5. Rindu Membuat Tua

726 16 0
                                    

Seluruh bangunan ramah makan masih bermandikan cahaya lentera. Dua orang pelayan yang baru datang sedang sibuk mengatur mangkuk dan sumpit, sementara tujuh orang nona yang berdandan menor itu sedang duduk santai diatas sebuah bangku panjang, ada yang sedang bergurau, ada yang sedang berbisik bisik, ada pula yang sedang melamun.

Orang yang mau membongkar bangunan belum datang, yang datang justru Liu Tiang-Kay, Khong Lan-kun anjurkan dia jangan bertindak ceroboh, jangan mendatangi tempat itu. Tapi dia justru datang.

Dia memang selalu bekerja sesuai dengan cara dan prinsip sendiri.
Melihat dia berjalan masuk, setiap orang nampak tertegun, seakan-akan mereka sudah tahu, orang ini bukan orang yang sedang mereka tunggu.

Kecuali orang yang sedang mereka tunggu, seharusnya orang lain tak akan datang ke situ.

Liu Tiang-Kay seperti sama sekali tak menyadari hal itu, dia masih melangkah masuk dengan santainya lalu duduk persis dibelakang meja dimana sumpit dan mangkuk baru saja disiapkan.

"Siapkan dulu empat macam Leng-ban, lalu empat macam gorengan ditambah lima kati arak "Ka-Pan"

Arak "Ka-Pan" merupakan arak kenamaan di kota Hang-Ciu, menurut orang yang pengalaman minum, konon arak ini jauh lebih mantap ketimbang arak "Kao-Liang".

Kedua orang pelayan im masih berdiri dengan wajah tertegun, mereka tak tahu apa baik menuangkan arak atau lebih baik sama sekali tidak.

Rumah makan itu bukan rumah makan biasa, tapi Liu Tiang-kay telah bersikeras menganggap tempat itu sebagai rumah makan biasa, malahan dia sudah menggapai ke arah tujuh orang nona itu dan berseru sambil tersenyum: "Cepat kemari, semuanya saja kemari, ayoh temani aku minum, kalau orang lelaki sedang minum, tanpa ditemani perempuan rasanya seperti hidangan tak diberi garam"

Ke tujuh orang nona itu melongo, mereka ikut tertegun dan saling berpandangan tanpa mengetahui apa yang mesti diperbuat.

"Hei, aku toh bukan harimau yang suka terkam manusia" teriak Liu Tiang-kay lagi, "apa yang kalian takuti? Ayoh cepat kemari!"

Tiba-tiba terdengar suara tertawa cekikian yang sangat merdu bergema datang, menyusul kemudian seseorang berseru manja: "Aku datang!"

Ketika pertama kali suara tertawa itu bergema, suara itu masih datang dari suatu tempat yang jauh dari pintu gerbang, namun ketika mengucapkan dua patah kata itu, orang tersebut sudah tiba didepan mata.

Terasa segulung angin tajam berhembus lewat, tampak setolok bayangan manusia meluncur masuk dengan kecepatan tinggi dan tahu-tahu sudah duduk di samping Liu Tiang-kay.

Yang muncul tentu saja seorang wanita, bahkan seorang wanita yang amat cantik, bukan saja cantik malahan amat genit, terutama sepasang matanya, sedemikian genitnya seolah-olah sorot matanya dapat menembus hingga ke tulang sumsum.

Terserah kau hendak memandang dari mana, dari atas, dari bawah, dari kiri, dari kanan, mulai ujung rambut hingga ke ujung kaki semuanya berbau wanita asli, setiap inci setiap depa bagian tubuhnya seratus persen wanita tulen.

Liu tiang-kay memandangnya sekejap, tiba-tiba ujarnya sambil tertawa: "Aku pingin perempuan yang menemani aku minum arak"

"Masa kau tak bisa melihat, aku toh wanita?" seru perempuan itu sambil tertawa genit.

"Kenapa aku tidak melihatnya?"

"Bagaimana caranya agar kau bisa melihat lebih jelas?"

"Asal kau mau lucuti semua pakaianmu dan berdiri telanjang bulat di hadapanku, mungkin aku bisa periksa asli tidaknya kau sebagai wanita"

Berubah hebat paras muka perempuan itu, tapi kembali dia tertawa cekikikan.

Terdengar seseorang berseru dari luar pintu: "Kelihatannya sahabat ini sangat berpengalaman soal wanita, tak mungkin perempuan gadungan bisa mengelabuinya"

Tujuh Pembunuh (Qi Sha Shou) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang