Bab 27 : Terguncang

5.1K 473 48
                                    


Haii... okee pertama aku mau minta maaf dlu krna lama bgt buat update part baru. Bnyk hal yg prlu di urus di dunia nyata hehe..
Btw makasih lho buat doa dn ucapan selamat krna alhamdulillah beberapa bulan lalu udh resmi dapet predikat 'isteri' alias ga jomblo lg hehehe

Oh iyaaa lupa.. ada yg ngeh gak klo part ini part 27? Oke bagi yg ngrasa prnah baca part 27 beberapa bulan lalu aq minta maaf bgt krna part 27 sebelumnya udh di hapus. krna jujur aja aku stuck krna salah alur. Jd part 27 yg lalu aku hapus. Dn ini part 27 yg baru. Sama sekali beda sama part yg 27 sebelumnya.

Oke langsung aja lanjutttt...

* * *

"Namanya Becky."

Sachi terkesiap. Bola matanya membulat sempurna dan tubuhnya terasa mati rasa. Gadis itu hanya diam mematung tak bergerak sama sekali. Netranya tak lepas tertuju kearah anjing jenis Golden Retriever yang serupa dengan anjingnya dulu. Becky!

Sulit di percaya namun anjing itu benar-benar mirip dengan Becky nya dulu. Warna bulu dan juga mata anjing itu sama persis. Seandainya anjing itu betina tentu Sachi akan mengira bahwa Becky nya kembali.

Tapi Becky telah mati.

Mati.

Ma-ti.

Sachi mencengkeram dadanya yang terasa seperti baru saja di tikam. Rasanya begitu sesak. Paru-parunya seolah berhenti berfungsi. Sachi mengambil nafas lewat mulutnya. Matanya terasa perih dan lututnya mulai goyah.

Gadis itu terguncang.

"Kau baik-baik saja?"tanya Ronald tanpa mendekat. Ia tahu bahwa Sachi akan murka jika pria itu maju. Jadi Ronald hanya diam mematung di tempat. Ronald sudah menduga reaksi Sachi jika ia memperlihatkan anjing miliknya pada Sachi. Bahkan Ronald sudah memikirkan hal terburuk. Sachi akan pingsan atau minimal histeris. Biar bagaimanapun Becky benar mirip dengan anjing milik Sachi dulu.

"Sachi?"suara Ronald terdengar lagi. Kali ini lirih.

Suara Becky menggong dua kali. Anjing itu seolah ikut memanggil nama Sachi. Dan suara gonggongan anjing yang mirip Becky itu justru membuat Sachi makin terguncang. Gadis itu memandang Ronald dan Anjing itu dengan mata nyalang. Ada kilatan ngeri di mata gadis itu.

Suara Becky yang dulu selalu menemaninya kembali terngiang di kepala. Kilasan memori kebersamaan mereka bahkan saat Sachi tak memiliki seorang temanpun,hanya Becky yang selalu setia menemaninya. Becky yang begitu di sayanginya. Becky pemberian ayahnya sebelum akhirnya Ayahnya tiada. Becky yang malang. Becky yang... mati!

"STOP!"jerit Sachi sambil menutup telinganya dengan kedua tangan. Air matanya jatuh berderai. Gadis itu jelas tak bisa menahan gejolak perasaan yang membuncah. Sachi menatap Ronald tajam. Ronald bisa melihat seberapa besar kebencian seorang Sachi Pradita padanya.

Gonggongan anjing Golden Retriever itu kembali terdengar. Kali ini lebih keras. Sachi mengarahkan pandangannya pada anjing itu. Sesuatu dalam rongga dadanya tetasa berdenyut nyeri. Mengapa anjing itu begitu mirip dengan miliknya dulu? Bahkan suara anjing itu juga mirip dengan Becky.

Becky yang... mati!

Air mata Sachi kian deras membasahi kedua pipi gadis itu. Dadanya sesak seakan pasokan oksigen di dunia ini telah habis. Sachi mencengkeram dadanya yang terasa seolah ada luka berlubang yang menganga lebar. Luka yang tak pernah sembuh. Dan mendengar suara gonggongan anjing itu kian memperburuk luka itu. Sachi terpukul!

"Berhenti! Berhenti!"hanya itu yang terus meluncur dari mulut gadis itu. Sachi tak bisa lagi menanggung semua ini. Gadis itu nampak nelangsa di telan oleh penderitaan batinnya sendiri.

Sachi : OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang