Prolog

5.7K 169 2
                                        

“ Haley, kau sudah mengenakan gaunmu?” Mally, pendamping pengantin wanitaku membuka pintu kamarku dan melongok. Aku duduk diranjang masih dengan baju santaiku dan memegang handphoneku. Aku tidak menjawab dan hanya menatap Mally dengan tatapan sedih. Mally masuk kedalam ruangan dan mendekatiku perlahan dengan raut wajah iba. Dia duduk disebelahku dan ikut menatap layar handphoneku yang kosong.

“ Austin tidak datang?” Tanyanya. Aku menggeleng lalu mengangkat bahu. Mally mengusap pundakku dan aku menaruh kepalaku dibahunya. Seharusnya ini adalah hari paling bahagiaku, dimana aku akhirnya menikah- orangtuaku menyaksikan- teman temanku semua menyaksikan, dan aku bahagia aku akan menikah dengan Justin. Tapi semuanya berubah ketika aku tahu, dan yakin- Austin, sahabat sejatiku semenjak aku kecil sampai besar sekarang tidak akan datang pada hari pernikahanku.

Austin dan aku saling mengenal ketika kami sama-sama dikelompok bermain. Saat itu aku anak baru, dan hanya Austin yang mau bermain denganku. Lama kelamaan, aku dan austin jadi semakin dekat dan dekat. Dan akhirnya saat sekolah menengah keatas, aku dan austin memutuskan untuk tinggal bersama. Cukup aneh memang kedengarannya, tapi kami single waktu itu- dan kami tidak masalah untuk hal tinggal bersama karena kami memang juga sahabat dekat. Aku tidak mengerti kenapa Austin tidak mau datang- diluar dia tidak suka dengan Justin tentu saja.

Austin sepertinya entah mengapa mempunyai masalah dengan pacarku, Justin. Semenjak aku dan justin bertemu dibangku kuliah semester pertama, austin menunjukkan sikap tidak suka padanya. Sering kali saat aku dan justin sedang dirumah, Austin lebih memilih untuk tidak dirumah atau pergi ke bar bersama teman cowoknya yang lain. Dan sampai saat ini, aku tidak tahu mengapa dia membenci Justin- dan dia juga tidak mau memberitahuku.

“ Oh, honey- sudahlah. Ini hari pernikahanmu, oke. Jangan sampai satupun merusak hari indahmu ini!” Kata Mally dengan nada mengomeliku. Aku mendirikan kepalaku dan mengangguk pelan. Aku bangkit berdiri dan menaruh ponselku diranjang. Mally beranjak kearah wardrobe dan mengambil gaun pengantinku. Aku membuka bajuku dan mulai memasuki gaun pengantinku. Mally membantu aku membetulkan letak bajunya dan letak rambutku. Aku menghela nafas lalu berdiri didepan kaca. Aku tersenyum sekilas melihat pantulan kaca tersebut, Mally berdiri disebelahku sambil memiringkan kepalanya. “Bagaimana menurutmu?” tanyaku pelan. Mally mengusap-usap lenganku dan tersenyum.

“ Justin pasti suka…” aku ikutan tersenyum. Dia menggiringku duduk kembali ditepi ranjangku.

“ kau jangan kemana-mana, sebentar lagi orang yang menata rambutmu akan datang lagi…” katanya

“ jangan pikirkan apapun, ingat ini hari pernikahanmu..” aku mengangguk lagi

“ aku keluar dulu ya, aku ingin menemui yang lain..” Mally mengecup keningku lalu keluar dari ruanganku. Aku sendirian lagi. Kuambil ponselku yang tadi aku letakan diranjang dan mengeceknya. Tidak ada pesan sama sekali dari Austin. Aku memejamkan mataku berusaha untuk tidak memikirkannya.

A Pair Of ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang