Cerita 19 - Aku

114 12 0
                                    

Hari ini Tanggal 30 Bulan 9. Besok, aku akan mulai kuliah. Kini aku sedang bersiap-siap untuk pindah ke asrama universitas Bode.

Ya, aku sudah resmi diterima di universitas Bode. Aku mendapat surat pemberitahuan bahwa aku diterima sekitar dua minggu yang lalu. Aku juga mendapatkan buku pedoman yang berisikan peraturan-peraturan dasar untuk kuliah di universitas Bode dan mata kuliah yang harus aku ikuti selama di sana. Prosedur standar.

Aku memasukkan pakaian ganti dan alat-alat tulis ke dalam tasku. Meskipun pakaianku tak banyak, tapi ini sudah membuat tas kulit Skumku jadi terlihat penuh dan menggembung.

Aku gendong tasku, ikat pedangku di punggungku, dan masukkan tongkat sihirku ke kantungku. Aku sempat berpikir dua kali sebelum memasukkan tongkat sihirku ke kantung. Di satu sisi, aku ingin membawanya karena ini peninggalan Lisa. Tapi di sisi lain, aku takut membuat tongkat ini tambah rusak jika kupakai lagi.

Namun, setelah aku pikir-pikir, aku tak bisa meninggalkan barang peninggalan Lisa begitu saja. Akhirnya kuputuskan untuk membawanya, namun aku berkomitmen untuk tidak memakainya kecuali aku memang terdesak untuk memakainya. Dan sebagai penggantinya, sepertinya aku harus mencari tongkat sihir baru.

Pak Arthur memberikanku 1 koin perak untuk biaya kereta kuda berangkat ke Valhalla dan 15 koin perunggu untuk uang jajanku selama sebulan. Ia berjanji akan mengirimiku uang jajan setiap bulannya.

Pak Arthur benar-benar baik. Ia benar-benar menjaga dan melindungiku. Menjadi sosok ayah yang menggantikan John meskipun aku tak pernah melakukan apa pun untuknya.

Suatu hari nanti, akan kubalas kebaikan Pak Arthur padaku. Aku janji.

Meskipun uang jajan yang diberikan Pak Arthur tidak besar, tapi itu sudah cukup karena aku berhasil mendapatkan beasiswa. Dengan ini, aku bisa berkuliah dan tinggal di asrama dengan gratis. Untuk makanan, sarapan dan makan malam disediakan oleh pihak asrama, sedangkan makan siang disediakan oleh pihak kantin universitas. Dan itu semua sudah termasuk dalam biaya kuliah.

Dengan kata lain, semua biaya hidupku dibayari oleh universitas Bode selama aku masih berkuliah di sana.

Setelah semuanya siap, aku berpamitan dengan Pak Arthur dan keluar dari rumah.

"Jaga dirimu dan jadilah yang terbaik!"

Baru beberapa langkah aku keluar dari rumah, Pak Arthur meneriakiku. Aku langsung menengok kebelakang dan melihat ia sedang tersenyum sambil bersender di pintu rumah. Ekspresi wajahnya seperti sangat bahagia tapi bercampur haru.

Dan aku sendiri sepertinya memahami perasaannya. Meskipun hanya sebentar, tapi ia sudah sangat baik padaku. Bahkan seperti ayahku sendiri. Mungkin ia juga sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri.

Aku pun juga memberikan senyuman padanya.

"Sekarang, Pak Arthur adalah satu-satunya keluarga yang aku punya. Tenang saja, aku tidak akan mengecewakan Pak Arthur."

"Heh! Kau itu masih kecil, perilakumu juga sangat bocah, tapi cara berpikirmu itu seperti orang dewasa. Sepertinya ayah dan ibumu membuatmu menjadi dewasa sebelum waktunya. Haha... Tapi itu membuatku bisa memercayaimu."

"Makasih, Pak."

"Hati-hati, Nak."

Aku kemudian pergi ke tempat menaiki kereta kuda. Kebetulan ada kereta kuda yang sudah hampir penuh. Aku langsung menaikinya dan beberapa menit kemudian kereta kuda itu berangkat.

Karena sebelumnya aku selalu tertidur, kini aku berniat untuk menikmati pemandangan sepanjang jalan menuju Valhalla. Aku duduk di dekat jendela dan bersemangat menatap ke luar sejak kereta kuda ini mulai bergerak. Namun di luar dugaan, ternyata tidak ada yang menarik.

Kehidupan Kedua (Buku 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang