*Note: Foto di atas itu Adrian
Tania's Pov
"Kok cemberut aja sih Ka mukanya?" Tanya Bunda yang sejak tadi memerhatikan gerak-gerikku.
"Aku kesel Bunda," jawabku manyun.
Bunda pun menghampiriku, "kenapa sih sayang? Ini kan baru hari kedua kamu sekolah."
Aku menghela nafas sambil mengingat kejadian kemarin. "Gak apa-apa Bun. Aku berangkat dulu ya Bun takut telat lagi."
Seperti hari sebelumnya, Ayah mengantarku sampai di jarak 200 meter sebelum menuju gerbang sekolah. Aku menyalami tangan Ayah lalu berjalan malas masuk ke dalam.
Hari ini aku tidak telat lagi. Aku pun langsung menuju lantai 3 untuk menaruh tas ke kelas. Hari ini kami semua tidak perlu memakai tas karung lagi. Setelah menaruh tas, aku membawa tanaman potku untuk aku berikan ke panitia MOS.
"Taaaan, Ketaaaaan, tunggu..." terdengar suara Dhea dari anak tangga berlari menghampiriku tergesa-gesa.
"Apa sih Dheee? Nama gue Tania bukan Ketan!" aku mengingatkan untuk kesekian kalinya.
Dhea pun sepertinya tidak memedulikan gerutuku. "Huh...huh... anjir, parah nih parah," ia mengatur nafasnya.
"Parah apa?" tanyaku bingung.
"Shit, gue lupa bawa tanaman yang dibilang Ka Jingga kemaren. Duh gimana ya Tan? Mati deh nih gue."
"Yah lo gimana sih? Kan kemaren sebelum pulang udah gue ingetin. Lo sih ketawain gue mulu, ketulah deh tuh," gumamku.
Kemarin sesaat sebelum bel berbunyi Ka Jingga memintaku untuk ikut dengannya. Rambutku dikuncir 7 dengan acak-acakan dan aku diajak keliling kelas X. Pas aku masuk ke kelasku sendiri, Dhea tidak berhenti menertawaiku karena aku disuruh nyanyi potong bebek angsa dengan semua huruf vocal yang diganti sama"O". Ka Jingga benar-benar mengerjaiku habis-habisan. Untung saja aku cuek anaknya, jadi hal-hal kayak gini bukan masalah berarti untukku.
"Dih lo malah nyalahin gue. Gimana dong nih Tan? Gue gak mungkin banget kan pulang lagi ke rumah. Duh mati deh nih gue."
"Yaudah lo bilang sama Ka Arya atau Ka Shinta aja kalau tanaman lo jatoh di jalan kek, apa kek gitu."
"Temenin ya?"
"Ish gue kan mesti kasih taneman gue ke Ka Jingga sebelum bel."
Dhea pun memasang posisi memohon padaku dengan wajah melasnya. "Please dong Tan, tolongin gueeee."
"Hemmm, janji dulu."
"Janji apa?"
"Janji lo gak akan manggil gue lagi dengan sebutan KETAN. Janji?!"
"Iya janji gue janji."
"Huh, yaudah ayo buruan cari Ka Arya dan Ka Shinta."
Kami berdua pun mencari 'Kakak Pelindung' X-2 di sepanjang koridor lantai 3 tapi tetap tidak ada. Kami akhirnya turun ke lantai 2 tempat anak-anak kelas XI berada, tapi hasilnya tetap sama. Waktu bel hanya tinggal 5 menit lagi dan kami masih mundar-mandir cari Kak Arya dan Kak Shinta. Kami bertanya kepada panitia MOS lainnya, tapi mereka juga tidak tau.
Brug.. "Ma-maaf Kak saya gak sengaja," tiba-tiba saja aku menabrak tubuh seseorang di tikungan koridor lantai 1. Aku tidak berani menatap wajahnya, aku hanya melihat ke bawah.
"Haha, kayaknya hobi lo hobi banget nabrak orang ya?" suara ini terdengar familiar.
Aku pun akhirnya memberanikan diri untuk melihat wajahnya. Dia tersenyum manis, masih dengan rambut panjang yang dikuncir ngasal dan ekspresi yang sangat ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reminisce (Completed)
RomanceEsktra kulikuler basket lah yang mempertemukan mereka. Sebuah kisah di masa SMA yang akan menjadi kenangan nantinya. Cerita ini tentang kehidupan para remaja yang masih mencari jati diri, penuh ke-labil-an, dan senang bereksplorasi. Diksi yang...