Air hujan terasa dingin, serat air sangat lembut.
Serat hujan yang lembut lagi panjang melayang turun diatas pohon waru tepat di tengah halaman, menyumbat daun waru di pohon tersebut, menyumbat pula perasaan murung dan masgul dalam hati manusia.
Liong Ngo sudah menyeberangi serambi panjang tapi tidak berjalan keluar dari situ, dia paling benci basah kuyup oleh air hujan.
Liu Tiang-kay telah menyusul tepat di belakang tubuhnya. Dia tahu, tapi tak berbicara, Liu Tiang-kay ikut membungkam.
Dalam suasana keheningan mereka berdua berdiri di ujung lorong panjang itu, mengawasi air hujan yang membasahi pohon waru di tengah halaman, entah berapa lama sudah lewat..................
"Oh Lip memang seorang lelaki yang tega" tiba-tiba Liong Ngo menghela napas, "bukan saja dia tega terhadap orang lain, tega juga terhadap diri sendiri"
"Mungkin hal ini disebabkan dia tahu sudah tak ada jalan keluar lain" Liu Tiang-kay menanggapi dengan hambar.
"Justru karena sudah tak ada jalan keluar, maka kau bersedia lepaskan dia?"
"Aku pun termasuk seorang lelaki yang tega"
"Tidak, kau bukan" Liu Tiang-kay sedang tertawa, tertawanya bukan terhitung tertawa yang gembira.
"Paling tidak kau masih mengijinkan dia untuk pertahankan nama baiknya" kata Liong Ngo sambil berpaling mengawasinya.
"Yaa, karena nama baiknya bukan diperoleh dari mencuri, dahulu dia pernah berjuang dan bersusah payah selama banyak tahun"
"Dapat kulihat"
"Apalagi diantara aku dan dia secara pribadi tak punya ikatan dendam atau permusuhan, aku tak ingin menghancurkan masa depan orang itu"
"Tapi kau tak pernah paksa dia untuk serahkan diri, bahkan kau tidak memintanya untuk menyerahkan semua hasil jarahannya"
"Aku tidak melakukan karena tidak perlu"
'Tidak perlu?"
"Dia bukan orang bodoh, sekalipun tidak kupaksa, semestinya dia harus memberi sebuah pertanggungan jawab kepadaku"
"Maka kau masih menunggu disini, menunggu dia selesaikan sendiri persoalan ini?"
Liu Tiang-kay tidak menyangkal.
"Maka hingga kini kasus tersebut belum tuntas?" kembali Liong Ngo berkata.
"Yaa, belum tuntas"
Liong Ngo termenung sesaat, tiba-tiba tanyanya lagi: "Seandainya dia serahkan hasil jarahannya, bila dia bersedia selesaikan sendiri semua persoalan yang ada, apakah kau akan menganggap kasus ini telah tuntas?"
"Belum bisa"
"Kenapa?"
"Seharusnya kau pun tahu kenapa"
Liong Ngo berpaling, menerawang awan mendung dikejauhan, lama kemudian dia baru bertanya: "Kau bersedia membebaskan Ciu Heng-po?"
"Tidak bisa"
Tiba-tiba paras mukanya berubah amat serius, dengan nada sungguh sungguh lanjutnya: "Hukum dan keadilan tak boleh dirusak oleh siapa pun, bila seseorang telah melanggar aturan, telah melakukan kejahatan, dia wajib menerima ganjaran, dia patut dihukum"
Sekali lagi Liong Ngo berpaling, menatapnya lekat lekat, sesaat kemudian tegurnya: "Sebenarnya siapa kau? Mengapa harus mengungkap kasus ini hingga tuntas?"
Liu Tiang-kay tidak langsung menjawab, dia pun termenung beberapa saat, setelah itu baru katanya: "Paling tidak aku berbuat demikian bukan demi kepentingan pribadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Pembunuh (Qi Sha Shou) - Gu Long
General FictionDandanan orang ini sangat sederhana, dia adalah seorang lelaki setengah umur yang kelihatan sangat ramah, senyuman berseri selalu menghiasi wajahnya, waktu itu, dia sedang mengawasi Tu Jit sambi tersenyum. "Tujuh pembunuh, sebuah nama besar yang ama...