The Answer

8.5K 874 138
                                    

Retta's Pov

Kami kembali menuju rumah Jingga dengan membawa Tania yang sedang tertidur. Bau alkohol sedikit tercium dari wajahnya, entah Bima sudah memberikannya minuman jenis apa tapi yang pasti Tania tak sadarkan diri karena itu. 

Kami pun langsung membawa Tania ke kamar Jingga tanpa diketahui oleh orangtuanya Jingga. Sebelumnya aku sudah menelepon Bunda untuk memberitahukan ke beliau kalau Tania malam ini menginap di sini. 

Setelah membaringkan tubuh Tania, Jingga langsung mengambil kotak P3K. Dia begitu khawatir karena tadi aku sempat bersitegang dengan Bima. Benar dugaanku selama ini kalau cowok satu itu pasti memiliki niat yang tidak baik.

Raut kekhawatiran terlihat dari ekspresi Jingga ketika mengompres luka di wajahku. Kami pun harus berbisik agar tidak membangunkan Tania.

"You know that I love you Ta," ucap Jingga lembut sambil memeluk tubuhku erat.

Aku membalas pelukannya. "Yeah I know Dee, and I love you too." 

Aku menyayangi Jingga sebagai seseorang yang paling berharga di hidupku.

Ketika kami masih berpelukan, terdengar suara sebuah tangis. Aku langsung melepaskan dekapan Jingga dan menoleh ke Tania. Perlahan ia membangunkan tubuhnya dan tersedu menatap kami berdua.

"Ketan," ucap Jingga.

"Aku mau pulang," sahut Tania.

Aku langsung berdiri lalu menghampirinya, "gak Tan, kamu nginep di sini dulu."

Tania menghempaskan peganganku. "Aku mau pulang, aku gak bisa terus-terusan lihat Kak Retta kayak gini ke Kak Jingga."

Aku bingung harus merespon apa. "Retta bodoh, gak seharusnya lo pelukan sama Jingga kayak tadi," batinku kesal.

"Retta ngelakuin itu karena dia punya alasan Tan," sahut Jingga dan aku langsung menoleh ke arahnya.

"Dee!" aku langsung menyelanya.

"Apa Kak? Emang pada dasarnya Kak Retta gak bisa bales perasaan aku kan?"

"Retta kayak gitu karena dia udah janji sama seseorang untuk terus jagain lo," jawab Jingga lagi.

Aku berdiri memegang tangan Jingga untuk tidak lagi mengatakan apapun ke Tania. "Dee, stop it."

"Lo gak pernah tahu gimana ada di posisi Retta yang selalu khawatirin lo, tapi gak bisa lakuin apa-apa selain jagain lo dari jauh. Lo gak tahu gimana kesiksanya Retta nahan perasaannya sendirian. Dan lo juga gak pernah tahu gimana gue harus dealing  sama hati gue ketika tahu kalau Retta tuh sukanya lo, Tania!"

Aku semakin erat memegang lengan Jingga. "Jingga, udah."

Jingga menghela nafas kasar lalu menghempaskan peganganku. Tania pun menatap kami berdua masih dengan air mata di pipinya dengan ekspresi tidak percaya.

"Jadi Kak Retta... selama... ini? Siapa Kak? Seseorang itu siapa?" 

Aku mengusap dahiku frustasi menghadapi situasi seperti ini.

Aku menarik nafas panjang. "Oke, bisa gak kita bahas ini jangan sambil teriak-teriak? Please?"

Situasi hening sejenak.

"Mending lo kasih tahu si Ketan deh Ta daripada lo terus-terusan sembunyiin rahasia itu dari dia. Gue mau ke dapur dulu ambil minum," ucap Jingga sudah menurunkan intonasi suaranya, lalu ia meninggalkan kami berdua di kamarnya.

Reminisce (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang