Bride in a Bar

1.6K 61 1
                                        

Aku berjalan dipinggiran kota dipertokoan dengan menggunakan gaun pengantinku. Semua orang menatapku. Tentu saja. Aku mengenakan gaun pengantin lengkap dengan sepatu, riasan dan tatanan rambut. Aku mencari tempat yang dimaksud austin, café dekat toko roti diseberang mall yang biasa aku dan austin suka kunjungi.

Begitu aku melihat toko roti aku melirik kesebelahnya dan ada café disana. aku menarik nafasku dalam-dalam lalu menyebrang dengan hati-hati. Tatapan mata orang-orang masih terarah kepadaku, tetapi aku tidak peduli lagi. Aku sampai didepan café tersebut, aku membuka pintunya dan kulihat cafenya ramai- semua orang matanya tertuju padaku saat aku membuka dan menutup pintu, tapi hanya berlangsung sesaat- walau masih ada beberapa yang melihatku.

Aku berjalan melewati orang-orang dan kulihat austin sedang meminum coke dimeja depan bartender. Aku tidak sanggup memanggilnya, aku berjalan kearahnya. Aku melihat austin. Setelah 3tahun aku tidak bertemu dengannya, aku melihatnya lagi.

Austin yang juga melihatku, mematung tidak bergerak- hanya mata kami yang bertemu. Raut wajahnya keras, dan akhirnya dia bangkit berjalan kearahku.

“ hai..” kataku

“ apa yang kau lakukan disini?” bentaknya pelan, dia membawaku kepojokan ruangan tempat yang sepi

“ aku hanya ingin melihatmu sekali lagi sebelum aku menikah..”

“ aku tidak ingin melihatmu..” ujarnya dingin membuat jantungku langsung berhenti berdetak

“ lebih baik kau pergi sekarang, kau akan menikah sebentar lagi..”

“ austin- aku kemari hanya ingin kau datang…”

“ aku tidak akan datang, sekarang pergilah..” ujarnya lalu melewatiku tanpa bicara apa-apa lagi. Aku melongo. Dia kasar sekali padaku. Aku tidak bisa berkata-kata. Begitu aku berbalik, austin sudah duduk lagi menenggak cokenya- tidak melirik sama sekali kearahku. Aku mendekatinya.

“ kau ingin aku menikah dengan justin?” aku bertanya, dia hanya melirikku

“ itu yang kau mau kan..”

“ kenapa kau bilang kau mencintaiku..”

“ kenapa kau membalas mencintaiku juga..” mulai lagi. Sifatnya yang masih suka membalikkan pertanyaan masih lekat didirinya.

“ kau kemana selama 3 tahun ini?” tanyaku. Dia tidak menjawab

“ apa yang kau lakukan di new york?” tanyaku lagi, dia terkejut sekarang

“ aku menelepon ponselmu yang rupanya tertinggal- hilda memberitahuku..” austin menarikku agar lebih dekat dengannya.

“ pulanglah, haley- aku bersungguh-sungguh..” nadanya lebih terdengar seperti cemas daripada mengancam.

“ aku tidak akan pulang sampai kau mengatakan yang sejujurnya- apa yang kau lakukan disana? kenapa kau tidak pernah bilang kau disana..” aku menyerocos. Austin terlihat kesal.

“ aku akan menghubungimu nanti, sebaiknya kau kembali- aku bersungguh sungguh..”

Sebelum aku memprotes, austin sudah menarikku kebelakang bar. Aku kesakitan saat dia menarikku.

“ ada apa?” tanyaku kesal. Dia menyuruhku diam, kami mengintip dari balik meja bar. Justin.

“ justin.. apa yang dia lakukan? Kenapa dia disini?” aku bertanya

“ sssssshh!” austin membentakku menyuruhku diam.

“ kenapa kita bersembunyi seperti ini..”

“ kau perhatikan saja apa yang dia lakukan…”

Aku menuruti perintah austin. Aku melihat justin sedang berbicara dengan seorang lelaki berkulit hitam berpakaian slebor. Mereka berbincang-bincang pelan sebentar, lalu keduanya menjabat tangan dan berjalan keluar.

A Pair Of ShoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang