🔑Keenam!

24 3 0
                                    

"Jangan coba memperbaiki apa sudah rusak sejak awal. Karena bukan malah membaik. Tapi malah semakin rusak."

👣👣👣

LAURENA buru-buru membuka grup chatnya. Grup chat teratas adalah grup chat kelasnya di SMP.

Ia membuka grup chat itu, dan melihat teman-temannya sedang sibuk membahas rencana reuni yang diadakan pekan depan.

Hanya itu.

Lantas mengapa Key melarangnya membuka grup chat tersebut?

Laurena terus membaca pesan disana. Ia membaca pesan-pesan sebelumnya. Dan menemukan sebuah nama yang sudah lama tak pernah muncul di grup itu, muncul kembali.

Denyutan nyeri dirasakan Laurena di dalam sana. Kepingan masa SMPnya yang coba Laurena lupakan muncul kembali.

Orang itu sudah lama tidak ikut nimbrung di grup ini sejak ia pindah sekolah memasuki kelas 9. Laurena berpikiran dia itu kacang lupa kulit. Mentang-mentang dapat teman baru lupa teman lama.

Termasuk melupakan Laurena dan Key.

Juga meninggalkan Laurena dengan hubungan tidak jelas yang keduanya ciptakan.

Diko namanya.

Dulu, jauh sebelum Diko pindah sekolah, Laurena, Key dan dia adalah sahabat. Laurena dan Diko bersahabat sejak SD. Dan masuklah Key, yang keduanya terima dengan baik memasuki SMP.

Laurena sendiri bingung dimana kesalahan dan kapan semuanya berubah. Laurena sendiri tidak yakin kalau perubahan yang terjadi dimulai sejak orang itu pindah sekolah.

Laurena rasa semua baik-baik saja. Bahkan sangat baik saat Diko dan Laurena ternyata sama-sama menyukai. Mereka berdua mengakui itu satu sama lain lewat pesan singkat.

Awalnya memang kecanggungan menyelumuti, tapi akhirnya Diko dan Laurena terbiasa. Malah mereka semakin dekat.

Sayangnya, tak ada kata pacaran diantara keduanya.

Hanya fakta bahwa mereka saling menyukai, dan itu cukup membuat Laurena senang. Entah dengan Diko.

Tapi, dua minggu kemudian Diko tidak terlihat dimana-mana. Tidak di sekolah dan tidak di rumahnya yang berjarak beberapa blok dari rumah Laurena.

Dan saat itulah Laurena tahu bahwa Diko pindah sekolah, Key yang memberitahu karena ia bertanya pada wali kelas mereka.

Sejak itu tak ada kabar lagi mengenai Diko. Dia hilang bagai ditelan bumi.

Dan yang paling menyedihkan, Diko meninggalkan Laurena dengan hubungan tidak jelas mereka.

Diko meninggalkan Laurena dengan harapan besar yang ia berikan.

Diko meninggalkannya saat Laurena sedang sayang-sayangnya.

🔑🔑🔑


Key menghela nafas berkali-kali saat Laurena tak juga mengangkat panggilan darinya , dan malah menolaknya.

Gadis itu mungkin sedang membaca pesan di grup.

Biarkan saja. Key sudah mengingatkan tapi dia keras kepala. Key yakin sekarang gadis itu sedang sibuk memeluk guling dan menangis disana.

Dan dugaan Key ternyata benar. Di tempatnya, Laurena sedang memeluk guling dengan bahu yang bergetar. Menangis.

Key mengacak rambutnya, pusing sendiri. Ia berajak dari tempat tidur dan berjalan ke arah meja belajar. Ia duduk disana, meletakkan ponsel disebelah kanan dan membuka buku Fisikanya.

Pak Agus memberinya hukuman karena telat 2 menit masuk kelas saat jam pelajaran Fisika, tadi siang.

"Kenyannngg..." Laurena memegangi perutnya. Sementara Key sibuk bermain game di ponselnya.

Key menengadah. Menemukan Laurena yang sibuk senyam-senyum.

Key mendecih," katanya makanannya kebanyakan, nyatanya dihabisin sendiri."

Senyum Laurena semakin mengembang. "He...he...he..." Ia tertawa.

"Hehe..." ulang Key bermaksud mengejek. "Kalo udah selesai. Ayo. Bentar lagi bel," Key berdiri, memasukkan ponselnya ke saku.

"Yok." Dengan semangat empat lima, Laurena berdiri. Kemudian mereka berdua meninggalkan kantin. Tapi sebelum itu, Key sudah memberi kode pada pak Bado kalau ia akan membayar makanannya nanti. Entah 'nanti' nya kapan.

Tiba di koridor kelas X tiba-tiba Laurena ingin ke toilet. Panggilan alam.

Laurena berhenti. Yang otomatis membuat Key berhenti. Gadis itu menghadap ke arah Key. "Gue mau ke toilet. Ngelapor. Lo duluan aja." Katanya.

"Oke kalau gitu. Gue duluan." Key lanjut berjalan. Tapi belum sampai dua meter ia melangkah, Laurena sudah memanggilnya lagi.

"Apa?"

Laurena mendekat. "Biasanya jam segini toilet deket kantin antri."

"Lah? Terus?"

"Kalau toilet yang deket UKS, pintunya nggak bisa di kunci. Gelap lagi. Temenin gue." Pinta Laurena, mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada.

"Nanti lo cuma perlu jagain pintunya, biar orang gak masuk." sambungannya.

"Ya udah ayo. Dua menit lagi bel." jawab Key berjalan lebih dulu.

Usai Laurena menyelesaikan panggilan alamnya, mereka berdua kembali ke kelas masing-masing.

Beruntung kelas Laurena gurunya belum juga masuk. Jadi Laurena dapat masuk dengan enteng.

Sementara Key, ia harus melewati wawancara yang rinci yang diberikan oleh pak Agus, guru fisika mereka.

"Dari mana?"

"Toilet pak. Panggilan alam."

"Kok lama?"

"Banyak yang antri pak. Jadinya panggilannya sibuk."

"Oh. Ya sudah."

"Nggak dihukum nih pak?"

"Hukumlah. Kerjakan soal halaman 270. Tiga puluh soal. Dikumpul  dua hari lagi."

"Oke pak." Jawab Key semangat.

Beberapa jam berlalu, bel pulang sudah berbunyi. Tak butuh waktu lama, begitu guru keluar, Key juga langsung keluar untuk menemui Laurena dan pulang bersama gadis itu.

Setelah ketemu, mereka jalan bersama menuju parkiran.

"Lo kena hukum pak Agus. Ya kan?" tanya Laurena . "Gara-gara gue."

"Ah? Nggaklah. Selo ae." Jawab Key santai. Melingkarkan tangan kirinya ke leher Laurena kemudian menarik gadis itu agar tidak banyak ngomong.

Begitulah ceritanya makanya Key saat ini sibuk berkutat dengan buku Fisika kesayangannya.

Begitulah Key. Yang dengan ahlinya menyembunyikan kebenaran kecil.

🔑🔑🔑


6 Apr

My Key, Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang