Badanku gemetar.
Aku bingung apa yang harus kulakukan.
Ini pertama kalinya aku bertarung melawan monster-monster seperti di dalam film atau game. Sebenarnya ini yang sudah kunanti-nantikan sejak aku mulai bereinkarnasi di dunia ini.
Tapi aku juga takut.
Lawanku kali ini pun tak hanya satu, tapi banyak.
Serangan apa yang harus aku keluarkan? Sihir api? Air? Angin? Tanah? Siapa yang sebaiknya kuserang terlebih dahulu? Bagaimana jika seranganku tidak mengenai mereka seperti tadi? Bagaimana jika mereka menyerangku dengan fatal dan aku mati? Hidup dan matiku benar-benar menjadi taruhannya kali ini.
Aku panik.
Benar-benar panik.
Seketika itu juga aku langsung membayangkan kematianku sudah dekat.
Bagaimana jika aku mati di sini? Bagaimana jika aku nanti dicabik-cabik oleh para Anjing Bertanduk itu? Atau dibawa terbang oleh Burung bersayap empat dan dijatuhkan dari atas begitu saja? Bagaimana dengan tujuanku membalaskan dendam John dan Lisa? Apa yang harus aku lakukan?
Badanku bergetar tanpa henti. Tatapan marah monster-monster itu serasa menusukku dari segala penjuru. Semakin dekat monster-monster itu ke arahku, tatapan mereka terlihat semakin besar dan tajam, aku pun semakin merinding. Tanpa kusadari kakiku pun bergerak mundur perlahan sambil terus bergetar. Keringatku bercucuran di seluruh tubuhku. Mataku pun basah karena air mata yang mulai bersiap-siap untuk jatuh. Lututku mulai lemas dan perlahan-lahan turun karena tak kuat menahan beban tubuhku sendiri.
Tapi belum sampai lututku menyentuh tanah, Ivan berteriak.
"OI!!!! APA YANG KAU LAKUKAN? KAU MAU MATI BEGITU SAJA?"
"Ah..."
Aku kembali ke kesadaranku dalam seketika. Tapi tetap saja badanku lemas dan gemetar penuh keringat. Aku masih panik.
"Sudah kubilang, aku akan menyerang mereka dari jarak dekat. Kau tak usah khawatir mereka akan menghampirimu. Siapkan saja mantra untuk menyerang mereka dari jauh!"
"Ba... Baiklah..."
Entah kenapa, kata-kata Ivan terdengar sangat meyakinkan.
Rasa takutku mulai hilang sedikit demi sedikit.
Aku lap keringat di tanganku dengan bajuku dan kembali menggenggam tongkat sihirku dengan kuat. Aku bersiap-siap mengeluarkan sihir.
"Bagus! Kalau begitu, saatnya mulai!!!"
Melihatku yang sudah memasang kuda-kuda, Ivan berlari ke arah gerombolan Skum dan Anjing Bertanduk, lalu menyerang mereka dengan gerakan-gerakan bela diri. Aku tidak tahu itu gerakan apa, tapi terlihat seperti Tae Kwon Do yang dicampur dengan Capoera. Kuat, tapi gerakannya terlihat sangatlah mulus seperti sedang menari. Aku langsung tahu bahwa ia benar-benar ahli bela diri. Monster-monster disekitarnya langsung terlempar ke sana kemari.
Monster-monster yang lainnya pun langsung teralihkan perhatiannya ke arah Ivan.
Aku pun juga mulai membaca mantra sihir untuk menyerang.
"Wahai raja api yang mengendalikan seluruh api di dunia ini, ledakkanlah seluruh bara-bara di tubuhmu, tingkatkan suhu apimu dan berikan padaku, aku yang selalu tunduk padamu."
Kali ini aku menghadapi banyak musuh sekaligus. Aku tidak bisa menggunakan mana yang terlalu sedikit karena efeknya pun akan kecil. Tapi jika aku menggunakan mana terlalu banyak, aku tidak akan bisa bertarung lagi jika masih ada monster yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Kedua (Buku 2)
FantasyKetika hidup telah berakhir. Ketika jiwa telah berpisah dengan raga. Ke mana kah kita akan pergi? Surga? Atau Neraka? Bagaimana jika kita mengulang kembali hidup ini?