Tania's pov
Aku memutuskan untuk kembali ke kamar Kak Jingga tanpa ingin tau lebih lanjut apa yang terjadi pada mereka berdua. Aku terlalu lemah untuk melihat kedekatan mereka. Memang sudah seharusnya aku tidak memiliki perasaan mendalam ke Kak Retta. Aku tau, aku salah.
Aku mengambil tas berniat pamit pulang dari sini. Namun sebelum aku keluar kamar, Kak Jingga sudah berdiri di balik pintu menatapku dengan eskpresi yang sulit aku ketahui.
"Lo mau balik?" tanya Kak Jingga.
"Iya Kak, udah kesorean," aku berusaha merespon sebiasa mungkin.
"Yaudah, gue anter lo pulang," Kak Jingga bergegas mengambil kunci mobil miliknya yang tadi ia geletakan di atas meja belajarnya.
"Gak usah Kak makasih, aku udah pesen ojek online."
Kak Jingga menghela nafas, "okay."
Akhirnya aku pamit pergi dari rumah Kak Jingga.
Dengan langkah gontai aku memasuki rumah. Seperti biasa, aku menyalimi tangan Bunda dan Bunda langsung bertanya mengapa aku terlihat tidak bersemangat, aku pun hanya ber-hemm-ria lalu pergi ke kamarku.
Ketika aku ingin membuka pintu, aku kembali teringat kenangan itu, kenangan di mana untuk kali pertama aku mencium Kak Retta di kamarku. Tanpa kusadari, air mataku kembali jatuh. Aku menangis sambil mencoba menahannya agar Bunda tak mendengar.
"Dek kamu kenapa?" tiba-tiba saja Kak Gista muncul dari belakang.
Aku mengusap air mata, "gak apa-apa Kak."
"Gak mungkin kamu gak apa-apa, sini cerita sama Kakak siapa tau Kakak bisa bantu kamu Dek," Kak Gista kembali merangkul bahuku.
"Kak, kok patah hati begini rasanya ya?"
Kak Gista mengerutkan dahi, "kamu patah hati sama siapa?"
Aku menggeleng, "gak apa-apa Kak, aku lagi ngelantur aja."
"Hemmm, yaudah kalo gitu kamu istirahat ya. Aku bikinin hot chocolate mau?" dan aku menganggukkan kepala.
Kak Gista ialah kakak sepupu yang paling dekat denganku. Apalagi semenjak ia kuliah dan tinggal di sini, Kak Gista sering aku curhati.
Aku masuk ke dalam kamar dan langsung merebahkan tubuh. Tak lama kemudian Kak Gista mengetuk pintu sambil membawakan segelas cokelat hangat.
"Aku taruh di sini ya dek."
"Kak tunggu, di sini dulu boleh gak?"
"Iya boleh, kamu mau cerita?" Kak Gista ikut berbaring di sampingku.
"Kakak waktu pertama kali pacaran kapan?"
"Heee? Tumben kamu nanyain itu. Lagi kenapa sih kamu?"
"Iihh jawab aja Kak."
"Haha iya. Aku tuh pertama kali pacaran kelas 1 SMA, waktu itu sama kakak kelas."
"Oh ya? Terus berapa lama kakak pacaran? Dia ganteng gak Kak?"
"Hemmm kalau gak salah sih cuma 5 atau 6 bulan gitu dan dia biasa aja bukan yang senior diidolakan."
"Terus terus Kak, Kakak udah pernah ciuman belum sama dia?"
Kak Gista langsung terlihat kaget. "Duh kamu nih masih kecil nanya nya udah cium-ciuman. Emang kamu udah pernah?"
"Udah Kak," ucapanku barusan membuat Kak Gista kaget lagi, aku pun juga sama.
Kak Gista tersenyum jahil, "sama siapa hayoooo?"
"Emmm..."
"Siapa dek si pencuri ciuman itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reminisce (Completed)
RomanceEsktra kulikuler basket lah yang mempertemukan mereka. Sebuah kisah di masa SMA yang akan menjadi kenangan nantinya. Cerita ini tentang kehidupan para remaja yang masih mencari jati diri, penuh ke-labil-an, dan senang bereksplorasi. Diksi yang...