6. HENING

17 6 0
                                        

  Saat-saat yang paling ditunggu Mentari datang juga. Bomber  dan black jogger yang tampak senada dengan gaya rambut ponytail nya membuatnya lebih PD untuk pergi menemui si Harry Potter Betawi itu.

"Gua harus cantik di depan dia, biar dia sujud ke gue karena udah bilangin gue maling!"

Mentari menuruni tangga dengan perasaan emosi yang sangat menggebu-gebu.

"Woy mau kemana lu tong?"

"Diem lu Tan, gasopan ih."

"Mau kemana kak? Perasaan Ayah kamu sekarang sering banget keluar." Tanya Ayah yang penasaran.

"Ini gara-gara terlalu banyak fans Yah." Jawab Mentari dengan nada yang flat abis.

"Pergi dulu ya semua, Ma, Yah, Ndut."

Ojek online yang sudah di pesan Mentari datang di waktu yang tepat. Saat Mentari keluar gerbang rumah, ojek juga baru saja sampai.

"Ayo Pak langsung ke sana."

"Siap Neng!"

Saat di perjalanan Mentari yang tidak berhenti ngomel-ngomel membuat Bapak ojek bingung.

"Neng, ngomel terus. Kenapa kalo boleh tau sayanya?"

"Nih ya Pak, misalnya Bapak udah nolongin orang yang udah mau mati, trus dituduh maling cuma karena Hp-nya gak sengaja Bapak bawa, itupun kita juga habis hubungi keluarganya, Bapak marah gak sih?"

"Ya marah la Neng, kalo dilihat ya Neng, Neng gak mungkin maling. Dari rumah sama tampangnya aja gak cocok. Mungkin bagi si Eneng hp mah harga kacang rebus."

"Hahaha, Bapak mah bisa aja. Kalo Bapak marah berarti Bapak harus ngebut nih."

"Siap Neng!"

Sekarang Mentari sudah berada di depan thiscafe.

"Mana nih si Harry Potter Betawi, eh tapi gimana gua nemuin dia ya." Sambil masuk ke cafe melongok kesana-sini.

"Woy, maling. Sini duduk Lo." Panggil pelan orang dari arah belakangnya.

"Ohhh, jadi Lo si kampret itu. Nih Hp Lo. Kalo Lo tau arti terimakasih harusnya Lo ngomong baik-baik. Ngerti?" Balas Mentari sambil melempar Hp asal yg disambut tangkapan paniknya.

Mentari yang tidak ingin membuat keributan di cafe itu langsung melangkahkan kakinya ke luar dari tempat itu.
Karena dirasanya belum duduk berasa sudah di usir.
Si Harry Potter Betawi itu berdiri dan mengejar Mentari.

"Woy! Gak sopan banget Lo main pergi aja."
Mentari berbalik dan menuju ke arahnya, ia kali ini benar-benar dekat dengan wajah cowok itu. "Apa? Gasopan? Lu lagi demam?" Geram Mentari yang menempelkan punggung tangannya kasar. "Udah ya gua gak punya waktu ngomong sama orang yang gak tau terimakasih kayak Lo. Orang tua Lo di rumah ngajarin apa sih? Hah?"

"Apaan sih nyentuh gua, ngapai Lo bawa-bawa orang tua? Siapa bilang gua gak tau terimakasih, di SMS emang gua ngomong apa kalok gak makasih? Hah?"

"Hahaha, lu ngomong MALING!, BHAY!". Bentak Mentari sambil mendorong salah satu bahu dari cowok itu.

Mentari yang tambah kesal, hanya berjalan gak tau ke arah mana.

"Dia gak pakek masker lagi?, Dia tuh lebih baik sekarat kayak kemarin. Kata-kata dia lebih nyakitin dari SMS. Kok ada ya manusia kayak gitu. Dan  dia lebih ganteng dari di foto. Ah apaan sih Tar, bloon banget jadi cewek. Harusnya tadi Lo jitak itu kepala. Andai aja ada si ganteng David sekarang."

On memories:
Di depan gerbang rumah Mentari.
"Siniin nomor Hp lu Tar." minta David.

"Ah, eh 0874**1787**, udah kan Vid?"

"Oke, udah gua SMS itu, ntar dibaca and save nomornya, jangan lupa."

__

"Ah, iya dia udah SMS, pasti aku bisa nelfon dia." Cek Mentari menelusuri pesan masuk di Hp nya .

"Nah ini dia, “hai cewek cerewet” ," dilihat Mentari pesan yang masuk 1 hari yang lalu.
"

Em, tapi masa gua duluan yang telfon. Malu lah Tar, udahlah gausah."


Niat untuk menelfon David batal, tapi tidak lama selang waktu kebatalan itu nada dering telfon masuk Mentari berbunyi.

"What! Demi apa David nelfon gua disaat gua mau.. , ehem ehem," katanya terputus karena ia cek sound
Ha-hal-hallo Vid, ada apa?"

"Aduh si cerewet gugup ya?"

"Enggak kok!" Jawab Mentari singkat.

"Yaudah, Lo dimana Tar? Kalok gak SMS aja gue kesana, oke bye!"

"Ehh, tap.. yaah di matiin. Tapi ga pa apa deh, dia juga kemari ntar."

Di dalam hati Mentari dia berbicara bahwa sepertinya ia menyukai David.

"Belum pernah nih di giniin sama cowok, ayah aja belum tentu tau sekarang aku lg banyak masalah. Tapi Vid? Lu kok kayak yang siap siaga gitu sih? Apa Tuhan udah ciptain Lo buat gue? Ahhh gatau ih. Ngomong apaan lagi sih? Oke harus tenang ntar kalo ketemu dia."

Mentari sekarang yang sudah duduk di halte bus untuk menunggu David, melamun tidak jelas meratapi butiran air dari langit yang dianggapnya sebagai siraman untuk tanaman yang baru saja tumbuh di hatinya. Kedua kakinya yang berayun bersamaan seraya membuat garis bibirnya memanjang ke masing-masing asal titik.

‘tintin’
"Ayo!" Panggil David dari atas motornya.

Mentari yang tadinya duduk sekarang berdiri sambil menutupi kepalanya dengan satu tangannya dari air hujan. Satu tangannya lagi menarik pergelangan tangan David.

"Ntar aja perginya masih hujan, kamu duduk sini, kok kamu gak pake jas hujan sih Vid? Gatakut sakit?"

"Wahh, kesambet apaan lu Tar jadi perhatian gini? Ya gua mana tau bakal hujan, tapi ini kan demi ketemu sama Lo, hehe."

"Apaan sih lu Vid?, Gembel woo!" Balas Mentari sambil sedikit memukul lengan David.

"Gombal keles. Hari Senin gua mau demo di sekolah kayaknya nih Tar ke Kepsek."

"Hah demo? Emang ada apa?." Tanya Mentari yang menjadi penasaran.

"Gua mau nuntut gak ada hari libur, karena gua tau, gua bakalan kangen sama orang kayak Lo, kalo gak di liat pagi-pagi, hahahaha." Kata David bercanda tetapi terlihat serius dari bola yang indah itu.

"Hahahaha , ehh.. hehe. Wah becandaan banget lu ya Vid orangnya." Balas Mentari yang salah tingkah dan menghindari tatap mata.

"Gua serius, serius bakalan kangen."

Mentari : (jleb, glek, tersedak, uhuk..uhuk, tertawa).

"Waahh, gak berasa udah tengah malem yah Vid?."

"Hah? Emm, masih jam 6 nih Tar".

-HENING-











Messagge ^_^
-HENING- ....






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTROYER of DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang