Eleven - Setidaknya Diriku pernah Berjuang

1.8K 248 33
                                    

          Iqbaal meletakkan nampan berisi dua piring nasi goreng dan juga es teh manis di atas meja. Di hadapannya sudah ada gadis berambut coklat yang menunggunya cukup lama. Agak was-was, saat menjauh dari gadis itu. Namun ia bersyukur, warung nasi goreng di kantin tak jauh dari tempat duduk milik mereka.

          "Nasi goreng special, untuk orang yang special!" Iqbaal terkekeh, ia menarik kursi lalu didudukinya.

          (Namakamu) ikut terkekeh. "Biasa aja," kemudian ia meraih sepiring nasi goreng dan segelas es teh manisnya. Pertama, ia teguk es tehnya sebagai mencoba mengecap rasanya. "Manis kayak kamu, Baal. Hehehe," tambahnya.

          Iqbaal melebarkan senyumnya, ia merasa bahagia bukan main. Saat mendapati gadis di hadapannya ini, seiring berjalan waktu, keadaan emosionalnya kembali seperti semula. Iqbaal mengacak rambut (Namakamu) pelan. "Udah pintar gombal, ya?"

          (Namakamu) menjulurkan lidah, lalu melanjutkan menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Detik selanjutnya, mereka asyik dengan isi piring masing-masing. Sekitar lima menit, sampai akhirnya isi piring yang semula penuh, kini telah tak tersisa lagi. Begitu pula dengan (Namakamu), seiring emosional dirinya membaik, napsu makannya bertambah beberapa derajat. Tapi tak apa, kalau kata orang tua sih gini, biar cepat gede kalau makannya banyak.

          "Kabar gembira untuk kita semua," Iqbaal bersenandung sambil berpura-pura mengalihkan pandangannya.

          (Namakamu) melempari Iqbaal dengan gulungan tissue yang telah digunakannya. "Udah ngga jaman lagu itu, tahu. Sekarang lagi jamannya lagu Sumiati lagi gembala bebek,"

          "Sumiati?" Iqbaal mengerutkan keningnya. "Yang benar aja, itu lagu Jawa apa gimana, sih?"

          (Namakamu) terkekeh. "Bukan. Lagunya gini, wek wek wek wek wek. Sumiati wek wek wek wek wek."

          Iqbaal menepuk dahinya. Mengingat lagu yang sebenarnya ditujukan oleh (Namakamu) adalah berjudul, Work—milik Rihanna. "Udah pintar ngelawak, ya?"

          (Namakamu) kembali menjulurkan lidahnya. "Hidup itu ngga usah terlalu dibawa serius shay!" kali ini, gadis itu menirukan gaya bicaranya Syahrini.

          Iqbaal menepuk dahinya untuk kedua kali. "Aku mau ikutan Stand Up Comedy, tapi ngundurin diri aja, deh. Masalahnya bakalan kalah sama kamu. Kamu lebih lucu, tapi ada garing-garinya gitu,"

          (Namakamu) menatap Iqbaal tajam, semakin lama matanya semakin menyipit. "Udah, ah! Fix ya, aku ngambek!!" kemudian ia bangkit dari bangkunya, beberapa detik berlalu, gadis itu mulai melenggang pergi.

          Iqbaal ikut bangkit. "INI YANG BAYAR SIAPA, WOYYYY!!!" teriaknya.

          "YA KAMU, LAH!!" teriak (Namakamu) tak mau kalah.

          Iqbaal pasrah, sebelum gadis itu terancam bahaya, dengan kecepatan maskimal, dirinya membayarkan pesanan dan ikut melenggang pergi meninggalkan kantin. Namun, sudah dua koridor yang ia lewati, tak kunjung juga mendapatkan sosok (Namakamu). Keringatnya bercucuran, beberapa murid juga sudah menjadi korban kekepoannya. Sampai di murid cupu yang menjadi ajang kekepoannya yang terakhir, ia semakin was-was dibuatnya.

3. Teman Semeja • IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang