Kembali lewat berapa saat lamanya, dia merasakan sekujur badannya sudah kaku dan kesemutan, tangan dan kakinya mulai jadi dingin.......
Pada saat itulah, tiba-tiba dia mendengar ada suara langkah kaki manusia berjalan mendekat.
Langkah kaki itu sangat ringan, dia berjalan lambat sekali, tapi setiap ayunan langkahnya seolah-olah sedang menginjak diatas otot tabuhnya yang kaku, siapa yang muncul di situ?
Nyonya rindu? Atau Tong Kim?
Terlepas siapa pun yang muncul, ada satu hai adalah pasti, dia tak akan bisa hidup dengan senang Langit sudah terang.
Sinar fajar memancar masuk melalui pintu depan, membiaskan bayangan tubuh orang itu dilantai dan membentuk satu bayangan yang amat panjang, dari bayangan tersebut terlihat kalau orang yang muncul adalah seorang wanita.
Akhirnya dia dapat menangkap sepatu yang dikenakan orang itu. Sepasang sepatu kain yang bersulamkan bunga berwarna hijau, sepasang kaki yang lembut, ramping dan menawan hati. Liu Tiang-kay menghela napas panjang, akhirnya dia tahu juga siapa gerangan yang telah datang.
"Sejak kapan kau berubah jadi orang yang alim yang suka duduk mematung diatas bangku?" suara orang itu merdu menawan hati, tapi kini tersisip perasaan cemburu yang tebal, "apakah pantatmu sudah bengkak karena habis digebuki orang?"
Liu Tiang-kay tidak menjawab, dia hanya tertawa getir. "Aku masih ingat, dulu kau selalu gemar memukuli wajah sendiri hingga bengkak untuk menyamar jadi orang gemuk, kini wajah tidak bengkak kenapa pantatmu yang justru membengkak?"
Tiba-tiba Liu Tiang-kay tertawa. "Biarpun pantatku lebih bengkak satu kali lipatpun tak akan bisa menangkan gedenya pantatmu"
"Bocah kunyuk" umpat perempuan itu sambil tertawa pula, "sudah dalam keadaan beginipun masih berani bicara seenaknya, tidak kuatir kubikin bengkak mulutmu?"
"Aku tahu, kau pantas merasa sayang untuk berbuat begitu, jangan lupa aku toh suamimu"
Ternyata yang datang adalah Oh Gwat-ji. Dia sudah berjongkok sambil mengangkat dagu Liu Tiangkay, dengan mata berhadapan mata dia awasi pemuda itu lekat lekat.
"Suamiku yang mengenaskan, siapa yang telah menghajarmu jadi begini? Cepat beritahu kepadaku"
"Kau hendak balaskan dendam untukku?"
"Aku justru akan mencarinya untuk mengucapkan terima kasih" tiba-tiba Oh Gwat-ji menjotos hidungnya keras keras, "aku harus berterima kasih karena telah memberi pelajaran kepada si telur busuk yang tidak menurut"
Liu Tiang-kay tertawa getir.
"Kalau seorang bini hendak mengumpat suaminya, kata makian apa pun boleh dipakai, tapi jangan sekali kali menggunakan kata telur busuk"
Oh Gwat-ji menggigit bibir, teriaknya jengkel: "Jangan bikin hatiku panas, kalau aku benar-benar jengkel, siapa tahu aku akan memakaikan topi hijau untukmu" (istilah topi hijau dipakai kaum istri yang berbuat serong dengan lelaki lain).
Semakin berbicara semakin jengkel, kembali dia jewer telinga Liu Tiang-kay keras keras sambil teriaknya lagi: "Aku mau tanya, sewaktu kemari sudahkah kau kenakan pakaian yang istimewa tebalnya?"
"Belum"
"Sudah kau minta golok yang luar biasa cepatnya?"
"Belum"
"Sudah kau taklukan Tong Kim pada serangan pertama?"
"Tidak"
"Sudah turun tangan sesuai dengan rencana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Pembunuh (Qi Sha Shou) - Gu Long
General FictionDandanan orang ini sangat sederhana, dia adalah seorang lelaki setengah umur yang kelihatan sangat ramah, senyuman berseri selalu menghiasi wajahnya, waktu itu, dia sedang mengawasi Tu Jit sambi tersenyum. "Tujuh pembunuh, sebuah nama besar yang ama...