Bab 29 : Menjauh

5.2K 401 23
                                    

Keesokkan harinya terjadi kehebohan di Wiraguna's Group. Bagaimana tidak, sang pemilik perusahaan muncul di kantor dalam keadaan babak belur. Beberapa memar menghiasi wajah tampan Ronald. Tentu saja membuatnya menjadi bahan gosip terhangat. Banyak karyawan yang berspekulasi jika Bos mereka baru saja berkelahi. Melihat betapa parahnya luka di wajah Ronald sudah tentu Ronald berkelahi habis-habisan. Atau mungkin Ronald di pukuli? Tapi oleh siapa?

Ronald mengabaikan desas-desus yang beredar yang kebanyakan mempertanyakan perihal luka di wajah Ronald. Ronald menyelesaikan pekerjaannya tanpa kendala. Seolah pukulan yang Ardian kemarin tak berpengaruh padanya. Ronald bahkan tak merasa perlu ke Dokter untuk memeriksakan diri. Di beberapa bagian wajahnya masih terasa berdenyut nyeri dan ujung bibirnya masih perih karena kemarin Ardian beberapa kali menjotosnya.

Sialan!

Ronald memaki dalam hati. Jemarinya terkepal dan hatinya di penuhi oleh amarah. Mau tak mau Ronald menghentikan pekerjaannya. Dia menyandarkan punggungnya di kursi dan matanya terpejam. Kilasan kejadian kemarin kembali berkelebat dalam benak pria itu.

Sebenarnya bukan maksud Ronald untuk memprovokasi Sachi. Awalnya Ronald hanya berniat memberikan Becky,anjingnya untuk Sachi sebagai hadiah. Tak ada niatan untuk kembali mengorek luka lama Sachi. Tapi kejadian selanjutnya sungguh di luar dugaan. Ronald bicara sesuatu yang membuat Sachi marah. Dan celakanya Ronald tak bisa menghentikan dirinya untuk bicara hal yang kian membuat Sachi murka. Dan semuanya terjadi begitu saja. Saat segalanya kian memuncak akhirnya Ronald memutuskan untuk berlutut dan meminta maaf. Tapi seperti dugaannya,Sachi menolak permintaan maaf darinya.

Di tambah lagi kemunculan Ardian kian membuat penderitaan Ronald kian lengkap. Apa melihat Sachi yang marah besar dan tak bisa memaafkannya saja belum cukup? Ronald bahkan merasa hatinya seperti tercabik saat menyadari Sachi menangis karena ulahnya lagi. Dan tiba-tiba Ardian datang dan memukulinya tanpa ampun. Seharusnya Ronald bisa membalasnya. Setidaknya jika ia membalas tentu akan jadi perkelahian yang seimbang. Tapi Ronald tak memiliki kekuatan lagi. Dia terpuruk hingga membuatnya bahkan tak kuasa untuk bangkit berdiri. Ardian menjotosnya seperti orang yang kalap dan jelas sekali Dokter itu lepas kendali.

"Kau memang bangsat,kau tahu?"Ardian mengumpat. Pria itu duduk di rumput setelah puas memukuli Ronald. Ronald sudah terkapar tak mampu berdiri. Pria itu tergeletak dengan wajah penuh luka dan darah.

"Kau meminta waktu satu minggu dan baru dua hari saja kau membuatnya menangis. Kau tidak malu telah membuat seorang gadis menangis? Kau bilang kau peduli padanya? Cih. Kau hanya peduli pada dirimu sendiri. Bajingan cengeng!"saat diamuk amarah,Ardian bahkan lupa bahwa dirinya adalah seorang dokter yang biasanya mampu mengendalikan diri.

Ronald terbatuk dan darah menyiprat dari mulutnya. Rasanya tubuh dan wajah Ronald sakit semua. Namun sebisa mungkin Ronald tak mau mempertunjukkan kelemahannya.

"Perjanjian tetap berlaku."hanya itu yang keluar dari mulut Ronald. Pria itu mencoba untuk bangkit.

Ardian meliriknya dan kakinya reflek menendang Ronald hingga membuat Ronald terjerembab dan jatuh lagi. Ronald menggerang merasakan sakit di seluruh tubuh. Ardian terlihat menakutkan saat ini.

"Tentu saja masih berlaku. Kau fikir aku akan membiarkanmu lepas tangan begitu saja?"ucap Ardian sambil bangkit berdiri dan sekali lagi memandang kearah Ronald yang terkapar.

"Segera pulihkan Sachi atau kau akan mati di tanganku."kata Ardian dengan tatapan tajam. Ucapannya jelas tak main-main.

"Akan ku lakukan. uhuk!"Ronald kembali terbatuk dan kepalanya terasa mau meledak.

"Tapi jangan salahkan aku jika pada akhirnya dia akan jadi milikku."Ronald masih saja bersikap arogan. Membuat Ardian berdecih meragukannya. Sachi takkan mungkin jatuh ke pelukan Ronald begitu saja. Ardian mengenal Sachi melebihi apapun. Sachi gadis keras kepala yang sulit untuk jatuh cinta pada sembarang orang.

"Gunakan waktumu sebaik mungkin. Dan jika Sachi sembuh nanti, Kurasa kita bisa bersaing secara sehat."

Ronald hanya mampu tertawa miris. Bersaing secara sehat melawan Ardian itu bukan perkara mudah. Sialan! Belum lagi Sachi belum mau membuka hati untuk memaafkan Ronald.

Ronald memijit pelipisnya dan kali ini kepalanya yang berdenyut nyeri. Mengapa rasanya begitu berat? Hampir saja Ronald menyerah untuk mengemis maaf dari Sachi. Gadis itu terlalu keras kepala. Membangun tembok yang begitu tinggi hingga Ronald tak sanggup mendakinya. Tembok yang terbuat dari baja yang kokoh. Sachi nyaris mustahil di taklukan. Gadis itu lebih parah dari Rapunzel yang tinggal di atas menara. Mengurung diri tanpa berniat keluar untuk melihat dunia luar.

Ronald harus melakukan apa lagi?

Sebuah ketukan pintu membuyarkan segala lamunan Ronald. Ronald mempersilahkan sekretarisnya untuk masuk.

"Maaf menganggu anda,Sir. Tapi ada sedikit masalah."ucap Dewita,sekretaris Ronald dengan wajah cemas.

"Masalah?"Ronald mengernyit. Tidak biasanya terjadi.

"Benar,Sir. Ada seseorang yang bersikeras menemui anda. Pihak keamanan sudah mencoba mengurusnya namun dia masih tak mau meninggalkan gedung ini sebelum bertemu dengan anda."

"Siapa?"mau tak mau Ronald penasaran siapa orang yang mencoba membuat keributan di Kantornya.

"Dia mengaku bernama Andar Gunawan."

***

Hari ini dia tak muncul.

Baguslah.

Sachi bersyukur dalam hati karena hari ini Ronald tak muncul. Pria itu bahkan tak mencoba menemui Sachi di Sekolah. Membuat Sachi bisa bernafas dengan lega. Jujur saja kehadiran Ronald hanya membuatnya kian sakit hati. Di tambah dengan apa yang terjadi kemarin. Ingin rasanya Sachi mengenyahkan Ronald dari muka bumi ini.

Sachi memilih duduk di dekat jendela sambil membawa mug berisi cokelat hangat. Walaupun ia senang karena hari ini tanpa gangguan. Namun ia merasa ada yang kurang. Ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.

Mengapa Ardian tak pernah mencoba menghubunginya?

Sachi mendesah pelan. Selama ini Ardian begitu peduli dan banyak membantu Sachi dalam hal apapun. Sampai-sampai Sachi tak tahu apa jadinya jika tak ada Ardian dalam hidupnya. Mungkin saja Sachi akan semakin terpuruk. Bisa saja dulu Sachi merasa makin depresi dan mati bunuh diri karena tak sanggup menghadapi trauma yang terus menghantuinya.

Tapi kemana Ardian sekarang? Tidakkah ia rindu pada Sachi? Mengapa tak menemui Sachi atau paling tidak menelpon gadis itu? Apa dia tak rindu pada Sachi? Apa dia sesibuk itu? Haruskah Sachi yang menghubunginya lebih dulu? Ya,sepertinya itu bukan ide yang buruk. Sachi bisa menelpon Ardian dan melampiaskan kerinduan pada kekasihnya itu.

Sachi meletakkan mug cokelatnya diatas meja terdekat. Dan dengan cekatan Sachi mengambil ponselnya yang ada dalam tas yang tergeletak tak jauh dari meja. Jemarinya lincah mencari nomor telpon Ardian dalam list kontak di ponselnya.

Seulas senyuman tanpa sadar sudah tercetak di bibir Sachi. Gadis itu tak sabar ingin mendengar suara Ardian. Mungkin mereka bisa bertemu di restoran untuk sekedar makan malam bersama. Lagipula Sachi rindu Ardian. Ia butuh seseorang yang mampu mengalihkan pikirannya dari Ronald yang sejak kemarin terus menyita seluruh benak Sachi. Sachi butuh Ardian untuk mendengarkan keluh kesahnya karena hanya Ardian yang mampu mengerti Sachi. Yang jelas Sachi rindu pada Ardian. Itu saja.

Tutt tuutt...

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan servis area. Silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut ini.

Sachi terdiam cukup lama. Pikirannya mendadak kusut. Rasa rindu yang sempat melingkupi hatinya berubah menjadi rasa kecewa. Mengapa nomor Ardian tak bisa di hubungi? Belum pernah satu kalipun nomor Ardian tidak aktif. Tidak pernah!

Tapi mengapa sekarang tidak aktif?

Bersambung!

Kependekan y? Maavkaann ya. Ada masalah sama hape aq. Udh gt hpe aq jd susah buat ngetik cz keypad y ada trouble. Jd sering bgt typo. Jd maklumin aja y klo nemu typo. Skali lg maav yaa. Aq usahain update lg scepetnya..

Thanks,reader.



Sachi : OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang