*Note
Dirgahayu Indonesia-ku! Merdekaaaa!!
Chapter ini spesial banget saya tulis untuk momen Kemerdekaan negara kita yang jatuh pada hari ini.
Latar belakang di chapter ini juga mundur ke satu tahun lalu ketika Ketan masih di kelas X.
Enjoy yaaa...
Tania's Pov
Pagi ini kami tengah mendekorasi ruang kelas kami untuk mengikuti lomba 17-an di sekolah. Dekorasi ini harus sudah selesai sebelum jam 10 nanti. Sekolah kami pun juga akan mengadakan beberapa lomba lainnya seperti tarik tambang, balap karung dengan para guru, futsal perempuan, dan sebagainya.
"Tan buruan ih pasang itu benderanya," ucap Dhea yang sejak tadi kerjaannya hanya memberikan perintah terus.
"Terus lo ngapain duduk-duduk doang di situ?" gerutuku sambil berdiri di atas meja tengah memegang ujung tali yang digantungi bendera-bendera kecil.
"Tau nih Dhea bisanya ngebacot aja lo, bantuin juga engga," Indira ikut mendumel sambil membantuku menarik tali itu.
Dhea malah tertawa, "hahaha kan kerjaan gue nanti presentasiin dekorasi kelas ini bareng Uben ke Bu Guru, ya gak Beeeen?" Dhea menarik bahu Uben dan merangkul.
"Pastinya dong sist, udah deh kalian-kalian yang cepet ya dekorasinya," Uben malah menimpali Dhea dengan menunjuk ke arahku dan Indira bergantian.
"Idih ngeselin. Udah Dir, gak usah dengerin tuh dua manusia nyebelin. Anggep aja mereka angin lalu," ucapku ke Indira sambil membuang muka dari Dhea dan Uben.
Seisi ruang kelas kami dipenuhi dengan teriakan satu sama lain. Bising, berisik, dan pada panik karena masih ada beberapa foto Pahlawan yang belum terpasang karena Rea, salah satu teman kami tidak sengaja kelupaan membawanya ke sekolah. Duh, ada-ada saja anak-anak di kelas ini.
"Al, lo bersihin kek tuh kolong meja lo ish," terdengar suara Sassya sedang memarahi Aldi.
"Duh cewek ribet ih," balas Aldi.
"Rendy, Rama, lo berdua bukannya bantuin anak cowok angkatin bangku biar disapu malah mainan hp aja. Buruan kek, udah mau jam 10 nih!!" teriak Sassya lagi kali ini memarahi 2 anak paling bandel di kelas.
Aku hanya menggelengkan kepala melihat aktivitas di kelas ini yang super riweuh. Ada yang santai mainan hp, ada yang bisanya ketawa-ketawa doang kayak si Dhea dan Uben, ada yang sibuk marah-marah, ada juga yang ngegosip, aneh-aneh aja kelakuan anak kelas X-2.
"Udah lurus belum nih Tan?" tanya Indira.
"Hah? Bentar-bentar," aku mencoba melihat ujung tali yang dipegang Indira.
"Tan, turunan dikit," tau-tau Dhea berteriak.
"Apaan sih Dhe?"
"Itu belum lurus, turunan dikit aja."
"Semana?"
"3.7 setengah sentimeter," jawabnya santai.
Aku mengembungkan pipi, "lo pikir gue penggarisan apa bisa segitu detailnya tau 3 koma 7 setengah senti meter itu semana?"
"Hahahaha kok lo jadi marah-marah sih?"
"Lo nyebelin!"
"Dih yaudah kalo gak mau dikasihtau mah, ukur aja sendiri," ucapnya cuek sambil melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reminisce (Completed)
RomanceEsktra kulikuler basket lah yang mempertemukan mereka. Sebuah kisah di masa SMA yang akan menjadi kenangan nantinya. Cerita ini tentang kehidupan para remaja yang masih mencari jati diri, penuh ke-labil-an, dan senang bereksplorasi. Diksi yang...