Sudah beberapa bulan semenjak Justin pulang, dan akhirnya pergi lagi ke New York- aku dan Austin disibukkan dengan café besar kami yang baru selesai dibangun seminggu yang lalu. Hari ini keluargaku dan keluarga Austin berkumpul untuk meresmikan pembukaan café tersebut. Austin sudah mengundang semua temannya yang ada dibar, dan aku sudah mengundang teman-temanku yang ada di salon. Ya, belakangan ini- aku bekerja disalon- tapi mungkin kalau café ini berhasil, aku akan lebih fokus kepada café ini.
Ayah dan ibuku juga sudah mengundang seluruh temannya untuk datang, begitu juga dengan keluarga Austin. Keluarga Austin sangat berterimakasih padaku karena ikut menyertakan mereka dalam pembukaan café tersebut. Aku sama sekali tidak keberatan.
Rencana-nya Austin yang akan memantau seluruh kegiatan café setiap harinya, bersama dengan ibuku yang akan memasak bersama dengan 2 ahli masak lainnya. Sementara aku akan mengontrol kegiatan melalui catatan austin, atau hanya datang saja dan melihat. Justin sendiri senang aku memulai usahaku tersebut, dia bilang café akan mendatangkan untung yang besar. Sayang sekali dia tidak bisa datang karena dia baru akan pulang bulan depan- dan beberapa bulan kemudian akan balik ke New York tentu saja, karena perusahaan tempat dia magang menawarinya pekerjaan besar disana. aku sedih karena aku pisah dengannya, tapi tidak terlalu- karena kupikir aku sudah terbiasa ditinggal dengannya dan hidup dengan Austin.
Austin sendiri sedang dekat dengan seorang wanita yang konon katanya dikenalnya di bar- lagi. Dan aku belum bertemu sama sekali dengan wanita itu, tapi hari ini aku akan ketemu dengannya. Entahlah wanita seperti apalagi kali ini yang akan aku lihat- tapi aku punya feeling tidak enak.
“ Haley, kau lihat Austin?” tanya ibunya austin saat waktu sudah dekat untuk peresmian café kami. Banyak tamu yang sudah datang, aku berdiri diluar untuk mencari signal, menelepon Justin bahwa sampai sekarang café ini berjalan baik.
“ Oh, mungkin menjemput wanita-nya..” kataku tersenyum sambil mengetik pesan untuk Justin
“ Bukankah kau wanitanya?” ibu austin terlihat kaget ketika dia tahu bahwa aku bukan wanitanya
“ Oh bukan bukan!” aku buru-buru mengibaskan tanganku, “aku sudah punya pacar, dan austin juga kelihatannya begitu..” aku tersenyum lalu melanjutkan mengetik sms-ku.
“ Yaampun, kupikir selama ini- kau dan austin..” aku tertawa mendengarnya
“ Tidak, kami betul-betul hanya teman..” dan send! Pesannya sudah kukirim. Tak lama austin datang dengan mobilnya dan membunyikan klaksonnya didepanku dan ibunya. Aku tersenyum. Austin keluar, lalu seorang wanita berpenampilan seksi turun dari sisi sebelah kiri mobil. Aku dan ibu austin melongo melihat perempuan itu. Tubuhnya benar-benar bak model, dan cantik. Dia menggandeng tangan Austin saat dia turun lalu tersenyum ramah kepadaku.
“ Umm, silahkan masuk..” kataku menatap wanita itu lalu Austin. Austin membisikkan sesuatu kepadanya, lalu wanita itu menciumnya dan masuk melewati kami terlebih dahulu kedalam café. Aku melotot kearah Austin.
“ dia wanita yang kau bilang?” austin mengangguk.
“ bagaimana, eh?” tanyanya penasaran meminta pendapatku dan ibunya. Ibunya hanya mengangkat tangan keudara dan menggelengkan kepala, lalu tanpa banyak bicara masuk kedalam. Aku tertawa melihatnya.
“ ibumu sudah mewakilkan pendapatku..” kataku, austin merangkulku dan mengajakku masuk
“ dia wanita karier, haley. Dia baru saja cerai dari suaminya..”
“ WOAA!” aku melepas rangkulannya dan menghentikannya berjalan
“ kau dengan wanita yang jauh lebih tua?” dia mengangguk

KAMU SEDANG MEMBACA
A Pair Of Shoes
RomanceBerlatar alur flash-back antara acara pernikahan Haley dan juga kehidupan lamanya, membuatnya bimbang- benarkah dia menikahi pria yang tepat dan benar-benar dicintai olehnya?