2. Siasat Menyiksa Diri

1K 10 0
                                    

Cawan kuno nan antik, arak wangi berusia tiga puluh tahun.
Lelaki setengah umur berbaju hijau itu menuang empat cawan arak.

Sambil tersenyum Liong Ngo berkata: "Kau seorang diri harus melakukan pekerjaan tiga orang, sudah sepantasnya bila kau habiskan tiga cawan arak.

"Tentu saja" sahut Liu Tiang-kay, "arak ini arak bagus, arak untuk tiga puluh orang pun akan kuhabiskan seorang diri"

Takaran minum yang dia miliki memang luar biasa, cara meneguk pun luar biasa cepatnya. Tak heran dia segera mabuk.

Orang yang paling gampang mabuk adalah orang yang punya takaran minum hebat serta orang yang dapat minum dengan cepat.

Dalam waktu singkat dia sudah berubah seperti segumpal lumpur, jatuh terperosok dari tempat duduknya.

Liong Ngo duduk disitu dengan tenang, mengawasinya, seakan akan sedang memikirkan sesuatu.

Bau harum arak berhembus dalam ruangan, suasana diluar bilik masih sangat tenang.....

Lewat lama kemudian, Liong Ngo baru berseru: "Tanya!"

Lan Thian-bong segera berjalan mendekat, dia cengkeram rambut Liu Tiang-kay lalu menuang sisa arak di dalam poci ke atas wajahnya.

Kadangkala, arak justru dapat mendusinkan orang yang sedang mabuk.

Liu Tiang-kay segera membuka sepasang matanya, mengawasi orang itu dengan sinar lesu.

"Kau bermarga apa? Siapa namamu?" bentak Lan Thianbong.

"Aku she-Liu, bernama Liu Tiang-kay" sewaktu bicara, tampaknya Liu Tiang-kay memiliki lidah yang dua kali lebih besar dari bentuk semula.

"Kau berasal dari mana?"

"Desa Yangliu-cung, kota Chilam"

"Belajar ilmu silat dari siapa?"

"Belajar sendiri" Liu Tiang-kay tertawa terkekeh-kekeh, "tak ada yang pantas jadi guruku, aku memiliki kitab langit"

Ucapan tersebut tidak seratus persen igauan orang mabuk. Dalam kolong langit memang banyak terdapat kitab kitab rahasia ilmu silat yang sudah lama lenyap dari peredaran tapi secara tiba-tiba bisa ditemukan kembali.

"Ilmu silatmu baru berhasil kau yakini belakangan ini?" kembali Lan Thian-bong bertanya.

"Aku sudah berlatih cukup cepat, aku bukan orang goblok"

"Siapa yang suruh kau datang kemari?"

"Aku sendiri, sebetulnya aku ingin membunuh Liong Ngo" tiba-tiba Liu Tiang-kay tertawa terbahak-bahak, "jika berhasil membunuh Liong Ngo, aku akan menjadi orang paling tersohor di kolong langit"

"Mengapa kau tidak turun tangan?"

"Aku tahu..........."

"Tahu kalau kau tak mampu membunuhnya?"

"Aku memang bukan orang bodoh" Liu Tiang-kay masih tertawa, "biarpun hanya menempati posisi orang ke dua di kolong langit, posisi itu sudah cukup bagus....... apalagi dia persilahkan aku duduk, mengundang aku minum arak, rupanya dia pun tahu kalau aku berkemampuan tinggi"

Lan Thian-bong ingin bertanya lagi, tapi Liong Ngo segera memberi tanda: "Sudah cukup!"

"Bagaimana orang ini?"

Rasa letih kembali muncul di wajah Liong Ngo, sahutnya hambar: "Dia minum arak kelewat banyak"

Lan Thian-bong manggut-manggut, mendadak dia hantam tulang rusuk Liu Tiang-kay keras-keras.

Tujuh Pembunuh (Qi Sha Shou) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang