ProLog

742 62 25
                                    

Seorang pemuda jangkung berjalan menyusuri koridor panjang sebuah rumah sakit swasta,  membawa sebuket mawar putih yang terangkai dalam sebuah bucket merah,  terselip sebuah kartu yang jelas terpampang tulisan dengan harapan kesembuhan untuk seorang yang akan ia kunjungi.

Seulas senyuman kemudian terukir diwajah pemuda tampan itu,  membuat beberapa perawat yang lewat seakan salah tingkah dibuatnya.

"LISANA.. " ujarnya lembut.

Langkahnya terhenti saat angin berhembus menerobos sebuah jendela yang terbuka,  menyebabkan ia harus berjongkok mengambil setangkai Mawar yang terbang dari rangkaiannya,  kemudian melanjutkan langkahnya lalu berhenti di sebuah pintu rawat inap dengan nomor ruang 17.

Hal pertama yang ia dapati dalam ruangan bernuansa putih itu ialah seorang gadis yang tengah terbaring diatas kasur putih lengkap dengan beberapa alat bantu medis.  Matanya menatap nanar gadis itu,  membelai pelan wajahnya  bersamaan dengan air mata yang jatuh dari sudut matanya.
"LISANA-" ujarnya dengan suara parau,  wajah tampan itu menyiratkan kesedihan yang dalam, menanti gadis itu untuk sadar dari komanya.

"Cepatlah sadar..  Aku menunggumu. " ia lantas memegang dan mengecup pelan tangan pucat gadis yang bernama Lisana itu.
"Kau tahu,  banyak hal yang sudah kulalui,  dan itu terasa hambar ketika kau tak ada menemaniku...  Cepatlah,  aku menunggumu." disekanya air mata yang jatuh itu.
"Kau pasti berpikir aku lemah karena menangisimu,  yah aku akui aku lemah,  lemah karenamu. Aku tertekan,  Tolong!! Cepatlah sadar LISANA"

ia meninggalkan gadis itu,  berjalan menuju sebuah meja disamping kasur tempat gadis itu beringsut menahan sakit dalam tidurnya. Diambilnya kumpulan bunga yang telah lama kering dan diganti dengan Mawar putih yang ia bawa.  Setelah selesai pada kegiatan awalnya ia kemudian keluar untuk membuang bunga yang sudah kering itu,  meninggalkan gadis itu sendiri di dalam ruangan itu.

Setelah pemuda itu pergi,  sekelabat cahaya putih turun dan menerangi ruangan itu, bersamaan dengan helaian bulu putih yang beterbangan disekeliling ruangan. Sebuah sayap mengepak dengan indahnya, dan ketika sayap itu tersingkap, tampaklah seorang gadis dengan surai pirang perlahan mulai turun dan menyentuhkan kakinya di atas lantai ruangan itu.

"LISANA Strause, mari kita lihat buku takdirmu." ujarnya kemudian menyentuh jidat gadis yang ia sebut Lisana itu pelan, lalu disusul dengan cahaya berpijar keemasan yang lama kelamaan memudar dan menyisahkan sebuah buku tebal dengan sampul berwarna hitam yang sangat gelap.

"Hm.." malaikat itu membaca bait-perbait riwayat hidup dari gadis itu, sesekali ia mengaguk pelan, seakan memahami cerita hidup dari orang yang tengah terbaring itu.

BRak...

Bunyi dentuman pintu itu menginterupsi kegiatan gadis bersurai kuning keemasan itu, pandangannya terarah padah sosok seorang pemuda bersurai pink, yang masuk keruangan. Ia tak khawatirkan apabila pemuda itu mengetahui dia ada dalam ruangan itu, toh sebagai malaikat pencabut nyawa, manusia biasa tak akan mengetahui keberadaannya.

Pemuda itu kemudian mengambil sebuah kursi meletakannya, lalu duduk tepat di samping malaikat itu.ketika selesai membaca buku itu, setengah membungkuk  malaikat itu menarik tangan Lisana, bersamaan dengan roh yang seakan tertarik perlahan dari tubuh mungil gadis itu.

Sang malaikat sibuk dengan kegiatannya tak mempedulikan pemuda yang ada disebelahnya, satu hal yang ia tak pernah sadari, bahwa pemuda itu mengetahui keberadaanya.

Sepersekian detik pemuda itu merampas buku yang dipegang oleh malaikat itu, membuat sang malaikat tersentak kaget dan menghentikan kegiatannya mencabut nyawa Lisana.

"Ka-u.. B-isa mel-iha-tku" ujar malaikat itu terbata-bata.

Pemuda itu menatap nyalang pada sang malaikat , menyisakan ketakutan bagi malaikat yang ada di hadapannya. Buku yang ia rampas pun seketika terbakar, menyisahkan abu yang kemudian berterbangan.

"Jangan!"pekik pemuda itu kuat.

Malaikat itu mengambil dua langkah kebelakang, kemudian melompat keluar jendela, bersamaan dengan kedua sayapnya yang mulai dikepakan. Namun belum lama ia terbang, sayapnya pun ikut terbakar kemudian lenyap menjadi abu seperti halnya buku takdir milik Lisana, ia yang kehilangan sayapnya terjatuh dari lantai 4 rumah sakit itu.

Pemuda yang diketahui bernama Natsu itu berlari menuju jendela, memastikan keadaan orang aneh yang ia lihat tadi namun ketika ia mendongak keluar jendela,  tak ia dapati seorang pun, ia melihat kebawah namun ia tak mendapati apa pun, ia kembali duduk disamping Lisana, mungkin apa yang baru saja ia lihat hanyalah halusinasinya saja.

~Π_Π~

Aloha...
Perkenalkan nama saya HKitsune-kun saya penulis baru di Wattpad, ini debut pertama saya dan saya harap kalian suka dengan cerita saya

Maafkan saya bila ada salah kata,  saya harap kalian bisa memberi sedikit komentar mengenai cerita awal saya yg berjudul Levitation, sehingga saya bisa lebih giat lagi dalam menulis heheheh.

Oh ya untuk karakter diLevitation saya ambil dari karakter fairy tail,  anime kesukaan saya, bila ada yang suka dengan Anime ini ayo mari merapat kesini hehehe...  Ini hanya imajianasi liar saya,  saya harap kalian Suka dengan Karya saya ini hehehehe

Over all maafkan aku yang GAJE ini hahahahaha

Happy reading Readers

LevitationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang