Back

804 126 9
                                    

Kembali ke Suzy.

Yeoja itu sedang mengetik dan ditemani oleh sekumpulan lembaran berserakan di atas meja kerjanya. Setelah mengetik, ia merapikan semua lembaran itu lalu memasukkan mereka ke dalam map berwarna merah. Setelah itu, Suzy memijit kecil bahunya yang sudah terlalu lelah untuk hari ini. Sekilas ia teringat namja itu, namja baik hati yang mengantarnya ke kantor tadi pagi. "Hm.. Namja yang baik.. Aish! Yah, Suzy neo baboya! Bahkan kau lupa menanyakan nama namja itu!" Ucap Suzy teringat bahwa ia lupa menanyakan namanya. "Ini semua karena kau!" Taeriak Suzy sambil menatap sinis kotak biru muda yang di dalamnya terdapat sandwich untuk Sehun. Suzy meluapkan semua rasa kesalnya pada sandwich itu dengan melemparnya ke lantai lalu menginjaknya sampai hancur. Setelah puas, Suzy mengambil tas, memasukkan beberapa map ke dalam lemari, mematikan laptop lalu menyimpannya -dan masih banyak lagi- dengan mimik wajah yang tidak ikhlas. Kemudian ia keluar dari ruangan itu meninggalkan seonggok sandwich koyak yang awalnya dibuat untuk Sehun, tetapi sayangnya Sehun hari ini absen ke kantor.

Kemana namja albino itu?

Namja itu sedang duduk di teras rumah Taeyeon entah sudah berapa lama. Entah kenapa ia sangat ingin bertemu dengan Taeyeon hari ini. Rindu? Hmm.. Mungkin saja, tapi cukup tidak masuk akal mengingat ia mengenal Taeyeon belum lebih dari setengah pekan.

Sekarang sudah pukul 4 sore. Sehun memantapkan hatinya untuk menunggu 10 menit lagi, jika Taeyeon tidak datang juga, maka ia akan pergi.

Setengah jam berlalu dan Sehun masih saja kukeuh di tempat itu. 10 menit katanya? Cih! Ia menipu fakta.

"Ne, Eomma! Ada apa?" Itu suara Sehun yang sedang menelpon dengan Eommanya.
"Ah, Sehun sedang tidak di kantor, tapi Sehun akan ke sana sekarang! Eomma suruh saja dia menunggu sebentar,arasseo?" Ucap Sehun lagi sebelum memutuskan sambungan. Sehun tampak kecewa karena Taeyeon tak kunjung datang. Dengan berat hati ia melangkahkan kaki panjangnya menjauh dari rumah Taeyeon dan masuk ke dalam mobilnya. Mobil itupun melaju dan semakin menjauh.

Taeyeon sedikit heran melihat mobil itu. Mobil yang terparkir beberapa menit lalu di halaman rumahnya. Tak mau ambil pusing, Taeyeon menuntun mobil Splash merah yang ia gunakan menuju ke parkiran.

Setelah keluar dari mobil, Taeyeon mengerutkan kening melihat sebuah Agya Silver mewah berkelas berhenti di pinggir jalan di depan rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keluar dari mobil, Taeyeon mengerutkan kening melihat sebuah Agya Silver mewah berkelas berhenti di pinggir jalan di depan rumahnya. Dari dalam mobil itu, muncul seorang namja jangkung yang membuat dada Taeyeon menjadi sesak. Taeyeon menghapus air mata yang mengalir di pipinya dengan paksa, lalu berbalik ke arah pintu, masuk dan menguncinya rapat-rapat.

"Taeyeon, buka pintunya! Jebal!" Pinta namja itu sambil mengetuk pintu. Lama-lama ketukan itu berubah menjadi pukulan hingga dobrakan paksa. Taeyeon menahannya sekuat tenaga sambil menangis. "Pergi kau! Aku muak melihatmu! Menjauh dariku! Pergi dari hidupku, Seokijn!" Teriak Taeyeon penuh emosi.

Seokjin.

Yah, namja itu diam di tempatnya kaku. Masih belum bisa menerima kenyataan bahwa yeoja yang begitu ia cintai kini sangat membencinya lebih dari apapun.

Namja itu, Seokjin menangis dalam diam.

Taeyeon yang sudah tidak bisa membendung air matanya terus menyeka air mata itu dengan paksa. Wajahnya kini penuh dengan air mata. Setelah berhasil menenangkan diri, Taeyeon baru tersadar akan satu hal. Seokjin sudah tidak lagi berusaha mendobrak pintu. Ia sudah pergi. Kemudian Taeyeon memutar kenop pintu hingga pintu itu terbuka sedikit. Mengintip di balik celah pintu, ia mendapati Seokjin sedang berlutut sambil menangis. Air mata Seokjin bahkan lebih banyak dari yang ia keluarkan. Apa ini? Kenapa.. Kenapa Seokjin seperti itu? Taeyeon jadi heran sendiri.

"Saranghae" Ucap Seokjin gemetar, khas suara isakan tangis. Tangis seorang namja yang dikenal Taeyeon sebagai namja yang Manly.

Taeyeon sedikit iba melihatnya. Bagaimanapun, rasa cinta itu masih ada. Ia tidak boleh munafik bahwa ia masih mencintai mantan kekasihnya itu, yang kini sedang bersimpuh tepat di hadapannya.

"Taeyeon-ah, mianhae!" Lirih Seokjin.

"Pergi!" Balas Taeyeon. Singkat namun datar.

Seokjin menggeleng dan air matanya mengalir sekali lagi, air mata yang mengalir dan menetes tepat di ujung hidung namja itu.

Tangannya bergerak menggengam tangan putih milik Taeyeon. Taeyeon tak mengelak. Kini, tangan Seokjin menggenggamnya utuh. Kemudian Seokjin berdiri dan mendekap Taeyeon. Memeluk yeoja mungil miliknya dahulu. Erat. Sangat erat.

Jujur saja Taeyeon sangat merindukan pelukan itu. Taeyeon merindukan Seokjin. Sangat. Bahkan lebih dari sangat.

Taeyeon hampir mati karena cinta.

Cinta yang bodoh.

Di dalam pelukan hangat itu Taeyeon mengumpulkan semua kenangan dirinya bersama Seokjin, tak sadar ia tersenyum dan lupa untuk memberontak dari pelukan Seokjin yang semakin posesif.

Begitupun dengan Seokjin. Ia tersenyum mendapati Taeyeon yang tidak menolak dan mendorongnya. Seokjin sangat yakin bahwa Taeyeon juga merindukannya, sama seperti dirinya yang sudah menanggung rindu selama setahun lamanya.

.
.
.
Thanks for read this story, Chingu!!
Dont forget to leave Vote or Coment!

^_^

My Bestie's Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang