Part 17

1K 44 5
                                    

***

"Wildan! Lu engga sendiri! Masih ada gue yang sayang sama lu! Tolong kembali Wil!" teriak Putri.

Wildan terdiam. Ia menoleh dan menatap mata Putri.

"Gue emang engga pantes ngomong ini Wil apalagi di saat - saat seperti ini. Tapi sebelum lu mati, gue pengen lu tau gue yang sayang sama lu. Sejak dulu dan sampai sekarang. Gue selalu memperhatikan lu dari jauh karena gue engga punya nyali untuk mendekat. Dan disaat gue tau lu pacaran sama Naira, hati gue sakit. Tapi gue mencoba mengobati luka itu sendiri. Engga ada cowok lain selain lu di hati gue. Tolong jangan lakuin ini Wil. Seenggaknya walaupun gue sama sekali engga berarti di mata lu, hiduplah demi gue Wil. Orang yang sayang sama lu."

Wildan masih terus terdiam. Keheningan menyelimuti atap sekolah pagi itu. Putri sama sekali tidak menyesal telah mengungkapkan perasaannya.

"Gue tau ini engga bakal berhasil. Di hati lu cuma ada Naira. Dan cuma Naira yang bisa menahan lu saat ini. Gue bodoh. Sekarang gue malu banget udah minta lu tetap hidup demi gue. Astagfirullah, siapa gue di mata lu? Cuma sebutir kotoran yang mengganggu kan? Gue tau ini berat, tapi apapun keputusan lu, gue engga bisa berbuat apa - apa lagi. Kalau gitu, selamat tinggal Wil."

Putri tersenyum kepada Wildan untuk terakhir kalinya. Mungkin ini senyum pertama dan terakhir yang pernah ia berikan untuk Wildan.

'Hidup ini emang lucu. Gue cinta sama seseorang dan di saat ia putus asa gue engga bisa berbuat apa - apa untuk meringankan bebannya. Walaupun hanya sedikit, tapi itu mustahil untuk gue lakukan.' Batin Putri sambil berjalan.

"Di hati gue emang cuma ada Naira. Tapi bukan cuma Naira yang bisa menahan gue, dan mana mungkin gue menyia - nyiakan lu Put yang peduli sama gue selama ini?"

"Terima kasih Wil karena lu tetep hidup. Kalau lu mau tetep ngejar Naira gue baka-"

"Dulu gue terlalu bodoh karena udah nyia - nyiain Naira demi Risca. Tapi sekarang gue engga bakal masuk ke lubang yang sama." sela Wildan tegas.

Putri mengangguk. "Terima kasih juga karena lu udah kembali. Wildan yang lembut dan baik hati bukan cuma topeng. Itu emang bener jati diri lu Wil."

Wildan tersenyum kemudian menarik Putri ke pelukannya.

"Mungkin gue harus ngucapin beribu kata maaf untuk setiap rasa sakit yang lu terima," ujar Wildan.

"Engga perlu Wil. Karena saat lu sadar gue emang tulus sama lu, semua rasa sakit itu udah lu bayar!" balas Putri.

"Lu ternyata lucu juga." ujar Wildan.

"Dan lu ternyata cengeng juga," ledek Putri.

"Oh jadi gitu, lu engga mau punya cowok cengeng kayak gue?" tanya Wildan sambil melepaskan pelukannya.

"Ini ceritanya lu nembak gue gitu ya?" tanya Putri.

"Engga usah diperjelas gitu kali. Kan jadi malu gue!"

"Oke gue jawab ya. Gue tetep sayang sama cowok gue walaupun dia cengeng sekalipun."

"Tapi Put, lu tau di hati gue masih ada Naira. Lu engga apa - apa?" tanya Wildan.

"Gue percaya cowok di depan gue ini bakal berusaha buat move on."

Wildan kembali tersenyum kemudian memeluk Putri lagi. Mungkin hari ini ia telah melepaskan cintanya pada Naira tapi hari ini juga Wildan menyambut cinta yang baru dari seseorang yang benar - benar tulus sayang padanya.

Kkkkrrrkkkrr...

"Suara apa itu?" tanya Putri.

"Kayaknya suara perut gue. Ke kantin yuk gue laper banget nih!" jawab Wildan.

"Emang kantin ada yang buka sepagi ini?" tanya Putri.

"Gue paksa buka! Ayo buruan!" jawab Wildan.

***

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang