"Kita hanya dua orang yang selalu dikecewakan. Atau mungkin saling mengecewakan. "
👣 👣 👣
SAAT ini, semilir angin membelai kulitnya dengan lembut. Menerbangkan anak rambut yang keluar dari ikatannya.Lampu taman sudah mulai menyala, diikuti lampu-lampu di sekitarnya.
Hari semakin larut, tapi gadis itu tak berniat beranjak. Kakinya seolah melekat, dan tak mau pergi. Padahal sudah hampir 4 jam ia berada di taman ini.
Langitpun semakin lama semakin gelap. Bulan sabit mulai muncul di atas sana.
Hal yang selalu Laurena sukai. Bulan sabit.
Laurena nyaman disini. Meski saat ini, taman sedikit ramai oleh para pengunjung tapi Laurena tidak merasa terganggu. Memang seharusnya begitu.
Suara air mancur yang tidak jauh dari Laurena terdengar menenangkan. Membuatnya sejenak melupakan sakit hatinya.
"Lo ngapain disitu?"
Suara berat seseorang membuat Laurena otomatis menoleh ke samping kiri. Menemukan siluet Key disana.
Laurena kembali menatap air mancur, "lo yang ngapain ke sini?" malah ia balik bertanya.
"Ck. Balik nanya," decak Key. "Ayo pulang, nanti genderuwo sama wewegombel nobatin lo jadi anak mereka, mau? " sambungannya sembari sedikit menunduk dan menarik pergelangan tangan Laurena.
Laurena tersenyum sejenak. Belum mengikuti Key untuk segera berdiri.
Ada Key. Untuk apa khawatir?
Ada Key. Untuk apa mengharapkan orang lain?
"Oh, jadi lo mau dinobatin jadi anak mereka? Hah?" ujar Key terkesan paranoid.
"Memangnya genderuwo sama wewegombel suami istri?" tanya Laurena dengan wajah sok polos.
"Gue tinggal nih," ancam Key, melepas tangan Laurena.
"Iya, iya. Gue pulang." Laurena kemudian berdiri dan menepuk celananya yang terkena tanah, karena sejak tadi Laurena duduk di bawah pohon.
"Dicariin om Hendra, tadi nelpon gue, nanyain lo ada dimana."
Key membuka percakapan lagi saat mereka mulai berjalan menuju rumah Laurena yang tak jauh dari taman.
Laurena menepuk jidatnya, "aduh. Mampus. Lupa ngabarin lagi."
Key sudah menebak itu, "emang lo sudah berapa lama keluar rumah?"
"4 jam."
"Dan lo cuma bersemedi di bawah pohon tadi?" tanya Key tak habis pikir.
Laurena hanya mengangguk saja, moodnya belum sepenuhnya baik.
"Kenapa?" tanya Key. Ia ingin tahu mengapa Laurena seperti ini.
"Apanya yang kenapa?" balas Laurena bingung.
"Kenapa keluar rumah nggak ngabarin siapa-siapa?"
"Orang yang sama." jawab Laurena jujur. Sebisa mungkin tak menyebut nama orang itu.
Sekarang Key mengerti. "Yang suka nyakitin ngapain ditunggu, Na. Yang suka php buat apa diharapkan. Lupain aja." Respon Key, sembari membuka ponsel untuk memeriksa apakah ada notifikasi atau semacamnya.
Laurena diam. Memandangi apa yang Key lakukan sekarang ini. Ia tersenyum kecut.
"Lo sama aja, Key."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Key, Is You
Teen FictionMereka hanya dua orang yang selalu dikecewakan. Atau mungkin saling mengecewakan. Mereka hanya dua orang yang selalu mencoba untuk terbuka dan jujur. Berjanji akan selalu ada. Akan selalu bersama dan tak akan ada yang berubah. Selamanya. Mereka hany...