Prolog

89 27 10
                                    

Malam ini mentari merasa lelah dengan semua kegiatannya, ia tidak memilih merebahkan tubuh nya di kasur melainkan duduk di bangku taman kearah kosongnya langit. Ia menghirup dalam-dalam sejuknya udara malam itu.

Lamunan Mentari yang kearah kosongnya langit tiba-tiba buyar dengan lambaian tangan lelaki tampan, Mentari seolah mencintainya begitupun sebaliknya.

Tanpa berkata apapun lelaki itu memeluk hangat Mentari, Mentari memejamkan mata nya, terasa olehnya hembusan angin menerpa wajahnya.

Namun bau angin itu sangat menyengat di hidung dan agak hangat belakangan. Buru-buru Mentari membuka matanya dan......
"aaaaaah! Siaaal, Qataaaaaaan! Abab mu itu....!" Teriak Mentari kepada adiknya yang sedari tadi menghembuskan nafas bangun tidurnya.
"Suruh siapa gak bangun-bangun, weeek!" Ketus adiknya.


Untuk pertama kalinya Mentari benci tertidur, karena seindah apapun bunga tidurnya akan sirna bila di petik.

"Udah cepetan ke bawah sekarang, ditunggu Ama(ayah Mama)."

"Gamau"

Mentari turun dari kasurnya membuka jendela kamarnya dan duduk di jendela besar yang sudah di design sedemikian rupa untuk Mentari menikmati keindahan cahaya yang merupakan inspirasi dari namanya sendiri.

Yap, Mentari suka cahaya matahari yang membuat garis-garis di pekatnya bola mata besar itu menjadi lebih jelas terlihat.

Dengan nyamannya ia di tempat itu, Mentari membalikkan memorinya sambil meletakkan samping kepalanya ke dinding,
"aku mungkin kelelahan tadi malam sampai-sampai mimpiku jadi noing gitu, tapi mimpinya keren juga sih, hahahaha."

Mentari bergegas untuk melupakan semua bunga tidurnya yang sangat tidak masuk akal itu.
Dan segera menuruti perkataan adiknya yang super super jahil.

*********************************

DESTROYER of DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang