Prolog

2.6K 47 2
                                    

Gadis berkacamata hitam itu berdiri memegang payung hitam di samping nisan segar, ia menatap laki-laki paruh baya yang menangis memeluk nisan.

"Gak usah sok nangis lo." gadis itu meremas gagang payung dengan erat.

Laki-laki paruh baya itu mendongak, menatap darah dagingnya yang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik.

"Nak, kenapa ngomong begitu?" ia bertanya pelan, matanya sembab, kerutan di wajahnya terlihat jelas.

"Lo yang buat bunda gue mati!" gadis itu berteriak, air matanya mengalir deras.

"Kamu dengerin penjelasan ayah dulu, Bulan. Gak seperti itu kejadiannya." laki-laki itu berdiri berusaha menguatkan kakinya untuk menghampiri anaknya.

"Kamu selingkuh di belakang bunda!" gadis itu bergerak mundur, menjauh.

"Gak sayang, itu gak bener. Kamu harus denger dulu penjelasan ayah." laki-laki itu terus berusaha menjelaskan.

"Stop! Cukup! Mundur! Menjauh!" gadis itu menaikkan jari telunjuknya tepat di wajah ayahnya.

Laki-laki itu terdiam, air matanya kembali menetes. Gadis itu tidak mau mendengarkan penjelasannya.

"Kamu sudah membunuh bunda saya! Kamu membunuh pelindung hati saya!"

"Bulan, ayah tidak pernah mau ini terjadi. Bunda adalah cinta ayah. Ayah tidak mungkin melakukan itu. Kamu salah paham. Beri ayah waktu untuk menjelaskannya." laki-laki itu mengusap matanya yang penuh air mata. Kesedihan terlihat jelas dari mata rapuh itu.

"Kamu anak ayah. Ayah hanya punya kamu sebagai penopang hidup ayah, nak." lanjutnya.

"Saya bukan anak anda lagi!" kata-kata keras itu keluar dari mulut anak gadisnya. Ia langsung berlari meninggalkan ayahnya.

"Bulan." desis laki-laki itu. Air mata mengalir setetes demi setetes.

Maafkan ayah....

********

Hai. Ini cerita keduaku. Jauh berbeda dari ceritaku sebelumnya yang terkesan 'melow' cinta-cintaan wkwkwk. Di sini aku benar-benar mengangkat cerita kehidupan, belajar filosofi hidup, dan belajar menghargai orang tua terutama Ayah, yang kadang kasih sayangnya sering kali kita lupakan. (Ada juga sih melow cinta-cintaan gitu, cuma aku lebih memperlihatkan cinta seorang ayah).

Aku harap kalian suka walaupun genrenya berbeda wkwk.

Cerita ini aku dedikasikan untuk orangtua tercinta, khususnya Ayah.

Untuk Ayah dan anak di seluruh penjuru (ea).

Selamat membaca💛

AyahWhere stories live. Discover now