BTS 13

6.1K 364 4
                                    

Matanya terlihat begitu sembab karena sejak semalaman ia menangis. Ia menangisi dirinya sendiri yang tak bisa mengingat apapun. Sejak semalaman ia tak bisa tidur karena memikirkan kejadian di rumah sakit tersebut.
Entah mengapa ia merasakan kalau wanita muda itu berkata jujur? Namun masalahnya ia tak bisa mengingat sedikitpun.

Hari ini juga ia harus menanyakan tentang masalalunya. Ia harus menanyakan yang sebenarnya pada Mamanya, karena hanya Mamanya lah yang ia percaya. Dan tak mungkin Mamanya menyesatkan anaknya sendiri!

"Mah! Sasa ingin menanyakan sesuatu pada Mamah." Sasa sudah menghampiri Mamanya di taman belakang. Ia mematung di ambang pintu menatap Mamahnya yang sedang asyik berkebun.

Sasa menghela napas pajang lalu masuk ke taman bunga Mamanya. Ia pun duduk di bangku taman,
"Ma, tolong jawab yang jujur." ujar Sasa yang seketika membuat Mamanya menoleh.

"Apa benar Sasa ini punya keluarga. Dan suami Sasa adalah Fatir-ayah dari murid Sasa sendiri?" tanya Sasa lagi.

Sementara Mamanya sudah terbelalak kaget, ia membeku ditempatnya. Lidahnya kelu untuk sekedar berkata. Tubuhnya menegang, karena pada akhirnya anaknya menanayakan ini? Ini mungkin karena Fatir yang memberitahu Sasa. Apa yang harus ia bicaran pada anaknya ini? Apa ia akan jujur atau tidak.

"Jawab Mah!" ulang Sasa karena Mamahnya tak kunjung menjawab. Sasa menatap mamahnya dengan berkaca-kaca. Seolah Sasa menginginkan kalau yang dikatakan wanita muda itu, benar! Ia ingin Mamahnya menjawab IYA BENAR.

"TIDAK. Itu tidak benar! Mamah tidak kenal siapa itu Fatir?" jawab Mamah dengan tegas dan lantang.

Sasa seakan tak percaya apa yang dikatakan Mamahnya barusan, ia bisa melihat kalau Mamahnya sedang berusaha menyembunyikan sesuatu darinya.
Ia menatap Mamahnya dengan tatapan memohon, air mata sudah bercucuran diwajahnya. Ia ingin tahu kebenaranya!

Mamah yang tak tahan melihat Sasa seperti itu, langsung pergi begitu begitu saja meninggalkan Sasa tanpa sepatah katapun. Ada rasa menyesal yang timbul dihatinya!

Maafkan Mamah nak! Mamah lakukan ini demi kebaikanmu, Mamah hanya ingin melihat kau bahagia. Mamah tak ingin melihat kau menderita kembali bersama Fatir! Batin Mamah tanpa ia sadari air mata sudah jatuh dari pelupuk matanya, sejak tadi ia berusaha menahan air matanya itu.

Jujur ia masih tak bisa melihatnya kembali bersama laki-laki yang tak bertanggungjawab seperti Fatir. Ia ingin melihat putrinya itu bahagia.
Ia masih tak rela melihat Fatir menyakiti putrinya lagi. Seperti lima tahun yang lalu, ketika Keysha datang dengan bercucuran airmata, dan ketika tahu alasannya. Ia langsung pingsan, ia tak percaya menantunya itu berbuat sekejam itu.

"Aghhh...." pekik Sasa memegang kepalanya. Ia mencoba mengingat! Entah mengapa ucapan Mamahnya itu tak benar, dan ada sorot mata yang menggambarkan kalau Mamahnya berbohong. Ia bisa tahu itu, Mamahnya tak pernah bisa membohonginya.

***

Sejak pagi Syafa masih belum membuka mulutnya. Ia masih setia menunggu Ibu Sasa datang untuknya, baru ia mau makan bila sudah ada Ibu Sasanya.
Ia terdiam dengan pandangan kosong, menatap langit-langit ruangan serba putih itu.

"Ibu Sasa adalah istri Ayah?" kalimat itu terlontar begitu saja dari dari mulutnya. Ia tiba-tiba teringat kejadian kemarin, ia mendengar semuanya saat itu. Ia mendengarnya dengan jelas!

Matanya memanas, apa maksud ini semua? Kenapa aunty Syila berkata seperti itu? Dan kenapa juga Ibu Sasa mengelak, dia seolah tak percaya apa kata aunty Syila.

"Ayah-" panggil Syafa saat ia melihat Ayahnya datang lalu menuju ke arahnya.

Fatir mengerutkan keningnya saat melihat air mata bercucuran dari wajah pucat Syafa. Anaknya menangis tanpa suara! Ia menangis dalam diamnya. "Syafa! Ada apa nak?" Fatir mengusap lembut air mata Syafa yang terus mengaliri pipinya. Ia jadi merasa khawatir!

Bahagia Tanpa Syarat  (Complated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang