CHAPTER 16 : Iblis

2.6K 236 0
                                    

"Orlando, apa kau tahu ibuku masih hidup?" Tanya Natasha dalam perjalanan pulang menuju ke Institut.

"Aku tidak tahu bahwa Elizabeth masih hidup. Setahuku dia sudah meninggal akibat tragedi setelah ia menghilangkan ingatanmu." Jawabnya pelan.

Natasha terdiam beberapa saat.

"Apa Una selalu berpenampilan seperti itu? Mengapa tadi suaranya berbeda saat kau mengetuk pintu? Terdengar menyeramkan." Ucap Natasha nyaris bergidik ngeri dan memulai percakapan santai, karena sudah cukup untuk sementara ini pikirannya memikirkan masa lalu yang baru saja ia ketahui beberapa menit yang lalu.

Orlando tertawa kecil, "Una adalah penyihir dan dia bisa merubah wujudnya menjadi dua pilihan. Pilihan pertama adalah wujud aslinya sebagai penyihir yang lumayan menyeramkan, dan pilihan yang kedua adalah wanita yang tak telalu tua dan terlihat sangat cantik seperti yang barusan kau lihat tadi. Dia sengaja memilih yang kedua, karena ia takut kau syok ketika melihat penampilan sebenarnya." Jawab Orlando dengan nada geli diiringi tawa.

Membuat Natasha ikut tersenyum, "kau tidak terlihat misterius, jika sedang tertawa seperti itu." Ucap Natasha tanpa henti menatap Orlando.

Orlando dengan cepat menghilangkan tawanya, ini pertama kalinya ia malu di hadapan perempuan.

Apalagi perempuan seperti Natasha.

Akan tetapi, suasana yang nyaris tenang itu mendadak terganggu oleh suara gemuruh yang memekakkan telinga terdengar jelas dari langit berwarna kelabu diiringi kilatan-kilatan kecil.

Tak lama kemudian, hujan pun turun dengan sangat deras.

Orlando segera menarik Natasha ke dalam rangkulannya dan menutupi kepala Natasha dengan jaket hitamnya, kemudian mereka berlari secepat mungkin ke arah institut yang jaraknya sudah dekat.

Setelah sampai, napas mereka berdua terengah-engah akibat harus berlari di tengah-tengah hujan.

"Sebaiknya kau pergi ke kamarmu untuk mengganti pakaian, jika tidak kau akan sakit." Ucap Orlando sembari menepuk-nepuk lengannya dan menggulung jaketnya yang basah.

Natasha mengangguk dan bergegas ke kamarnya.

Saat Natasha berjalan sambil memeluk tubuhnya sendiri melewati lorong yang akan membawanya menuju kamar tidurnya--mendadak suasana berubah drastis. Suhu terasa jauh lebih dingin dan membuat tubuh Natasha yang sebelumnya sudah kedinginan menjadi lebih menggigil disertai penerangan yang mulai meredup.

Setelah merasakan kejanggalan itu Natasha tak sadar dirinya pun berhenti melangkah sembari mengedarkan pandangannya perlahan ke sekitar. Gadis itu menelan ludahnya dengan susah payah tanpa menghentikan penglihatannya yang berkeliaran.

BRUK!

Suara punggung Natasha yang terhempas ke dinding akibat orang asing menyerangnya secara tiba-tiba dan mencengkeram kedua pundak Natasha sampai ia meringis kesakitan. Natasha bisa merasakan tubuhnya terhimpit ke dinding sampai tak memiliki celah untuk pergi.

Natasha semakin meringis kesakitan dan berusaha untuk teriak ketika orang itu semakin menghimpitnya. Tubuhnya terasa sangat tertekan, kedua pundaknya sudah seperti diremukan.

"Akhirnya, aku menemukanmu..." suara seperti bisikan itu terdengar jelas di telinga Natasha. Wajah gadis itu mulai pucat.

"Siapa kau?!" Ucap Natasha setengah berteriak sambil berharap seseorang dapat mendengarnya.

"Ssttt..." Natasha bisa merasakan jemari tangan orang asing di hadapannya ini membungkam bibirnya.

Dan lampu pun akhirnya padam. Semuanya padam. Benar-benar padam sehingga tinggallah kegelapan menguasai.

My BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang