CHAPTER 4 : Terbongkar

5.1K 408 23
                                    

Keesokan harinya Natasha terbangun dan mendapati kamarnya yang sangat berantakan.

"Apa yang telah terjadi?" Gumamnya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Ia terkejut, kedua matanya terbelalak lebar mendapati seluruh kamarnya terobrak-abrik. Natasha pun menatap jam dindingnya yang tak lagi di tempatnya melainkan sudah berada di lantai dan menunjukkan pukul 10.00 pagi.

"Apa yang telah kulakukan?" Ucapnya lagi, semakin kebingungan.

Natasha langsung terbangun, kemudian keluar dari kamar tidurnya terburu-buru.

Fiona melihat putrinya yang terlihat panik itu langsung berkata, "Natasha, ada apa?" Tanyanya.

Natasha tidak menjawab dan sibuk mencuci tangan, karena tangannya dipenuhi cat warna hitam.

Fiona bergegas menghampirinya dan menepuk pundaknya, "Natasha, ada apa?" Ia mengulangi pertanyaan yang sama.

Natasha berhenti dari aktivitas cuci tangannya dan langsung menatap telapak tangannya sendiri yang bergetar, kemudian menatap ibunya sekilas, "Aku... a--aku melakukan sesuatu," Ucapnya terbata-bata. "Ibu ..." lirihnya, kemudian menatap Fiona sangat lama, "Sesuatu telah terjadi pada diriku," Sambungnya. Nada berbicara nya pun sudah seperti seseorang yang hendak menangis.

Fiona berbalik pergi, bergegas melangkah ke kamar tidur Natasha, dan yang terjadi adalah kejutan terbesar dalam hidupnya. Kejutan yang sangat buruk.

"Tulisan itu," ucapnya terkejut melihat semua tulisan yang Natasha buat tanpa ia sadari. Tulisan yang memenuhi tembok kamar Natasha dengan cat berwarna hitam. Disertai tiga simbol yang melambangkan tiga klan berbeda dan sukses membuat Fiona bergetar di tempat.

Ia buru-buru kembali ke bawah dan melihat Natasha yang sudah terduduk diam di sofa.
Fiona menghampirinya dan duduk di sebelahnya, "Tenang, ini hanyalah--"

"Hanya apa, bu?! Sudah pasti semua ini adalah perbuatanku!" Natasha menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, "Entah apa yang terjadi semalam. Dan aku tak tahu mengapa aku menuliskan semua itu!" Ucapnya yang mulai meninggikan suaranya. "Aku bahkan tidak tahu apa itu, Bu!"

"Sayang, semua akan--"

"Tidak bu!" Dia bangkit dari sofa, kedua mata nya membulat lebar dan air mata pun mengalir, "berhenti berkata bahwa semua akan baik-baik saja! Ini kekacauan, bu!" Ucapnya kesal dan tak sadar dirinya baru saja membentak Fiona.

Natasha langsung pergi ke kamarnya dan tak lama kemudian, ia turun dengan memakai jaket dan tas slempangnya, tanpa mengatakan apa pun ia langsung pergi meninggalkan Fiona sendiri di rumah. Fiona pun hanya bisa diam dan membisu di tempat, ia tak tahu apakah harus mengejar Natasha dan menghentikannya ataukah dia pasrah dan bergulat dengan pikirannya.

Mungkinkah ini sudah menjadi takdir?

*   *   *

"Jadi, apa kau percaya dengan yang kuceritakan tadi? Apa menurutmu itu semua nyata?" Tanya Natasha kepada Steven yang sekarang sedang duduk di hadapannya. Baru saja mereka bertemu, Steven sudah dibuat terkejut dengan Natasha yang terlihat panik menerjangnya menggunakam berbagai macam pertanyaan sekaligus rangkaian peristiwa yang gadis itu alami tadi pagi.

Steven memegang dagunya, bersikap seperti orang yang sedang berpikir keras, "tapi, itu semua mustahil, Nath. Kau hanyalah manusia biasa." Jawabnya.

Natasha mendengus pelan, "Kau sama saja seperti ibuku. Tapi, bedanya ibuku hanya diam dan kau malah lebih parah lagi." Ucapnya kesal.

Natasha melipat kedua tangannya di dada dan menatap keluar jendela kaca cafe yang kemarin. Ia melihat Orlando berdiri di luar sana dengan memakai tudung kepala menatapnya datar dari luar. Dan ini adalah yang ketiga kalinya ia melihat keberadaan Orlando.

My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang