"Kelirukah bila aku masih saja menyukaimu? Meski kutahu kau menyukai temanku?"
👣👣👣
Setelah makan malam selesai dan beberapa menit duduk dan berkumpul bersama keluarganya di ruang TV, Laurena memilih masuk ke kamarnya untuk mengerjakan 10 soal PR Kimia yang ada di LKS miliknya.Awalnya, soal nomer satu sampai delapan Laurena kerjakan dengan mudah. Tapi, memasuki soal nomer sembilan Laurena sedikit bingung.
Sudah ia coba membuka sub bab yang membahas tentang soal tersebut tapi tetap, Laurena kesulitan menjawab.Maka dengan itu, sebuah ide muncul di kepalanya. Cepat-cepat ia berdiri dari kursi belajarnya dan mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas kasur. Membuka aplikasi Whatsapp dan mengetuk room chat dengan nama Kunciku. Kemudian mengetik sesuatu lalu mengirimnya.
KunciKu
Oii...
Bantuin ngerjain prTak berapa lama, pesannya pun dibalas oleh Key.
Byr brp?
Di tempatnya, Laurena mendecih melihat bagaimana singkatnya Key membalas pesannya.
Gue traktir di pak Bado deh ya. Bantuin ya?
Tanpa menunggu balasan Key, Laurena segera memfoto soal nomer sembilan itu lalu mengirimnya kepada Key.
Sekitar dua menit Laurena menunggu, barulah Key membalas lagi.
Angkt!
Laurena mengernyit ketika melihat balasan Key. Belum sempat Laurena bertanya maksud Key, sebuah panggilan masuk dari Key menghentikannya. Saat itulah Laurena mengerti maksud pesan Key. Maka dengan segera, Laurena mengusap layar ponselnya.
"Halo? Kenapa nelpon?" tanya Laurena sembari memperbaiki posisi duduknya di atas kasur."Kerjain tugas lo itu."
"Kan gue nggak tau makanya nanya ke lo," Laurena berdecak. "Gimana sih."
"Gue bantu dari sini," balas Key dari seberang.
"Bantu doa maksudnya?" Tanya Laurena menaikkan alisnya.
Terdengar tawa singkat Key. Tawa yang sedikit ganjil menurut Laurena.
"Gue terangkan dari sini cara ngerjainnya, denger baik-baik."
"Terangkan pake senter maksudnya?" Laurena terkekeh, kali ini bermaksud bercanda. Laurena berdiri mengambil pena dan sebuah kertas buram dan kembali lagi ke atas kasur.
"Lo mau becanda atau mau serius?" nada suara Key terdengar tak biasa. Membuat Laurena takut dan segera diam. Sejenak langkahnya terhenti. Tapi tak sampai lama, Laurena kembali berjalan dan duduk di atas kasur.
"Iya. Serius."
Helaan nafas terdengar dari sana.
"Itu soalnya sebenarnya gampang. Denger baik-baik," Key berhenti sejenak. Laurena menunggu suara yang akan Key keluarkan selanjutnya.
Di tempatnya, Key mengamati lagi, jawaban dari soal yang baru saja dia kerjakan.
"Lo buat dulu reaksinya. Kan dari reaksi itu didapat perbandingan molnya dua banding satu. Nah, berarti kalau mol Natrium Hidroksidanya dua puluh, berarti mol Asam Sulfatnya sepuluh,
"Coba lo kerjain."
"Oke," balas Laurena. Memegang pena dengan mata tiba-tiba berat. Ia mulai mencoret-coret sebuah kertas buram di depannya dengan malas-malasan.
"Iya, dapet. Perbandingannya dua banding satu." Kata Laurena asal. Padahal tidak ada perbandingan yang ia peroleh. Hanya sebuah coretan abstrak yang ada disana.
"Jadi dari situ cari deh, kalau direaksikan berarti mol Natrium Hidroksida sisa 10. Sebelum pH, cari dulu berapa konsentrasi dari OH nya. Pake rumus mol sisa per seluruh volume. Dapat dah tuh OH nya. Terus, lo carilah berapa PH nya. Ngertikan?"
Key menunggu respon Laurena. Agak lama, tetap tak ada respon. Key masih menunggu, dan berpikir bahwa Laurena sedang mengikuti apa yang baru saja ia jelaskan.
Cukup lama.
Dan Key tak sabar.
"Halo? Lo masih disana kan?"
"Hallo..!"
"Woii..."
"Mana sih?"
"Lau-"
Ucapan Key menggantung, saat dengkuran halus terdengar dari ponselnya.
Sebuah senyum terbit. Ia menggeleng kepala karena tak habis pikir dengan Laurena.
Menggemaskan sekali anak yang satu itu.
Ya sudahlah ya, Laurena sudah tidur, dan Key enggan membangunkannya.
Mengenai PR Laurena, Key bisa membantunya nanti. Sesaat sebelum Key dan Laurena berangkat ke sekolah.
Maka dengan itu, Key hanya mengucapkan, "Selamat malam, Ina. Mimpi yang indah," sebagai pengantar tidur gadis tersebut.
Lalu Key menekan tombol merah.
Dan sambungan terputus.
🔑🔑🔑
Key menjatuhkan diri di atas kasur. Membentuk pola bintang besar dengan tangan terlentang dan kedua kaki menggantung.
Ponsel yang tadinya ia buat di telinga ia biarkan terletak di samping kepalanya karena sambungan telepon sudah berakhir.
Key menghela nafas. Menatap langit-langit kamarnya yang bercat putih.
Bisa-bisanya dia hampir menumpahkan kemarahannya pada Laurena. Untung saja ia bisa cepat mengendalikan diri.
Lagi-lagi Key menghela nafas. Kemudian ia mengayunkan kaki dan langsung berdiri. Berniat mengambil gitar kesayangan yang ia letakkan di samping tempat tidur. Tapi denting sebuah aplikasi ponsel menahannya. Menandakan bahwa ada pesan yang masuk.
Key segera meraih ponselnya, menggambarkan pola yang ia jadikan sebagai kunci layar.
Ternyata pesan itu berasal dari grup chat kelasnya di SMP. Mereka berencana membuat reuni pekan depan.
Ya, pekan depan.
Tangan Key yang tadinya hendak mengetik balasan persetujuan kini terhenti.
Dia malah menutup grup chat itu dan langsung menghubungi Laurena.
Sedikit lama, tapi akhirnya dijawab juga.
"Hallo? Woooahhh..." Laurena terdengar menguap. "Kenapa?" terdengar sedikit kesal.
"Gue mau lo jangan buka grup chat Kelas kita. Jangan ya, Na." Key langsung to the point dengan maksudnya.
"Emang Kenapa?" tanya Laurena yang malah jadi penasaran.
"Jangan, pokoknya jangan."
"Dengan ngelarang gue, itu malah buat gue curiga, Key. Gue pengen lihat pokoknya."
Langsung saja terdengar bunyi 'tut tut' karena Laurena memutuskan sambungan secara sepihak.
Selalu saja begini.
Key jadi dongkol dibuatnya.
🔑 🔑 🔑
24 Maret 18
KAMU SEDANG MEMBACA
My Key, Is You
Teen FictionMereka hanya dua orang yang selalu dikecewakan. Atau mungkin saling mengecewakan. Mereka hanya dua orang yang selalu mencoba untuk terbuka dan jujur. Berjanji akan selalu ada. Akan selalu bersama dan tak akan ada yang berubah. Selamanya. Mereka hany...