Part 21

1.1K 35 3
                                    

***

Author POV

Naira memperhatikan Risca yang sedang duduk di samping ranjang ayahnya.

"Gue jadi berpikir kalau sebenernya di dunia ini engga ada orang jahat, semua orang pada dasarnya baik," gumam Naira sambil tersenyum.

"Gue setuju sama lu," ujar seseorang di samping Naira.

Naira menoleh dan matanya melebar menatap Arief yang sedang memperhatikan Risca juga.

"Loh? Kok lu bisa ada di sini?" tanya Naira heran.

Arief menaruh telunjuknya di atas kepala.

"Ngapain lu? Bikin tanduk kayak iblis gitu?" tanya Naira.

Arief mengerucutkan bibirnya kesal. "Ini namanya antena. Jadi dimana pun lu berada, lu bakal selalu terjangkau," ujar Arief.

Naira tersenyum kecil. "Gaya banget lu!"

"Dasar cewek engga romantis!" ujar Arief.

Naira tertawa.

"Gue masih penasaran lho, lu kok bisa tau gue di sini?"

"Lu kan bilang mau check up di rumah sakit ini."

"Oh gitu, eh gue mau nanya sesuatu sama lu," ujar Naira.

"Nanya apaan? Tumben pake izin segala?"

"Serius ya Rief. Lu kan mantannya Risca? Lu engga pernah ketemu sama keluarganya gitu? Atau sekedar main ke rumah Risca misalnya?"

Arief mengangkat bahu. "Ketemu keluarganya? Emang gue mau ngelamar apa?! Gue pernah sekali main ke rumah Risca dan rumahnya sepi banget. Emang kenapa sih?!"

"Gadis yang malang ya Rief. Lu tau engga selama ini Risca itu kesepian!" ujar Naira.

"Tenang aja lu engga bakal kesepian kok! Kan ada gue yang selalu nemenin lu!" balas Arief.

"Lu ya! Bales kek pake kata - kata bijak. Malah gombalan gitu!" kesal Naira.

"Lu mau gue jawab apa emang? Terkadang kesepian bisa membawa kita pada kegelapan. Dan tugas orang yang mencintai dia untuk memberikan lentera sebagai penerangan jalan yang benar!"

Naira tersenyum. "Akhirnya kalimat lu ada yang berguna juga ya. Tapi masih aja ada gombalannya!"

"Lama - lama gue duet sama Raisa nyanyiin lagu Serba Salah deh. Manusia itu engga ada yang sempurna. Ke-"

"Oke, lu bener. Jadi engga usah bermimpi buat duet sama Raisa. Gue aja ogah diajak duet sama lu!"

Arief menatap Naira sambil menaik - turunkan alisnya. "Yang bener engga mau duet sama gue?" goda Arief.

"Najis hih! Ogah! Mendingan duet sama artis!" ujar Naira.

"Ya udah gue mau nyari cewek lain aja yang mau diajak duet sama gue!" balas Arief.

"Cari aja sana! Gue juga bakal cari cowok yang lebih waras!"

Arief melirik Naira sekilas kemudian berjalan meninggalkan Naira di belakangnya.

'Padahal niatnya kan bercanda kenapa jadi beneran berantem gini!' batin Naira.

"Tega banget sih! Masa ninggalin pacarnya yang imut ini sendirian?!" keluh Naira.

Lagi kesal - kesalnya tiba - tiba ponsel Naira bergetar. Naira mengambil ponsel yang ada di sakunya kemudian membuka SMS yang ternyata dari Arief.

Besok. Jam 5 sore. Cafe.

"Dasar cowok irit! Masa engga ada embel - embel 'dandan yang cantik ya' atau 'aku jemput ya' dasar cowok engga romantis!"

Baru saja Naira akan memasukkan ponselnya, ternyata ponselnya kembali bergetar. Naira mengernyitkan dahi. Dari Arief lagi?

Lu selalu cantik bagi gue. Pergi sendiri aja ya, apa perlu dijemput kereta kuda?

"Engga perlu kereta kuda kalau engga ada pangeran di dalamnya, gue pergi sendiri," teriak Naira.

'Dasar bodoh! Sekarang pasti semua orang ngira gue udah gila!' Batin Naira.

Tanpa pikir panjang lagi Naira langsung masuk kembali ke dalam rumah sakit, ia engga jadi pulang, dan akan menemani Risca di kamar inap ayahnya.

Setelah Naira sudah tidak terlihat lagi, Arief keluar dari tempat persembunyiannya.

'Lu bener - bener lucu Ra!' Batin Arief.

***

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang