Bab 39 : Penguntit

4.5K 361 54
                                    

Aidan sedang sibuk memilah foto candid seorang gadis yang tengah berjalan beriringan dengan gadis yang lain menuju sebuah Supermarket. Siang ini Aidan membuntuti Sachi yang sedang belanja kebutuhan dapur bersama Indira,rekan sesama Guru di tempat Sachi mengajar. Aidan berhasil mengabadikan beberapa foto Sachi untuk di kirim ke Bos nya. Aidan tersentak kaget mendapati seseorang tiba-tiba membuka pintu mobil dan duduk tepat disampingnya.

"Apa ini pekerjaanmu sekarang? Menguntit seseorang?"ucap wanita cantik yang menatapnya dengan tajam. Aidan seketika merasa baru saja tertangkap basah.

"Ini perintah dari bos."jawab Aidan bersikap setenang mungkin. Walaupun sudah jelas wanita yang akan dihadapinya ini bukan tipe orang yang mudah dihadapi.

Tapi bagaimana bisa Alexa menemukannya disini saat sedang menguntit Sachi? Biasanya Aidan bekerja dengan rapih dan sangat sulit melacak apa yang tengah dikerjakan pria kepercayaan Ronald Wiraguna itu.

Alexa memutar bola mata jengah. "Bos mu itu sebenarnya pria tampan dan kharismatik. Dengan kekayaannya yang tidak pernah habis tujuh turunan seharusnya dia bisa dapatkan gadis manapun yang dia inginkan." Alexa mendengus sebal. Wanita cantik itu bersidekap seakan menunjukkan bahwa ia sama sekali tak suka dengan pemikirannya sendiri.

Aidan tak berani melirik Alexa yang siap melanjutkan omelan. "Tapi saat dia berurusan dengan segala hal yang menyangkut gadis Sachi-Sachi, Bos mu itu jadi tidak normal dan lebih mirip pasien Rumah Sakit kurang waras."

Aidan lagi-lagi diam. Bukan karena tak bisa meladeni kalimat Alexa tapi Alexa akan semakin mengomel kalau Aidan menyela jadi lebih baik pria itu tutup mulut saja.

"Ku dengar sudah satu minggu ini dia memintamu menguntit Sachi,benar?"tanya Alexa dengan nada menginterogasi.

Aidan mengangguk kecil. Alexa kembali terlihat kesal. "Pantas saja kau jadi lebih susah dihubungi. Menyebalkan sekali Bos mu itu. Apa dia tidak kasihan padamu? Kau kan juga punya kehidupan. Dia bukan bayi yang butuh pengasuh. Kalau memang merindukan gadis Sachi-Sachi mengapa tidak datang dan temui saja langsung. Memangnya ada undang-undang yang melarangnya menemui gadis itu? Dengan begitu kau kan bisa punya waktu untuk sekedar makan siang denganku. Kau tau, aku merasa seperti sedang pacaran dengan agen rahasia yang tak punya waktu luang untuk masalah pribadi." Untuk urusan omel-mengomel maka Alexa adalah ratunya. Jangankan Aidan,Ronald saja tak berkutik jika wanita cantik itu mulai mengomel.

"Minumlah."Aidan mengulurkan air mineral yang baru saja ia ambil dari samping jok mobilnya.

Alexa meliriknya tajam. "Apa tadi aku bilang minta minum?"protes gadis itu tak terima melihat Aidan seakan sedang mengejeknya.

"Kau pasti haus. Minumlah. Nanti lanjut mengomel lagi."lanjut Aidan sambil tersenyum. Sebuah senyum yang mampu meluluh lantakkan hati Alexa yang telah lama beku.

Jika dipikir ulang maka Alexa tak pernah tahu bahwa dimasa depan ia akan jatuh cinta pada pria irit bicara macam Aidan. Bukan karena Aidan tak tampan,Aidan lumayan tampan dan pria itu jelas tinggi. Namun sifat pendiam dan juga senantiasa berekspresi datar itu membuat Alexa selalu beranggapan bahwa lelaki seperti Aidan terlalu kaku untuknya.

Alexa mencebik namun tetap menerima botol air mineral dari tangan Aidan. Wanita cantik itu berdeham kecil karena merasa salah tingkah. Mengapa Aidan menatapnya terus-menerus?

"Bisa kita pergi dari sini? Aku lapar..."ucap Alexa seraya mengalihkan pandangannya dari Aidan yang mampu membuat pipinya memanas.

***

Indira memperhatikan keranjang belanjaan Sachi yang masih kosong sementara keranjang miliknya sudah hampir terisi penuh. Bagaimana mungki Sachi belum memilih apapun padahal mereka telah berkeliling kurang lebih setengah jam yang lalu. Dan Indira merasa beberapa hari ini Sachi terlihat murung.

Sachi : OBSESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang