"Paling tidak akan kucoba. Meski harus merelakan."
👣 👣 👣
SENI budaya adalah pelajaran yang paling membosankan bagi Laurena. Ia tidak pernah suka belajar seni. Dia tidak mengerti apa-apa.Berbeda dengan orang-orang yang tidak menyukai pelajaran Matematika, Kimia, Fisika, Biologi dan lain sebagainya, Laurena malah memilih Seni Budaya sebagai pelajaran yang paling dia tidak suka.
Kalau pelajaran lain, Laurena tak perlu diragukan.
Entahlah. Laurena sendiri bingung apa alasannya. Kalau kata orang-orang, bila tidak menyukai satu pelajaran, maka tentu saja guru yang mengajar pun tidak disukai.
Laurena pun sudah mencoba menyukai guru yang mengajar Seni Budaya di kelasnya. Tapi sama saja, dia tetap bosan dengan semua yang berbau pelajaran Seni Budaya.
Jadilah sekarang Laurena hanya mencoret-coret halaman belakang bukunya yang sudah entah bagaimana bentuknya sekarang, karena terlalu bosan mendengar penjelasan Bu Ratih-guru Seni.
Sementara teman sebangkunya, Ingri, menyimak dengan baik apa yang bu Ratih jelaskan. Malah dia menulis dengan tekun setiap inti dari penjelasan bu Ratih.
Sebaiknya jangan contoh Laurena, ya.
Bunyi bel penanda istirahat kedua yang sedari tadi Laurena tunggu akhirnya menggema seantero sekolah. Dengan semangat yang kembali hadir Laurena segera menutup bukunya dan menoleh ke arah Ingri.
"Ri, pinjem catatan dong..."
Dengan senang hati Ingri langsung memberikan buku Seni nya kepada Laurena.
"Balikin besok," kata Ingri mengingatkan.
"Siap boss!!!" jawab Laurena dengan mengangkat telapak tangan seolah-olah sedang menghormat.
Bukan berarti tidak suka Seni Budaya, catatan pun kosong. Bukan.
Laurena akan menyalin catatan Ingri supaya apa yang dijelaskan bu Ratih setidaknya masuk ke otaknya. Meski sedikiiit saja.Oleh karena itu, tidak heran, Laurena menduduki peringkat kedua di kelasnya setelah Ingri. Selisih nilai mereka hanya sedikit, itupun karena nilai Seni Laurena lebih rendah dibandingkan Ingri.
Selesai memasukkan buku Ingri ke dalam tasnya Laurena pun berdiri dari kursi dan ingin pergi ke kantin.
"Kantin yok, Ri." Ajak Laurena.
Ingri yang sejak satu menit yang lalu sudah membuka novel hanya menggeleng saja sebagai balasan untuk ajakan Laurena.
Maka dengan gelengan itu Laurena pun mengerti dan bergegas keluar kelas.
Sebelum menuju kantin, Laurena berhenti terlebih dahulu di depan kelas XI IPA 1.
"Ada Key nggak?" tanya Laurena pada salah satu teman Key yang sepertinya hendak pergi keluar. Kalau Laurena tidak salah namanya Grace.
"Ada kayak nya. Bentar ya," Grace pun kembali masuk ke kelasnya. Sesaat kemudian terdengar suaranya memanggil Key. "Key lo dicariin."
Laurena sedikit mengintip ke dalam kelas unggulan itu. Matanya menangkap Key sedang tertawa bersama teman-temannya yang sejenis, sambil memandangi ponsel.
"Woii Key, dicariin Laurena tuh!" Ulang Grace sedikit kesal.
Key yang mendengar nama Laurena disebut-sebut langsung mengalihkan perhatiannya dari ponsel. Teman-temannya yang sempat beralih, kembali memandangi ponsel tiga detik kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Key, Is You
Teen FictionMereka hanya dua orang yang selalu dikecewakan. Atau mungkin saling mengecewakan. Mereka hanya dua orang yang selalu mencoba untuk terbuka dan jujur. Berjanji akan selalu ada. Akan selalu bersama dan tak akan ada yang berubah. Selamanya. Mereka hany...