Oke ini extra part 2nya, jadi selamat menikmati ya.....
Candra POV
Aku memandangi wajah cantik istriku yang tertidur lelap didalam pelukkanku, senyum polosnya membuatku mengembangkan senyum manisku, kemarin Rara baru saja sah menjadi istriku. Aku belai rambut panjang ikalnya, lalu bergeser ke pipi putih mulus lembut miliknya, dan bibir merah merekah yang sedikit membengkak akibat ulahku tadi malam.
"Hmmm..." gumam Rara sambil menambah erat pelukkannya, membuat tubuh polos kami saling bersentuhan lebih intim. aku terkekeh kecil karena baru mengingat bahwa Rara orangnya sedikit susah dibangunkan saat tidur. "Sayang ayo sholat subuh dulu," bisikku lembut ditelinganya dan iseng membelai lembut punggung terbukanya yang polos.
"Ngantuk..." jawabnya masih dengan mata terpejam dan bibirnya yang mengerucut lucu. Iseng aku kecup bibir menggodanya itu, namun apa daya itu malah berdampak buruk bagi sesuatu dari bagian tubuhku yang lain.
"Sayang bangun," aku masih berusaha membangunkan Rara, kali ini dengan mengecupi seluruh bagian wajahnya. Kalau dia masih tak juga bangun akan aku jilat semua wajahnya yang lucu ini. "Mas geli ih," sungutnya kesal sambil mengucek-ngucek matanya.
"Ayo mandi dulu," ujarku, tanpa menunggu persetujuan dari Rara aku gendong tubuh polosnya itu dengan semangat kedalam kamar mandi. "Mas ini masih pagi!!!" jerit Rara di dalam gendonganku.
∞
Kemarin setelah acara resepsi pernikahan aku dan Rara memang langsung pulang ke apartemenku, kalau urusan bulan madu itu nanti saja. Mau dimana saja bulan madu ujung-ujungnya juga pasti di kamar.
Pagi ini aku sedang duduk santai sambil membaca koran pagi di meja makan sambil menunggu Rara yang sedang memasak sarapan pagi ini untuk kami berdua. "Mas ayo sarapan dulu," panggil Rara lembut. Rara duduk manis di samping sebelah kananku sambil mengambilkan nasi goreng seafood untukku. Aku melipat koran yang sedang aku baca dan beralih pada nasi goreng yang sangat menggugah selera yang ada dihadapanku.
Aku memakan nasi goreng buatan Rara dengan semangat, "enak Mas? Atau kelaparan?" sindir Rara karena melihatku makan dengan lahap, aku sentil keningnya lembut "gak sopan suami sendiri di sindir," ucapku sambil terkekeh kecil dan melanjutkan lagi makanku. Aku biarkan saja Rara yang masih setia mengoceh tak terima akan perbuatanku.
"Mas jalan-jalan yuk, bosen nih dirumah," rengek Rara saat kami sedang sibuk menonton Tv sambil berpelukkan mesra di atas sofa.
"Males ah, enakan kita kamar aja yuk," ajakku sambil menaik turunkan kedua alisku menggoda Rara yang mukanya sudah memerah bak udang rebus. "Ini kan masih sore Masss," kilah Rara sambil pandangannya kembali fokus ke acara di televisi.
"Loh justru bagus dong, nanti langsung mandi terus kita sholat ashar," aku membuat-buat alasan untuk tetap mengajaknya bermain-main diranjang. "Masss iiihhh," ucap Rara malu-malu.
"Udah ah lama kamu yang," langsung saja aku gendong tubuh langsing sexy milik istri tercintaku ini menuju kamar kami.
∞
Lima bulan kemudian
Aku masih sibuk dengan dokumen-dokumen yang menumpuk dimeja kerjaku, waktu sudah menunjukkan waktu jam makan siang namun aku masih setia berada didalam ruang kerjaku. Tiba-tiba saja sekertarisku yang baru bernama Roy masuk.
"Pak saya permisi dulu mau makan siang," pamit Roy kepadaku. Aku menganggukkan kepalaku dan mengijinkannya makan siang. Roy memang masih muda umurnya baru 18 tahun namun pekerjaannya yang ulet dan sangat rapih membuatku betah bekerja bersamanya.
Brakk
"Masss!!!" teriak seorang perempuan dengan perut yang sedikit agak membesar berdiri didepan pintu ruanganku yang terbuka lebar. Memancing perhatian dari beberapa karyawan yang lewat didepan pintu kaca depan ruangan Roy.
Aku berlari dengan panik menuju karah istriku yang sedang menangis tersedu-sedu, "ada apa sayang? "kegiles mobil," ujarnya diantara isak tangisnya.
Aku hanya bisa melongo mendengar perkataan polos istriku tercinta ini, ntah mengapa sejak dia mengandung anak pertama kami Rara menjadi wanita cengeng dan labil. Mungkin bawaan hormone ibu hamil, pikirku.
"Dedek bilang dong sama Bundanya jangan nangis lagi," ujarku sambil mengelus-elus perut istriku yang sudah mulai membesar, usia kandungannya memang masih jalan menuju bulan ke lima.
"Iya Yah, Bunda gak nangis lagi kok," cicit Rara sambil memelukku erat. Kalau Rara sudah menangis seperti tadi aku pasti akan merasa sangat kebingungan dan kelimpungan sana sini. "Bunda udah makan?" tanyaku lembut sambil menggiring Rara menuju sofa di ruanganku.
"Belum Yah, Bunda kesini mau ngajakin Ayah makan siang diluar," katanya sambil dengan posisi yang rebahan dipundakku. "Kok tumben ngajakin makan diluar?" aku mengerut bingung karena melihat perubahan yang aneh lagi dari istri cantik nan mungilku ini, biasanya Rara tak pernah mau bila aku ajak makan diluar.
"Lagi males masak Yah hehehe..." jawab Rara sambil terkekeh kecil dan nyengir polos. "Ya udah ayo makan siang dulu," ajakku sambil membantu Rara yang masih malas-malasan berdiri.
Daniara POV
Usia kandunganku yang sudah menginjak bulan ke 5 membuatku semakin manja dengan Mas Candra. Yah mau gimana lagi namanya juga anak bapaknya pasti mau manja-manjaan sama Mas Candra. "Yah bikinin nasi goreng dong," pintaku kepada suamiku yang masih setia bergelung dibawah selimut. Waktu memang menunjukkan waktu tengah malam, tetapi aku benar-benar sedang ingin makan nasi goreng buatan Mas Candra.
"Bun inikan tengah malam, besok aja ya?" jawabnya dengan mata yang sedikit terbuka, "tapi Bunda mau sekarang Yah," ujarku kekeh memintanya bangun.
"Bunda, Ayah baru pulang Bun!" aku yang kaget mendengar perkataan Mas Candra sedikit membentak segera sadar bahwa apa yang aku lakukan salah. Tanpa menunggu apa-apa lagi aku rebahkan badanku kembali dan ikut tidur dengan posisi memunggungi Mas Candra.
Sebenarnya aku sedih mendengar teriakan Mas Candra hingga aku tak bisa menghentikan air mata yang keluar dari pelupuk mataku, aku berusaha menahan suara tangisku yang justru berubah menjadi isakan tersendat.
Saat itulah aku merasakan lengan besar memelukku dari belakang, "maafin Ayah Bun, Ayah gak bermaksud buat ngebentak Bunda," bisiknya di telingku.
Mas Candra membalikkan badanku menghadap kearahnya, dihapusnya air mata yang meleleh di kedua pipiku. "Bunda maukan maafin Ayah?" tanyanya kepadaku dengan suara yang sangat lembut. Aku mengangguk kecil menerima permohonan maafnya.
"Bunda tunggu disini ya, biar Ayah buatin nasi gorengnya," pamitnya dan bangkit dari tidurnya. Mas Candra menyelimutiku dengan sayang dan mengecup pelan dahiku.
Aku menunggu Mas Candra sambil memainkan tablet milik Mas Candra. Aku memilih bermain permainan angry bird yang belakangan menjadi permainan favoritku. "Ini yang suka main angry bird Bunda atau dedeknya sih?" tanya Mas Candra jahil sambil meletakkan sepiring nasi goreng hangat di nakas samping tempat tidur.
"Suapin dong Yah," pintaku manja sambil duduk dikepala ranjang dan meletakkan tablet milik Mas Candra di atas tempat tidur begitu saja.
Mas Candra menyuapiku dengan sabar, aku melihat matanya yang sudah mengantuk. Aku tahu dia pasti sangat kelelahan karena memang Mas Candra tadi lembur di kantor dan baru pulang sekitar jam 10 malam. Otomatis tanganku terulur memngelus lembut pipi suamiku yang terlihat sangat mulus untuk ukuran laki-laki.
"Nah sekarang kita lanjut tidur lagi ya," aku mengangguk menanggapi ajakan Mas Candra. "Makasih ya Yah," gumamku lembut sambil memeluk tubuh tegap miliknya. "Anything for Bunda..."
Toreng toreng.....
Gimana sama part ini? Aneh ya? Hihi maaf deh kalau aneh.
Jangan lupa vote dan komentarnya ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Dorky and Mr Perfect (Selesai)
Teen FictionDaniara Putri Lambang seorang perempuan yang berfikiran dewasa dan bersifat tenang, memiliki banyak poblema didalam kehidupannya. Keluarganya yang kaya raya tak membuatnya dapat hidup dengan penuh pujian, namun sebaliknya penuh cacian karena penampi...