"Setidaknya jangan memberi harapan, kalau akhirnya meninggalkan."
👣👣👣
PAGI ini, Laurena sengaja bangun setengah jam lebih awal dari jam biasa dia bangun pagi. Itu karena Laurena sudah kapok terlambat ke sekolah 2 hari berturut-turut.
Biasanya Laurena berangkat ke sekolah diantar oleh papanya menggunakan mobil, sekalian papanya berangkat kerja. Entah mengapa dua hari belakangan, jalanan semakin macet saja. Itulah alasan Laurena terlambat setiap paginya.
Tapi mulai hari ini, Key akan menjemputnya dan mereka akan pergi ke sekolah bersama-sama.
Yang pasti sebelumnya mereka sudah meminta izin pada Hendra dan Intan—orang tua Laurena.
Key sendiri yang memutuskan hal ini, karena ia tidak ingin lagi melihat Laurena membersihkan toilet setiap pagi.
Setelah setengah jam bersiap-siap dengan segala yang diperlukan, akhirnya Laurena turun dan bergabung dengan papa, mama, abangnya, dan Adik perempuannya.
"Pagi semua," sapa Laurena dengan senyum manisnya.
"Pagi..."
"Berangkat sama Key, kan?" tanya Hendra yang matanya merekam semua apa yang dilakukan putrinya.
Laurena pun mengangguk, "iya, pa." Kemudian mengambil posisi di sebelah Abraham dan tanpa babibu, ia langsung menyantap rotinya tergesa-gesa.
"Lo kemasukan? Makannya buru-buru amat" kata Abraham tak yakin saat melihat tingkah adiknya saat ini.
"Uhuk...uhuk..."
Karena saking cepatnya Laurena memakan rotinya, jadilah ia keselek dan terbatuk-batuk.
"Pelan-pelan dong makanya," tegur Intania sembari memberikan air putih.
Setelah batuknya mereda, Laurena beralih meminum segelas susu yang ada di depannya. Kali ini sedikit lebih lambat.
Saat mendengar deru motor Key, segera Laurena meneguk susu yang tinggal setengah.
Semua orang menggeleng-geleng melihat tingkah Laurena ini.
"Ahh..." gumam Laurena lega. Tangannya meraih tisu dan melap mulutnya.
"Pagi, om, tan, bang, Aina."
Suara yang tak jauh dari meja makan mengalihkan pandangan semua orang.
"Pagi..." balas semua orang. Kecuali Laurena. Karena nyatanya, nama Laurena tidak disebutkan.
Laurena segera bangkit dan membawa tasnya saat melihat Key disana, " ayo, Key. Entar telat." Ia berjalan mendahului Key.
"Kamu nggak izin gitu, sama mama sama papa?" Intan yang melihat putrinya pergi begitu saja, segera menegur.
Segera Laurena berbalik. "Eh, lupa."
Kembali ia berjalan mendekati meja makan dan menyalim tangan Hendra dan Intan. "Laurena pergi ya, ma, pa."
Kemudian ia berjalan ke arah Abraham dan Aina mencium singkat pipi kedua saudaranya itu.
Key hanya melihat. Dan berdiri di tempat yang sama dengan pandangan menerawang. Ekspresi mukanya tiba-tiba berubah. Seperti ada terbesit sebuah luka disana.
"Yok."
Tarikan tangan Laurena menyadarkan Key dari semua lamunannya.
"Kita pergi ya tan, om, semuanya..." ujar Key pamit dengan menoleh ke belakang karena Laurena terus saja menarik tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Key, Is You
Teen FictionMereka hanya dua orang yang selalu dikecewakan. Atau mungkin saling mengecewakan. Mereka hanya dua orang yang selalu mencoba untuk terbuka dan jujur. Berjanji akan selalu ada. Akan selalu bersama dan tak akan ada yang berubah. Selamanya. Mereka hany...