Part 23

1.1K 36 4
                                    

***

Author POV

Naira mengeluarkan seluruh baju yang ia punya dari lemarinya. Kemudian menaruhnya di kasur. Naira terlihat bingung, baju apa yang akan ia pakai untuk bertemu Arief nanti.

"Kaos kuning, rok hijau," ujar Naira sambil berdiri di depan cermin.

"Astagfirullah gue kayak buah nanas!" gumam Naira.

Naira terduduk di ranjangnya sambil menghela napas kemudian matanya menangkap sebuah dress berwarna pink di dalam lemarinya. Akhirnya Naira memutuskan untuk mencoba dress tersebut.

"Kok sempit banget ya!" Naira terus memaksakan dress tersebut agar pas di tubuhnya.

BREK.

Hening. Naira melepaskan dress tersebut. Dan matanya melebar begitu melihat dress berwarna pink tersebut sudah robek.

"Astagfirullah gue baru inget ini kan dress gue waktu masih SD! Pantes aja udah engga muat! Lagian gue maksa banget ya ampun!" Naira tertawa kecil, merasa lucu sendiri karena saking bingungnya memilih pakaian yang cocok, Naira tidak memikirkan ukurannya lagi.

"Sekarang gue harus pake baju apa?!" teriak Naira.

Akhirnya Naira mengambil dress polos berwarna biru muda.

Drrrtttt... Drrrttttt..

Ponsel Naira bergetar. Naira mengambil ponselnya.

Intan calling...

Naira langsung mengklik tombol hijau.

"Halo Intan! Apa kabar?" tanya Naira.

"Baik Ra, lebih baik dari sebelumnya."

"Alhamdulillah kalau Intan baik - baik aja. Wildan udah engga macem - macem lagi kan sama lu? Eh Arief pasti bakal ngelindungin lu kok! Jadi Intan tenang aja!" ujar Naira panjang lebar.

Intan tertawa. "Tenang aja Ra. Wildan bukan macan kok, dia engga berbahaya."

"Astagfirullah, gue engga nyangka setelah semua yang udah Wildan lakuin ke lu, lu masih bilang begitu?" balas Naira.

"Wildan udah berubah Ra, dia udah minta maaf sama gue."

"Tapi kan Tan lu tau sendiri Wildan itu jago bersandiwara! Gue yakin dia cuma boongin lu aja!" balas Naira lagi dengan berapi - api.

"Mau gimana lagi Ra. Semoga yang lu omongin itu engga bener. Dan gue rasa kita harus ngasih dia kesempatan kedua."

"Kesempatan kedua? Maksud lu apa? Gue engga bakal pernah balikan lagi sama Wildan."

"Bukan, bukan itu maksud gue Ra. Kesempatan kedua yang gue maksud adalah kepercayaan yang pernah hilang Ra." ujar Intan.

Naira terdiam. Setelah pengkhianatan yang menyakitkan. Dan usaha untuk mengahancurkan hubungannya dengan Arief. Apa masih ada kesempatan kedua yang berhak Wildan terima?

"Ra? Lu masih disitu?" tanya Intan.

"Eh iya halo Tan,"

"Ra, mungkin sulit buat lu percaya lagi sama Wildan. Tapi seenggaknya lu harus coba percaya sama dia Ra. Lu harus mempergunakan kesempatan kedua lebih baik lagi dan..."

"Semoga dia berpikir seperti lu Tan. Tapi nyatanya kesempatan itu selalu ada Tan. Gue takut kalau udah ngasih kesempatan kedua, dia malah menyepelekan kesempatan itu," sela Naira.

"Lu bener, perasaan takut memang selalu ada saat lu mengambil keputusan." balas Intan sambil menghela napas.

"Baiklah Tan, karena lu yang minta gue bakal ngasih Wildan kesempatan kedua." ujar Naira.

"Makasih Ra, makasih banget. Sekarang tinggal Arief. Gue mau Arief dan Wildan akur lagi kayak dulu. Lu mau kan dukung mereka buat bersatu lagi?" tanya Intan.

"Mau banget Tan! Gue mau Arief deket sama Wildan, seenggaknya kalau orang tuanya sibuk, ada Wildan yang selalu bisa jadi tempat berbagi selain gue!"

"Jangan lupa gue juga bisa jadi tempat Arief berbagi!" balas Intan.

"Tapi Tan, gue sebenernya penasaran, awal mulanya mereka berantem itu kenapa sih?"

"Sebenernya udah dari sejak lama Wildan dan Arief diem - dieman. Lebih tepatnya Wildan seperti menjauh, gue masih bingung kenapa dia menjauh." jawab Intan dengan nada lesu.

Naira terdiam. Ia jadi ingat percakapannya dengan Wildan saat di mobil waktu itu.

***

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang