"Hatchu!" Adrian ingusan.
"Gila! Kenapa musim panas begitu dingin di sini?" kesalnya setelah membuang napas panjang ke langit.
"Eum ... mungkin itu karena setiap tahun, setengah dari musim panas di negara kami memang selalu begini," Bianca menyaut, saat mereka menyusuri jalanan Quarter Street dekat Museum Nasional.
Suhu di Budapest saat ini benar-benar rendah. Saking rendahnya bahkan semua orang sampai mengeluarkan kabut uap ketika respirasi. Tapi anehnya, nggak ada tanda kalau titik-titik salju juga akan turun di sana.
"Pantas saja." Adrian seketika berhenti berjalan. Ah, dia sekarang mulai mengerti.
Karena mendadak nggak merasakan pergerakan Adrian, Bianca pun ikut menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang.
"Apanya?"
Adrian melirik seragam yang dikenakan Bianca dari bawah ke atas, rok marun kotak-kotak seatas lutut dengan hem berlengan merah yang pendek. Astaga! Dia terkisap.
Sungguh berbanding kontras dengan gaya berpakaian mayoritas masyarakat Hungaria yang tertutup.
"Bukan apa-apa," ucap Adrian yang tersadar sambil berjalan melewati Bianca dengan kedua tangan tersaku santai, menyusul mereka-mereka yang udah jauh di depan sana.
"Hey! Apanya!?"
Adrian tidak mengindahkan Bianca yang meracau menagih jawaban. Membuat gadis tersebut merasa pissed, diabaikan seperti ini?!
"Aku mati...!" desah Lily 4L (lemas, lesu, lelah, lunglai).
Sudah sekitar tiga kilometer mereka tempuh dengan berjalan kaki setelah menggunakan kereta bawah tanah Metro Express dari Bandara Franz Liszt, tapi belum juga nemu ujungnya.
"Ada masalah, Nona?" tanya Elias. "Apakah perlu kupapah? Atau-"
"Naik!" potong Nio yang sudah menyiapkan punggungnya untuk Lily.
Spontan saja, Lily membulatkan matanya nggak percaya.
Ah, dia jadi nggak bisa menyianyiakan peluang emas ini. Jarang-jarang Nio berbudi kayak gini. Dalam hatinya Lily pun tergelak jahat.
"Oh, jadi kau yang bernama 'Adrian Lucarion' itu?" tanya pemuda saranghae menelisik. "Tidak buruk. Tak kusangka kabar burung ada benarnya juga."
"Huh? Oh, ngomong-ngomong ini memang aku. Kenapa? Aneh?" Adrian mengernyit nggak paham.
"Seorang cowok 'gelap' yang masuk ke Regulus, yang kabarnya memiliki bakat dan kemampuan di atas rata-rata peculiar lain," kata Elias yang coba mengingat-ingat kembali. "'kan, Min-ho?"
"Yeah, kurang lebih begitu," aku pemuda saranghae yang memiliki name-tag 'Baek Min-Ho' di dada kiri seragamnya itu.
Leonard meradang seketika. Pasalnya, setiap informasi dalam club harusnya rahasia dalam klub, tidak boleh bocor keluar! "Dari mana kalian tahu?"
"Rokujima," ujar Min-ho.
Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan dia? Rupanya pemuda sipit bermulut ember tersebut yang membocorkannnya.
"Dan satu hal lagi," lanjut Elias. "Aku dengar sekarang Fernandez juga ada di Regulus." Dia sampai meracau iri. "Akkh, keberuntungan macam apa ini?! Dasar kalian, Singa Silau!"
"Setiap hari selalu membangga-banggakan diri dengan club-nya lewat pesan elektronik," sambung Min-ho. "Berkoar-koar mengatakan kalau 'kebanggaan'-nya sekarang berisi orang-orang terhebat diantara yang hebat, terkuat dari yang paling kuat, dan blablabla seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Myth Hunter
Fantasy"Salah satu cucu Hawa akan terlahap kegelapan. Setiap air mata akan mengalami kekacauan. Belenggu Sang Penguasa Kedua akan terlepas pelan. Amarah yang terpendam akan butuh seorang pengorbanan."---Urgh. Dan yah, kalian tahu? Kurang lebih begitulah is...