Bab 30 : Taktik

5.3K 427 43
                                    


Hari ke 4.

Sachi mengernyitkan kening. Untuk apa dia repot-repot menghitung. Toh perjanjiannya telah batal. Perjanjian konyol itu tak berlaku lagi sejak dua hari lalu. Saat si orang brengsek itu mengacaukan segalanya. Kemarin bahkan dia tak berani menunjukkan batang hidungnya lagi.

Sachi mencoba menghubungi Ardian yang entah untuk berapa puluh kali. Sachi bahkan sudah putus asa menelpon kekasihnya itu. Ardian seolah menghilang di telan bumi. Apa Ardian terpengaruh pada perjanjian satu minggu Ronald? Apa Ardian pikir bahwa selama satu minggu kedepan ia tak boleh menemui Sachi? Haruskah Sachi mendatangi Ardian dan mengatakan bahwa perjanjian satu minggu telah batal?

Tapi mengapa ada sebagian hati Sachi yang menolak untuk melakukan itu? Benarkah perjanjian itu batal? Lalu bagaimana nasib TK Permata sekarang? Apa Ronald akan memusnahkan Sekolah itu untuk selamanya?

Batin Sachi dilanda kecemasan. Bagaimana jika seperti yang ia bayangkan? Bagaimana nasib anak didiknya? Apa mereka akan kehilangan tempat belajar?

Sachi mengecek jam di pergelangan tangannya dan mendesah kesal. Suasana hatinya sedang kurang begitu baik. Ardian sulit di hubungi. Lalu bagaimana cara Sachi ke Sekolah?

Haruskah ia menghubungi Ronald?

Sachi menghapus gagasan itu secepat kemunculannya. Menghubungi Ronald adalah ajang bunuh diri. Sachi lebih baik merangkak sampai Sekolah daripada harus melibatkan pria biadab itu.

Tidak akan pernah!

Akhirnya Sachi memutuskan untuk memesan taksi. Dan tak berapa lama kemudian taksi pesanan Sachi muncul juga. Dan betapa herannya Sachi saat mendapati bahwa supir taksi pesanannya adalah orang yang sama dengan saat Sachi tertinggal bus pada piknik TK beberapa waktu yang lalu. Ternyata kebetulan memang bisa terjadi kapan saja.

Hari itu Sachi mengajar dengan tenang seperti biasa. Seolah masalah yang melandanya selama ini sirna tanpa bekas. Hanya dengan berbaur dan juga bercanda dengan para muridnya saja mampu menjadikan Sachi layaknya orang yang normal. Tak ada yang tahu jika gadis itu telah bertahun-tahun menderita trauma karena kejadian mengerikan di masalalu. Salah satu alasan mengapa Sachi ingin mempertahankan profesinya. Ia tak ingin kehilangan satu-satunya tempat dimana ia bisa melupakan trauma yang kerap kali membuatnya terpuruk. Ardian bahkan setuju jika mengajar murid-murid merupakan metode paling ampuh untuk proses kesembuhan trauma Sachi.

Bel pulang berbunyi dengan nyaring. Anak murid Sachi tertib keluar dari kelas menuju kearah orang tua mereka yang setia menunggu. Kebanyakan anak selalu di dampingi oleh Ibu mereka. Sachi jadi tak khawatir jika mereka pulang karena ada orang tua yang menjaga mereka. Semua anak tersenyum ceria,melambaikan tangan sebagai ucapan selamat tinggal. Dan Sachi membalas lambaian tangan mereka disertai senyum ketulusan.

Sachi baru saja berniat kembali ke dalam kelas yang sudah kosong itu saat mendapati sesosok pria yang baru saja keluar dari kantor Kepala Sekolah. Apa yang Ronald lakukan disini? Untuk apa dia menemui Bu Hafsah? Apa ini ada hubungannya dengan pembatalan perjanjian?

Sachi merasa gejolak emosi yang tumbuh memenuhi rongga dadanya. Ronald berjalan menuju kearahnya. Dan tiap langkah pria itu justru makin menambah rasa kebencian dibenak Sachi.

Sachi mengepalkan tangannya. Ingin rasanya ia memukulkan tinjunya pada pria brengsek itu. Ronald dengan senyum arogan itu sekarang melambaikan tangannya.

"Hai,cantik..."sapa Ronald dengan senyum sumringah.

Sachi mengemeretukkan giginya menahan geram. "Untuk apa kau ada disin--"suara Sachi lenyap saat menyadari bahwa Ronald tak berhenti tepat di hadapannya melainkan terus melangkah melewatinya seolah Sachi tak ada.

Sachi : OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang