Hari ini usiaku genap 15 tahun yang juga bertepatan dengan hari pertama aku masuk SMA. Kata kebanyakan orang, masa-masa paling indah tuh ya masa-masa ketika kita memakai seragam putih abu-abu. Dan aku selalu berdoa kalau di sekolah aku nanti aku bisa merasakan apa itu cinta pertama.
Oh iya, namaku Tania Gemma Karindra. Aku anak pertama dari 2 adik kembar laki-laki yang usianya baru 5 tahun. Aku tinggal bersama Ayah dan Bunda beserta sepupuku yang sedang menetap selama 4 tahun di Jakarta karena ia berkuliah di sini. Dua adik laki-laki ku bernama Tyo dan Dyo, mereka ini menggemaskan sekaligus menyebalkan karena sering menjahiliku. Sedangkan kakak sepupuku ialah Ka Gista. Walaupun ia sedikit tertutup, tapi Kak Gista sudah aku anggap seperti kakakku sendiri.
"Kakak, udah disiapin belum bekal kamu hari ini?" tanya Bunda yang tengah sibuk memasukkan kotak makan ke dalam tas Tyo dan Dyo. Oh iya, di rumah ini aku dipanggil kakak.
"Udah bunda, udah aku siapin semua kok," jawabku sembari mengikat tali sepatu yang berbeda warna.
Tyo dan Dyo berlari ke arahku dan mereka tertawa. "Haha Bundaaa, kok Kak Tania kayak orang gila sih? Hahahaha." Tawa mereka sungguh renyah membuatku kesal dibuatnya.
"Tyo, Dyo sini ke Bunda, jangan godain kakak kamu," dua anak kecil itupun mengikuti kata Bunda.
Aku yang sejak tadi duduk pun akhirnya mengaca kembali. Rambutku dikuncir 6 mengikuti tanggal hari ini dengan pita polkadot. Kaus kakiku sebelah kanan berwarna kuning, sedangkan yang kiri berwarna pink. Tali sepatunya pun dibalik, yang kanan jadi pink, yang kiri jadi kuning. Selain itu, aku juga harus memasang papan nama dengan foto tanpa ekspresi. Ah, aku selalu benci dengan masa-masa MOS (Masa Orientasi Siswa) seperti ini.
"Kakak, tas karung kamu udah siapin?" Bunda mengingatkanku lagi.
"Udah kok Bun," sahutku.
Aku menarik nafas dalam-dalam, semoga hari ini akan berjalan dengan lancar.
"Ayah udah nunggu tuh di motor, buruan gih biar gak telat sampe sekolah."
"Iya Bunda," aku menyalami tangan Bunda.
Selama di perjalanan, Ayah selalu menenangkanku agar aku tidak perlu khawatir dan cemas. Ayah bilang kalau ada yang menjahiliku jangan takut untuk lapor ke Guru atau ke kakak kelas yang bertugas jadi panitia MOS hari ini.
"Ayah, udah Yah sampe sini aja. Kakak gak boleh dianter sampe depan gerbang, harus jalan kaki 200 meter dari sekolah," ucapku pada Ayah dan Ayah langsung meminggirkan motornya.
"Kamu yang nurut ya Kak, jangan bandel di sekolah baru. Cari teman yang banyak, kan teman-teman SMP kamu jarang yang masuk sekolah ini. Ayah pergi kerja dulu ya," sahut Ayah sembari mengelus puncuk kepalaku lalu aku menyalami tangannya dan pamit.
Aku jalan seorang diri, aku tengok kanan dan kiri kok sejak tadi tidak ada yang lewat ya. Apakah aku salah jam? Ini masih pukul 6.20 kok, kan jam kumpul masih ada waktu 10 menit lagi.
Buk.. seseorang tak sengaja menabrak tubuhku dari belakang. Ia berlari tergesa-gesa sambil menatapku heran.
"Woy, lo anak baru kan? Buruan lari, kita udah telat 5 menit!" ucapnya berteriak masih sambil berlari.
Aku yang bingung pun akhirnya memutuskan untuk mengikutinya.
"Huh huh huh... kita telat emangnya?" tanyaku pada cewek yang tadi menabrakku.
"Huh huh huh.. iyaa kita udah telat 5 menit, siap-siap aja," jawabnya sembari mengatur nafas sama sepertiku.
"Kalian berdua, baris di sini," seorang kakak kelas berwajah jutek, berambut panjang digerai menunjuk ke arah kami berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reminisce (Completed)
RomanceEsktra kulikuler basket lah yang mempertemukan mereka. Sebuah kisah di masa SMA yang akan menjadi kenangan nantinya. Cerita ini tentang kehidupan para remaja yang masih mencari jati diri, penuh ke-labil-an, dan senang bereksplorasi. Diksi yang...