Part 10

1.5K 49 6
                                    

***

Naira tersenyum tipis. "Seenggaknya lemot lu udah mulai terobati, Arief!"

"Oke deh Naira, sekarang lanjutin makannya yang tertunda ya!"

***

Wildan masih berdiri di depan pintu UKS dan mendengar semua percakapan Arief dan Naira.

"Cemburu? Udah terlambat kali!" ujar sebuah suara, Wildan menoleh, dan menemukan Risca sedang memilin rambutnya dengan gaya centil.

"Gue engga habis pikir, kenapa dulu gue bisa sayang banget sama lu Ris," ujar Wildan.

"Well, gue engga mau bahas yang dulu - dulu." ujar Risca.

Wildan mengangguk. "Jadi, lu mau ngomong apa?"

"Gue mau ngajuin penawaran menarik buat lu," ucap Risca sambil menyeringai lebar.

"Maksud lu?"

"Gue engga mau ngomong di sini. Kita ketemu di kafe deket sekolah pulang sekolah nanti!" jawab Risca.

"Maaf, gue engga berminat, gue tau pasti ini rencana busuk lu," tolak Wildan.

"Bukannya kita sama - sama busuk ya Wil? Kok lu jadi sok - sok-an menjelma jadi malaikat gitu sih?" teriak Risca kemudian berjalan menghampiri Wildan yang ternyata berdiri kaku di tempatnya.

"Ini tentang Naira, lu harus dateng Wil." bisik Risca pelan.

Setelah itu Risca berjalan pergi meninggalkan Wildan.

***

Malam ini, Naira berdiri di balkon kamarnya sambil memandangi bintang yang kebetulan sedang muncul di langit.

Namun tidak lama kemudian ponselnya bergetar.

"SMS dari Arief!" gumam Naira.

'Video Call'

"Kenapa sih Arief kalau ngirim SMS singkat, padat, tapi engga jelas. Maksudnya apa coba ini? Ngajak video call-an gitu?"

Sebagai jawabannya ponsel Naira menyala lagi dan ada notification video call.

Namun saat sambungan sudah terhubung, hanya layar hitam yang terlihat.

"HP lu engga rusak kan Rief?" tanya Naira.

"Engga, udah begini aja," jawab Arief.

Naira mengernyitkan dahi.

"Lu jelek kalo lagi gitu ternyata," ujar Arief sambil tertawa.

"Gue matiin aja deh!" ujar Naira.

Namun tidak perlu menunggu lama, layar ponsel Naira langsung menampakkan wajah Arief yang masih tertawa.

"Lu ngetawain apa deh? Engga jelas!" ujar Naira.

"Nih coba deh liat."

"ARIEF! HAPUS FOTO ITU!" teriak Naira.

Arief masih terus tertawa, sampai - sampai akhirnya Naira memutuskan sambungan video call mereka.

Arief langsung mengirimkan pesan singkat untuk Naira.

'Marah?'

Beberapa menit kemudian Naira membalas pesan Arief.

'Menurut L'

Arief mengetik balasan pesan untuk Naira.

'Alay'

Naira engga membalas pesan Arief.

Dan menit - menit kemudian, Arief engga mencoba menghubungi Naira lagi.

Jam di ponsel Naira sudah menunjukkan pukul 11 malam. Naira memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.

Tetapi tidak lama, ada sebuah pesan suara masuk dari Arief.

Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me
I'll give my all to you
You're my end and my beginning
Even when I lose I'm winning
Cause I give you all, all of me
And you give me all, all of you

~All Of Me - John Legend~

Tanpa sadar bibir Naira mulai tertarik ke atas dan membalas pesan Arief.

'Foto gue jangan dihapus kalo gitu, setelah dipikir - pikir cantik juga kok gue nya'

Sent

***

Author POV

Naira meloncat turun dari motor Arief.

"Kenapa sih mereka?" tanya Naira kepada Arief saat ia memergoki beberapa siswi memperhatikannya dengan seksama.

"Ngefans kali sama lu!" jawab Arief.

Teman - teman sekelas Naira dan Arief tampak melongo saat melihat mereka bergandengan tangan.

"Lu duduk sama gue ya!" ujar Arief kepada Naira.

"Engga bisa. Kasian Putri duduk sendiri. Dan lagi, kalau gue duduk sama lu, bukannya fokus belajar nanti jatohnya malah ngobrol mulu!" balas Naira.

Tepat pada saat itu, bel berbunyi nyaring menghentikan obrolqn keduanya.

Pak Dodi, guru mata pelajaran Kimia masuk ke dalam kelas dengan diikuti dua orang di belakangnya.

"Selamat pagi anak - anak, kita kedatangan dua teman baru, kembar lagi. Nah sekarang kalian boleh memperkenalkan diri," ujar Pak Dodi.

Seorang cowok dengan rambut dipotong cepak tampak menebarkan senyum ramahnya.

"Nama gue Wilham Ghazanfar, gue pindahan dari Surabaya."

"Nah, sekarang, Wafiya, ayo," ujar Pak Dodi lagi.

"Nama gue Wafiya Ghazanfar, Wilham ini Kakak gue,"

"Nah Wilham, Wafiya, kalian boleh menempati tempat duduk yang kosong ya." sahut Pak Dodi kemudian mengambil buku tulis Kimia.

***

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang