4. Bukan Manusia

719 9 0
                                    

Malam memang semakin larut. Liu Tiang-kay seorang diri duduk dalam ruang tamu yang sempit lagi jelek itu, waktu sudah berlalu, lama sekali, namun tak kedengaran ada sedikit suara pun.

Mula mula dia membaringkan dulu perempuan asing itu ke atas ranjang, lalu menutup tubuhnya dengan memakai selimut dan seprei, dia seperti takut perempuan itu kedinginan. Kemudian dia memadamkan semua lampu yang ada dalam rumah, tidak terkecuali lampu yang ada di ruang dapur.

Dia tak takut menghadapi kematian, juga tidak takut menghadapi kegelapan, namun terhadap dua hal itu, dia selalu merasa benci dan muak yang tak terlukis dengan kata, dia selalu berharap bisa tinggalkan ke dua hal itu sejauh-jauhnya.

Sekarang dia sedang berusaha mengumpulkan semua pikiran dan ingatannya, berpikir ulang sekali lagi jalannya peristiwa sejak awal hingga sekarang..........dahulu, dia hanya seorang manusia tak bernama, bahkan dia sendiripun tak tahu seberapa besar kekuatan yang dimilikinya. Dia tak tahu karena belum pernah mencoba, diapun tak pernah ingin mencoba.

Tapi Oh Lip, Oh Lo-yacu telah mempromosikan dirinya, telah mempolesnya, seperti mempoles sebutir mutiara yang baru diperoleh dari dalam sebuah tiram.

Oh Lo-yacu bukan saja memiliki ketajaman mata yang luar biasa, dia pun memiliki otak yang tak tertandingi oleh siapapun. Dia belum pernah salah melihat orang, belum pernah salah menilai persoalan apapun............... dugaan, analisa serta kesimpulannya belum pernah salah satu kalipun.

Secara resmi dia belum pernah memangku jabatan tinggi dengan mengenakan kopiah kebesaran, belum pernah makan gaji sebagai pegawai pengadilan, tapi dia justru opas nomor satu di kolong langit, hampir semui komandan opas di semua propinsi, di semua keresidenan memandangnyi bagaikan Sinbin (malaikat agung).

Sebab, asal dia mau campur tangan, tak ada kasus kriminal di kolong langit yang tak bisa terbongkar, selama dia masih hidup, jangan harap kawan-kawan dari golongan hitam dan kaum okpa bisa hidup bebas sentosa.
Sayang, setajam apapun golok yang dimiliki akhirnya tiba juga saatnya untuk berkarat, sekuat dan setangguh apapun seorang manusia, akhirnya bakal tua dan sakit sakitan.

Akhirnya dia tua juga, malahan mengidap sakit rhematik, jika tidak dituntun orang, jangan harap dia bisa berjalan, mau melangkah pun susah.

Sejak dia jatuh sakit, hanya dalam kurun waktu dua-tiga tahun, sudah beratus - ratus kasus kriminal muncul di sekitar ibu kota. Jumlah kasus yang pasti mencapai tiga ratus tiga puluh dua kasus.

Dari tiga ratusan kasus itu, belum satu kasuspun yang berhasil dibongkar. Padahal kasus-kasus itu harus diselesaikan semua, sebab salah satu korban pencurian bukan saja berasal dari keluarga kerajaan, kaum bangsawan dan pejabat tinggi, bahkan termasuk juga keluarga tokoh silat kenamaan. Bukan Cuma berasal dari keluarga persilatan kenamaan, didalamnya menyangkut juga keluarga dekat kekaisaran.

Sepasang kaki Oh lo-yacu boleh lumpuh, namun sepasang matanya belum buta. Orang yang melakukan semua kasus pencurian itu pastilah Liong Ngo, karena itu untuk membongkar semua kasus kriminal ini, dia pun wajib mencari Liu Tiang-kay. Semua orang tetap percaya, analisa serta kesimpulannya kali ini pun tak bakal keliru.

Oleh karena itulah Liu Tiang-kay yang semula tak punya nama, sama sekali tak terkenal, secara tiba-tiba bisa berubah jadi seorang tokoh yang aneh, tokoh yang disegani banyak orang.

Berpikir sampai disitu, Liu Tiang-kay sendiri masih belum tahu, hal tersebut merupakan satu keberuntungan baginya? Atau justru merupakan kejadian apes?

Hingga detik ini, dia masih belum terlalu jelas, mengapa Oh Lo-yacu bisa tertarik dengan dirinya?

Dia seperti selamanya tak pernah bisa memahami manusia licin bagai seekor rase ini, persis seperti dia pun selamanya tak pemah bisa memahami putri kesayangan orang tua ini.

Tujuh Pembunuh (Qi Sha Shou) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang