitu melihat bagian dada baju kebaya putih gading pesananku terlihat agak terbuka. "Ibu tutupin dengan payet aja gak papakan Ra?" tanya Ibu Ratih hati-hati, mungkin beliau takut aku tak suka dengan idenya.
"Iya gak papa kok Bu," jawabku sambil menganggukan kepalaku pelan.
"Kok sendirian? Candranya mana?" pertanyaan Ibu Ratih kembali membuat moodku buruk lagi, "lagi ada meeting Bu, jadi cuma saya aja yang fiting," ujarku dengan nada yang dibuat sebiasa mungkin, masa iya aku mau semua orang tau kalau aku lagi ngambek sama gungs. Bisa bahaya.
"Ayo dicoba dulu," Ibu Ratih membimbingku menuju ruangan kecil yang sepertinya berfungsi untuk tempat fiting baju. Setelah dirasa puas melihat diriku yang terpampang didepan cermin besar yang ada di ruangan ini, aku keluar ruangan berencana untuk menemui Ibu Ratih yang menunggu diluar.
"Ibu ini dibagian perutnya dikecilin lagi ya," pintaku begitu melihat masih ada ruang yang agak luas dibagian perutku. "Iya nanti torsonya Ibu kecelin satu jari lagi," jawab Ibu Ratih setelah mencatat bagian mana saja yang sepertinya masih harus ditambah atau dikurangi.
∞
Aku menyusuri jalan trotoar dengan langkah pelan sembari menikmati semilir angin siang dengan terik panas matahari yang mnyengat. Saat aku sedang asik memanjakan mataku melihat toko-toko kelontong yang terlihat ramai dengan anak-anak SMA yang masih mengenakan seragam mereka, mataku menangkap sebuah toko bunga yang terbilang sederhana namun penataan letak bunganya membuat toko tersebut sangat asri.
"Ada yang bisa dibantu Mbak?" sapa seorang anak remaja yang mungkin berumur 16 atau 17 tahunan, "saya mau dong dibuatin satu bucket bunga krisan putihnya," pintaku begitu mataku menangkap betapa indahnya bunga krisan berwarna purih itu.
Kebetulan memang bunga didalam kamarku sudah layu, jadi bunga krisan ini bisa menggantikan posisi bunga mawar merah darah dikamarku. Selagi anak remaja tadi merangkaikan bunga krisan berwarna putih tadi aku sibuk melihat-lihat keadaan toko yang membuatku nyaman. Berasa berada ditaman bunga, aku tersenyum kecil begitu mengingat bahwa tempat sederhana seperti ini saja bisa membuat banyak orang terkesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Dorky and Mr Perfect (Selesai)
Teen FictionDaniara Putri Lambang seorang perempuan yang berfikiran dewasa dan bersifat tenang, memiliki banyak poblema didalam kehidupannya. Keluarganya yang kaya raya tak membuatnya dapat hidup dengan penuh pujian, namun sebaliknya penuh cacian karena penampi...